Wuuusss…! Jleeg…! Layla makin ketakutan, makin merapatkan tubuh ke tubuh Jejaka, setengah memeluk erat-erat. Jejaka sedikit tegang, tapi sempat berbisik, “Jangan takut! Ada aku!” “Kau berani melawan mereka?” “Untung-untungan,” jawabnya dengan suara pelan sekali. Orang berpakaian serba merah itu berambut panjang, tapi putih warnanya. Sudah tua, tapi masih tampak tegar dan gagah. Tubuhnya memang kurus, tapi sorot matanya tajam penuh tantangan dan keberanian. Orang itu berkuku panjang, tanpa senjata apapun. Usianya yang sudah sekitar delapan puluh tahun itu menimbulkan kesan bahwa ia tokoh tua yang beilmu tinggi. Buktinya ketika ia melompat dari semak-semak, ketika kakinya mendarat ke bumi, terasa jelas getaran yang ditimbulkan karena kaki itu. tanah bergetar tipis, walau tak sampai menumbangkan pohon sekecil apapun. “Mau apa kau, Pak Tua?!” sapa Jejaka lebih dulu, menunjukkan bahwa ia tak kalah mental dengan tokoh tua itu. “Apakah kau belum mengenalku?” “Kalau sudah kenal aku tid
“Apakah aku harus takut dengan julukanmu?” tanya Jejaka sepertinya terucap dengan polos itu. Cungkring Neraka menggeram jengkel. Hasrat membunuhnya mulai berkobar. Ia berkata dengan mata sedingin salju.“Sebenarnya aku hanya ingin merampas perhiasan Nona itu! Tapi karena bicaramu lancang, sok berani, maka aku terpaksa harus membunuhmu, Pemuda!”“Aku akan melawan!” kata Jejaka bagai tanpa dipikir dulu. Cungkring Neraka rentangkan tangannya ketika lima anak buahnya ingin bergerak menyerang Jejaka. Rentangan tangan itu sebuah isyarat bahwa mereka tak boleh bergerak menyerang. Ia ingin menangani pemuda muda itu sendiri. Maka ia pun maju dua tindak lagi. Matanya tetap tajam memandang Jejaka, seakan ingin menembus batok kepala pemuda itu. “Mundurlah sedikit,” kata Jejaka pelan kepada Layla. Gadis itu cemas, namun akhirnya mundur juga. Tapi tak berani jauh dari Jejaka. Sebab hanya Jejaka-lah satu-satunya harapan keselamatan bagi jiwanya, walaupun akhirnya ia sangsi, apakah Jejaka bisa dihar
Anak buah Cungkring Neraka sendiri yang menyebarkan cerita pertarungan singkat ketuanya dengan pemuda kemarin sore bernama Jejaka. Mereka menceritakan hal itu di kedai tanpa sadar telah menjatuhkan nama besar si tokoh sesat itu dan membuat nama Jejaka mulai direnungkan orang banyak.Sementara Jejaka kembali melanjutkan langkahnya setelah mengantarkan Layla kerumahnya. Tapi diperjalanan, kembali langkahnya terhalang oleh kemunculan Cungkring Neraka yang kala itu bersama kakak seperguruannya, Hantu Cungkring. Tujuan mereka sebenarnya tidak menghadang Jejaka. Mereka punya tujuan tersendiri, tapi begitu melihat sekelebatan anak muda yang ganteng berpakain tanpa lengan itu, Cungkring Neraka ingat akan kekalahannya beberapa waktu yang lalu. Maka iapun mengajak Hantu Cungkring untuk menghadang anak muda bertato naga emas melingkar itu.Hantu Cungkring berpakaian abu-abu, jubahnya berlengan panjang. Memegang tongkat berukir kepala monyet bergigi tonggos. Tubuh Hantu Cungkring juga kurus seper
Crelaaap...!“Hiaaah...!” Jejaka sentakkan kaki dan melenting ke atas, bersalto satu kali tepat jatuh ke atas tubuh Cungkring Neraka. kakinya segera menjejak punggung itu. Buug... Tapi dentuman terdengar lebih dulu akibat sinar petir menghantam pohon.Jlegaar...!Wwwrrr... bruuk! Pohon itu roboh, tapi keadaannya sudah hangus dan berasap. Sedangkan Cungkring Neraka juga roboh tersungkur menyusuri tanah dengan wajahnya dan berhenti di depan kaki Hantu Cungkring.Srruukk...! Deb!Kepalanya ditahan oleh kaki Hantu Cungkring seupaya tidak menabraknya. Jejaka tersenyum menahan geli melihat Hantu Cungkring bagai menangkap bola menggelinding dengan kakinya.“Goblok! jangan serang fakai jurus ‘Kelelawar Sawah’. Serang dengan jurus ‘Cakar Garuk Gatal’! Dia tak akan bisa menghindarinya!”“Iya. Tapi kakimu jangan langsung injak kepalaku dong! Malu dilihat anak muda itu!” gerutu Cungkring Neraka yang wajahnya menjadi kotor karena nyerosot di tanah. Untung bibirnya hanya somplak sedikit. Perih juga
“Terus...! Terus...! Salurkan hawa murni ke betis dulu. Terus, terus...Kiri, kiri dikit. Ya cukuf!” seru Hantu Cungkring mirip tukang parkir.Cungkring Neraka segera bangkit kembali. Masih terasa linu kakinya, tapi ia langsung melompat dengan ganas dengan kedua tangan terjulur ke depan.“Heaaah...!”Dari kedua tangan keluar sinar merah yang menyatu dan membentuk seperti tombak memanjang menghantam tubuh Jejaka. Pemuda ganteng itu hanya melompat menghidar sinar tersebut. tetapi telapak kakinya mengeras dan menukik ke bawah. Dari ujung jempol kaki kanan keluar sinar putih perak sebesar lidi. Claaap...! sinar itu tepat mengenai sinar merah mirip tombak itu.Craas...!Blegaarrr...!Tubuh Cungkring Neraka yang sedang melayang gaya Superman itu terpental balik. Melayang-layang di udara dan menghantam pohon yang sedang bergetar skibat ledakan dahsyat itu.Braak...! Kkrrrekk... bruukk!Pohon itu tumbang seketika
Rupanya Hantu Cungkring tadi segera salurkan kekuatan hawa dinginnya merembes keluar melalui tiap lubang pori-pori. Hawa dinginnya itu yang digunakan melawan gelombang hawa panas, sehingga ia tidak terbakar sedikit-pun. Rasa panaspun tidak dirasakannya sedikitpun. Hanya dia yang masih tetap segar dan tidak bergeming dari tempatnya. Tentunya hal itu dikarenakan ia berilmu tinggi, lebih tinggi dari Cungkring Neraka.Jejaka bangkit dan melompat turun dari pohon.Wuutt...! Tahu-tahu ia sudah berdiri di depan Hantu Cungkring. Dalam jarak lima langkah ke depan. Si Hantu Cungkring menatap dengan angkuh. Tapi kemudian melirik adik perguruannya yang tak berkutik, hanya terdengar erangannya yang samar-samar. Hantu Cungkring kembali memandang Jejaka sambil berkata menggeram,“Siafa gurumu sebenarnya, Jadah Goreng?!”“Aku tak punya guru. Mau apa?” tantang Jejaka rada tengil.“Usiamu cukuf muda, tapi ilmumu tinggi juga! Kau bisa bu
“Aku tidak funya fersoalan fadamu. jangan fancing kekurang ajaranku, Kek!”“Jangan ikut-ikutan ngomong begitu!” bentak Hantu Cungkring yang merasa tersinggung gaya bicaranya ditirukan Jejaka. Anak muda itu hanya senyum-senyum kecil saja. Ia membiarkan Hantu Cungkring maju dua langkah, lalu diam berdiri dengan tongkat disentakkan ke tanah.Jluug...!Ternyata sentakan tongkat ke tanah menghadirkan sinar merah melesat dari dalam tanah ke tubuh Jejaka. Claapp...! Sinar itu seperti panah. Cepat sekali. tapi Jejaka punya jurus ‘Gerak Kilat Dewata’ dari ayahnya. Ia mampu bergerak melebihi kecepatan biasan sinar merah itu.Zlaap...! Dan sinar merah dari tanah akhirnya menghantam dahan pohon.Blaarr...!Dahan pohon itu hancur seketika. Serpihannya menyebar kemana-mana. Hantu Cungkring terbengong batinnya. “Gila! Dia bisa menghindari jurus ‘Lintah Bumi’-ku? Padahal selama ini jurus itu tak pernah a
BELAKANGAN ini, Jejaka selalu bermimpi melihat bayangan seorang gadis cantik berjubah putih. Kadang dia seperti lesat di hadapannya, kadang seperti mengikutinya dari belakang. Tapi kalau Jejaka dekati tak ada. Dan hal ini sudah berlangsung beberapa lama.Kali ini mata Jejaka terpana beberapa saat, karena yang dilihat di hadapannya adalah seorang wanita muda cantik jelita. Gadis yang selalu dilihatnya selama ini didalam mimpinya. Pakaiannya serba putih, namun mempunyai hiasan bunga mawar kecil terselip di sela gundukan dadanya. Bunga itu bunga sungguhan. Masih segar dan menyebarkan bau harum mawar yang agak berbeda dengan mawar biasanya. Aromanya lebih lembut dan melenakan kalbu, seakan menciptakan sejuta keindahan di dalam hati.Wanita muda itu rambutnya disanggul rapi, tapi sebagian rambut meriap ke samping. Tak banyak, tapi kelihatan indah sekali. Bagaikan seni rias rambut yang biasa dipakai oleh para putri raja. Wajah wanita cantik itu tiada duanya. Baru sekarang Je