Setombak demi setombak, rombongan kerajaan makin menghampiri perangkap yang dipasang Bajing Ireng. Saat mereka berada di celah antara dua bukit yang menjadi jalan tembus, Bajing Ireng dan kaki tangannya siap akan menyergap.
Saat itu, rombongan kerajaan sudah memasuki mulut celah bukit. Dan....
“Maju!” perintah Bajing Ireng pada anak buahnya, penuh nafsu.
Seketika dari bebatuan besar yang menyembunyikan tubuh mereka, Bajing Ireng dan anak buahnya berhamburan keluar. Bersama si Kembar dari Tiongkok, dia menghadang di depan. Sementara, empat anak buahnya yang lain menghadang di belakang.
Rombongan kerajaan kini benar-benar terjepit, tanpa dapat meloloskan diri lagi. Bagaimana mereka bisa meloloskan diri kalau di sisi-sisi adalah tebing terjal menjulang yang mustahil didaki. Sedangkan di depan dan di belakang mereka, musuh sudah siap merencah.
Celah bukit sepi, maut yang akan menjemput. Hanya desir angin yang meluncur di antara dinding cada
Ketika kuda berlari sekian langkah di dekat sebuah pohon besar, Jejaka segera masuk ke dalam. Sedangkan, Prabu Jaya Mahesa keluar dan bersembunyi di balik pohon besar itu. Kejadian ini begitu cepat. Sehingga, beberapa perwira yang memburu untuk menghentikan lari kuda tak sempat melihatnya.“Wah wah wah...! Kenapa matamu melotot seperti orang banyak hutang, Bajing Ireng?” ejek Jejaka seraya memutar-mutar kain bercorak catur di depan dada, seperti orang kepanasan.“Kau..., ternyata kau belum mati?” kata Bajing Ireng, geram.“Aku selalu punya nyawa cadangan yang kusimpan dalam perutku. Kau mau lihat nyawa cadanganku?” ujar Jejaka acuh. “Nih. ”Truut... dut! Du. brot!Jejaka mengeluarkan angin yang dikatakannya tadi sebagai nyawa cadangan. Dan angin itu dikeluarkan melalui lubang pantatnya!“Hebat, bukan?”“Keparat!” geram Bajing Ireng amat memuncak. Mata tokoh hitam
“Kau bertempur menggunakan jurus apa, Bajing Ireng? Apakah nama jurus itu 'Kodok Bisul Cari Makan'? Kalau begitu, aku harus menghadapimu dengan jurus 'Kupu-kupu Bingung',” kata Jejaka, pendekar muda yang mendapat julukan Pendekar Konyol ini.Tubuh tegap pemuda itu bergerak. Sepasang kakinya melekuk keluar seperti seorang yang menahan sakit perut. Lalu, tubuhnya mulai berputar-putar setengah terhuyung dalam satu lingkaran kecil.“Anak sinting cari mampus!” maki Bajing Ireng ketika melihat lawannya mulai mengejek kembali.Serangan selanjutnya dilancarkan Bajing Ireng, langsung memasuki jurus kesepuluh 'Terkaman Naga'. Lelaki itu juga ingin secepatnya menyudahi pertarungan ini.Sementara itu tanpa diduga Patih Ranggapati, dari kereta kuda meluncur seseorang berpakaian merah menyala dengan kepala ditutup caping pelepah kelapa. Dan dia tepat mendarat di depan Patih Ranggapati.Memang, rupanya Jejaka tidak mau tanggung-tanggung me
“Srikandi! Apa-apaan kau ini?!” kata Patih Ranggapati, bergetar.“Paman Guntur Selaksa, periksalah bahu kiri Patih Ranggapati! Sewaktu pulang bersamaku dulu, dia mengatakan kalau luka di bahunya adalah akibat serangan orang-orang Bajing Ireng. Sesungguhnya, luka itu akibat sayatan Kipas Naga milik Rintih Manja, yang kini menjadi kusir kereta kuda kita...,” sambung Srikandi pada Mahapatih Guntur Selaksa, tanpa mempedulikan keterkejutan Patih Ranggapati.Rupanya, Srikandi sudah mulai mempercayai siasat yang diterapkan Jejaka, untuk membuktikan keterlibatan Patih Ranggapati dalam menebar bencana di Kerajaan Karang Setra.Lelaki tinggi besar bernama Mahapatih Guntur Selaksa menatap Patih Ranggapati dengan sinar mata tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang selama ini dikenal baik sebagai perwira kerajaan dengan kesetiaannya yang tak diragukan itu berkhianat? Namun mengingat yang memerintah adalah putri raja, mau tak mau Mahapatih Guntur Se
Sebenarnya jurus-jurus Jejaka memang sulit diduga. Bahkan seringkali terlihat ngawur. Namun akibat yang dihasilkannya sungguh sulit dipercaya. Padahal, benteng pertahanan Bajing Ireng selama ini tidak bisa ditembus oleh tokoh sakti mana pun. Tapi lawannya yang berusia belasan tahun ini mampu membobol pertahanan Bajing Ireng tak kurang dari tiga puluh jurus!“Kenapa kaget? Sekarang kau baru berkenalan dengan Jejaka yang baru turun gunung. Kau ingin lihat kekonyolanku? Lihatlah!”Selesai berkata demikian, Jejaka melabrak lawan seperti orang gila yang sedang mengamuk sejadi-jadinya. Sepasang tangannya mengebut kian kemari dengan telapak dan jari tangan terbuka lebar-lebar. Kakinya menendang-nendang kacau seperti seekor kuda liar. Sedangkan kepalanya berputar-putar, sehingga rambutnya berantakan tak karuan.“Hus... hus! Hus...!” Jejaka menggusah. Seakan-akan menganggap Bajing Ireng, tokoh sakti papan atas aliran hitam itu sebagai ayam milikny
“Aaakh!”Tubuh Jejaka terjengkang menyusul Rintih Manja yang lebih dulu menghantam sisi bukit karang.Tubuh Jejaka lunglai setelah menabrak tebing terlebih dahulu. Dari celah bibirnya mengalir darah kental kehitam-hitaman. Sedangkan dari dadanya tampak mengepul asap tipis.“Jejakaaa!” pekik Srikandi, melihat pemuda yang dicintainya tergeletak tanpa gerak.“Ha ha ha...! Jangan dikira dapat mengalahkanku, Bocah Ingusan,” ledek Bajing Ireng puas.Pertempuran terhenti ketika Srikandi berlari menuju tubuh Jejaka dengan derai air mata di pipi. Semuanya tertegun menyaksikan melihat Jejaka mengalami nasib mengerikan di tangan Bajing Ireng.Bajing Ireng kembali ingin bergerak menyerang lagi kearah Jejaka, tetapi baru juga bergerak mendekati terdengar suara bentakan keras disusul berkelebatnya tiga sosok tubuh yang kemudian menghadang di depannya.Dua orang laki-laki yang berumur tiga puluhan dan seorang gadi
Kembali Empat jilatan lidah petir mengkerjap, menerangi alam untuk sesaat.“Ngrh!”Jejaka terlihat bangkit berdiri. Matanya yang berwarna biru terlihat berkilat-kilat kemerahan.Huupp...!Jejaka melompat tinggi keudara, dan ;Hea...!Jejaka mengangkat tangan kanannya keatas.Jlegar! Jlegar! Jlegar! Jlegar!Entah suatu kebetulan atau tidak, empat jilatan lidah petir menyambar tangan Jejaka yang terangkat keatas. Kini terlihat kilatan-kilatan lidah petir itu memenuhi pergelangan tangan kanan Jejaka. Rajah pedang naga murkha yang ada dipunggung lengan kanannya tampak mengeluarkan semburat cahaya merah yang terang.“Rajah Nogo Kinurat Papat, Sifat Papat Minongko Roso Janmo... Heaaaa!” Jejaka berteriak keras membaca mantra dari jurus ketiga naga pamungkasnya, Naga Murkha. Dari telapak tangan kanan Jejaka yang didorong kedepan, keluar leretan sinar berwarna warni yang melesat kearah Bajing
Melihat kenyataan yang mengendorkan keberanian mereka, anak buah Bajing Ireng langsung mengambil keputusan untuk melarikan diri. Termasuk, si Kembar dari Tiongkok. Mereka tidak mau menjadi korban berikutnya dari ilmu aneh Jejaka!Begitu cepat mereka melesat, sesaat kemudian keenam lelaki itu sudah menghilang di balik bukit tanpa ada yang bisa mencegahnya.Sementara, tubuh Jejaka kini telah biasa kembali. Kedua mata birunya yang berkilat-kilat merah telah menghilang perlahan beberapa saat lalu. Lalu, Jejaka melangkah menghampiri Rintih Manja.“Bawa Patih Panggapati ke istana, Paman Guntur Selaksa,” ujar Srikandi memecah kesunyian celah bukit.Mahapatih Guntur Selaksa mengangguk. Dengan cukup hormat, diajak Patih Ranggapati yang telah menyerah untuk ikut ke istana untuk diadili. Bersama dua perwira dan sembilan prajurit yang masih hidup, mereka meninggalkan celah bukit.Di pangkuan Jejaka, Rintih Manja tersengal-sengal mempertahanka
Sorak sorai kemenangan menyambut kedatangan Jejaka, putri Srikandi bersama pasukannya, wajah-wajah gembira dan penuh kebahagiaan menyambut kedatangan mereka. Tangis kebahagiaan terdengar pecah disana sini. Kematian Bajing Ireng di tangan Jejaka dengan cepat menyebar diantara kalangan masyarakat kota raja. Nama Jejaka Emaspun mulai dielu-elukan dan mulai menjadi pergunjingan dimana-mana. Gusti Prabu Jaya Mahesapun langsung memerintahkan para petinggi kerajaan untuk mengadakan syukuran yang direncakan akan berlangsung 7 hari 7 malam sebagai ungkapan rasa syukur atas matinya Bajing Ireng. Tapi diantara banyak orang yang ada ditempat itu, tidak terlihat sosok Jejaka yang menjadi pahlawan dalam pertempuran kemenangan tersebut.Sepasang muda mudi tampak melangkah memasuki sebuah keputren, dimana sosok sang wanita tampak tengah memapah pemuda itu dengan bahunya. Sosok itu adalah Jejaka dan Srikandi yang tampak lebih memilih menyingkir dari keramaian karena saat ini Jejaka tengah ter