Jejaka Emas tercenung, Perguruan Garuda Emas runtuh! Hampir tidak dipercayai pendengarannya sendiri. Perguruan itu ternyata runtuh oleh seorang pemuda tidak dikenal.
"Bagaimana keadaan si Paruh Garuda?" tanya Jejaka menyebut nama pemimpin Perguruan Garuda Emas.
"Beliau tewas di tangan pemuda itu. Yang selamat dari maut hanya si Cakar Garuda. Itu pun karena kebetulan ia tidak berada di tempat."
"Lalu, apakah pemuda itu masih berada di sini, Ki?"
"Tidak! Sehabis menghancurkan bangunan Perguruan Garuda Emas, ia pergi dari desa ini. Yang tinggal di sini hanya para penjahat yang menjadi anak buahnya," jelas kakek pemilik kedai itu lagi.
"Bisa Aki tunjukkan di mana markas penjahat itu?" pinta Jejaka.
"Den Jejaka tahu rumah kepala desa?" kakek itu malah balik bertanya.
Pemuda bermata biru itu menganggukkan kepalanya. "Jadi, penjahat- penjahat itu bermarkas di sana?"
"Ya!" jawab kakek pemilik kedai itu singkat.
"Kalau begitu, ka
"Kenapa, Kang" Digigit nyamuk?" goda Gumala lagi."Ya... eh, tidak!""Lalu, kenapa kepalanya sendiri dipukul?""Tidak apa-apa! Aku hanya ingin mandi saja. Bagaimana kalau kita mandi sama-sama, Adi Gumala?"Sekelebat Jejaka melihat wajah pemuda itu memerah. Tapi di lain saat kembali normal seperti sediakala."Kakang sajalah," tolak Gumala halus."Aku masih belum ingin mandi. Biar aku menunggu saja di sini."Jejaka temnenung sejenak. "Baiklah kalau begitu!"Setelah berkata demikian, pemuda bermata biru ini segera melompat turun. Jejaka kemudian bergegas menuruni jalan itu, menuju sungai yang terletak di bawah jalan. Sebentar kemudian, dia sudah sampai di pinggir sungai yang berair cukup jernih. Pemuda ini segera membuka bajunya. Hanya celananya saja yang tidak ditanggalkan. Sesaat kemudian....Byurrr...!Air muncrat tinggi ke atas ketika Jejaka terjun ke dalam air. Tubuh pemuda itu pun langsung tenggelam ke dalam ai
Dan kini lambat laun jarak di antara mereka kian mendekat. Dan hanya tinggal satu tombak lagi, maka wanita itu pun akan terjangkau tangan Jejaka Emas. Tapi tiba-tiba Jejaka merasakan adanya kelainan pada suasana di sekitarnya. Arus air sungai ini tiba-tiba menjadi deras bukan main. Tubuhnya pun tanpa ampun terseret deras. Tentu saja pemuda ini kaget bukan main.Memang, pemuda bermata biru ini masih muda dan kurang pengalaman. Maka tidak aneh, kalau belum menyadari mengapa tiba-tiba arus sungai mendadak begitu deras.Ketika terdengar gemuruh air, baru pemuda ini sadar akan apa yang terjadi. Ternyata tubuhnya telah terseret arus sungai menuju air terjun! Dan Jejaka tahu apa yang akan menantinya di bawah sana.Apalagi kalau bukan batu-batu yang akan meremukkan sekujur tubuh dan tulang-tulangnya. Kini Jejaka berbalik arah. Sekuat tenaga ia berenang melawan arus yang akan membawanya ke air terjun. Dibatalkan niatnya untuk menolong wanita yang hanyut itu. Tetapi di si
Beberapa saat lamanya tubuh Jejaka melayang-layang di udara. Angin yang menderu keras di atas, membuat rambutnya berkibaran. Jejaka Emas bertahan sekuat tenaga agar tidak jatuh pingsan saat melayang-layang. Betapapun rasa kengerian yang amat sangat mencekam hatinya, tetap dikuatkan hati agar tetap sadar.Dan berkat kemauannya yang kuat, rasa takut yang melanda dapat ditekannya. Ia masih tetap sadar ketika tubuhnya melayang deras ke bawah, ke air!Byurrr...!Beberapa saat lamanya Jejaka gelagapan. Tubuhnya seketika tenggelam dalam air. Arus air sungai yang deras itu segera melahap tubuhnya yang memang sudah setengah sadar. Pemuda bermata biru yang memang sudah lelah ini tidak kuasa lagi melawan arus sungai yang deras itu. Tubuhnya segera saja terombang-ambing dipermainkan air.-o0o-OOhhh...!Jejaka mengeluh. Sepasang matanya pelahan mulai terbuka. Beberapa saat lamanya dikerjap-kerjapkan matanya untuk lebih memperjelas pandanga
"Ahhh...!"Jejaka Emas dan orang itu sama-sama kaget.Langkah Jejaka langsung terhenti. Begitu pula orang itu. Tangannya yang sejak tadi sibuk membolak-balik ayam panggang di tangannya agar tidak hangus, berhenti bergerak. Sementara itu, seketika Jejaka Emas mengernyitkan keningnya. Orang yang tengah memanggang ayam itu ciri-cirinya cocok betul dengan yang diceritakan kakek pemilik kedai.Pemuda berwajah tampan, dengan raut wajah menyiratkan kekejaman. Pakaiannya serba coklat. Dialah yang telah membasmi Perguruan Garuda Emas seorang diri. Pemuda yang tak lain adalah Darba itu juga terperanjat kaget ketika melihat Jejaka. Inikah orang yang berjuluk Jejaka Emas itu""Kaukah Jejaka Emas itu?" tanya Darba bernada kasar."Begitulah julukan yang diberikan padaku!" datar saja nada suara Jejaka"Kau murid Nyi Naga Geni, bukan?"Jejaka menggelengkan kepalanya."Tapi aku sudah menganggap Nyi Naga Geni seperti guruku sendiri."
Kini Jejaka baru menyadari bahwa bau harum ayam panggang yang tadi diciumnya itulah yang menjadi penyebabnya. Tubuh Jejaka mulai limbung, berkali-kali pemuda ini mengalami kesulitan. Pelahan namun pasti kekuatannya mulai mengendur. Jurus 'Naga Pamungkas' ternyata banyak menguras tenaga.Seiring mulai lelahnya Jejaka, desakan-desakan Darba dirasakannya semakin berat. Lambat namun pasti Jejaka Emas terdesak."Ha ha ha...!" pemuda berpakaian coklat itu tertawa bergelak. Suatu tawa kemenangan. "Hanya sampai di sini sajakah kepandaianmu yang tersohor itu, Jejaka Emas"! Sungguh lucu sekali!" Sambil berkata demikian, Darba terus memperhebat serangan-serangannya. Akibatnya, Jejaka semakin kewalahan! Pontang-panting Jejaka Emas berjuang menyelamatkan selembar nyawanya. Lewat empat puluh jurus, keadaan Jejaka kian mengkhawatirkan. Pemuda bermata biru ini tidak lagi mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas'-nya. Melainkan hanya menggunakan jurus asal-asalan saja untuk menghindari sera
Plak...! Tubuh Darba terhuyung dua langkah ke belakang. Seketika tangannya bergetar hebat. Pemuda murid Ki Jatayu ini segera mengetahui kalau sosok bayangan hitam yang muncul dan menangkis serangannya, ternyata memiliki tenaga dalam dahsyat.Pemuda baju coklat ini meraung keras. Ditatapnya tajam-tajam sosok tubuh hitam yang telah menangkis serangannya itu. Matanya bersinar merah, memancarkan kemarahan yang amat sangat.Dan tahu-tahu sosok baju hitam yang tak lain dari Gumala telah berdiri di depan Jejaka. Sikapnya nampak jelas melindungi pemuda bermata biru itu."Kau terluka, Kakang?" tanya Gumala. Kecemasan tampak membayang di wajahnya. Jejaka hanya menganggukkan kepalanya."Pergilah kau, Adi Gumala. Lekas! Pemuda itu hebat sekali. Biar, aku yang menahannya...."Setelah berkata demikian, Jejaka Emas terbatuk-batuk. Cairan merah kental seketika keluar dari mulutnya."Tidak, Kang. Kau terluka cukup parah. Biar aku yang menghadapinya. Kau beri
Cring...! Dua buah senjata yang berbeda bertemu di tengah jalan, dalam sebuah benturan yang keras dan nyaring."Haaat...!"Darba menggertakkan gigi, menandakan kemarahannya yang memuncak. Kapak di tangannya segera berkelebatan kian dahsyat seiring kemarahannya yang semakin berkobar. Tapi Gumala mampu membendung setiap serangan lawan. Pedang di tangannya mengeluarkan bunyi menggerung dahsyat setiap kali digerakkannya. Sepertinya di dalam pedang itu mengandung kekuatan seekor naga.Pertarungan antara kedua orang muda itu berlangsung sengit dan cepat. Sehingga sebentar saja belasan jurus telah berlalu. Tapi sampai saat ini, belum nampak tanda-tanda yang akan terdesak. Pertarungan masih berlangsung seimbang."Tahan!" teriak Darba keras sambil melempar tubuh ke belakang, dan hinggap sekitar dua tombak dari tempatnya semula. Mendengar teriakan itu, Gumala langsung menghentikan gerakannya. Tangan kanannya yang menggenggam pedang, bersilangan dengan tangan kiri d
DENGAN mengerahkan ilmu meringankan tubuh, Gumala berlari cepat sambil memanggul tubuh Jejaka. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang, melihat barangkali Darba mengejarnya. Lega hatinya ketika tak juga melihat bayangan pemuda itu di belakangnya. Pelahan dikurangi kecepatan lari yang membuat napasnya terengah-engah. Sambil terus berlari, ditatapnya wajah Jejaka yang terkulai lemah di kedua tangannya. Pemuda bermata biru itu rupanya telah pingsan.Gumala baru menghentikan larinya ketika telah tiba di dekat kereta kuda yang ditinggalkan tadi. Segera dicarinya tempat yang tersembunyi di balik semak-semak, kemudian direbahkannya tubuh pemuda itu di situ.Sekali lihat saja Gumala dapat mengetahui kalau luka-luka yang diderita Jejaka Emas cukup parah. Bagian-bagian yang terkena serangan itu memang terlihat jelas. Bagian dada sebelah kiri yang terkena tusukan, tampak kulitnya sobek.Gumpalan darah yang telah mengering, mengelilingi sekitar luka itu. Sementara bagian per