"Tetaplah tenang di tempatmu, Cah Ayu! Kuharap kau jangan terlalu banyak ulah bila terjadi sesuatu denganku," ujar Dewa Abadi, lalu buru-buru meloncat bangun.Jejaka yang masih berdiri di tempatnya hanya menggaruk-garuk kepala seraya berpaling ke tempat lain. Seolah-olah, ia tidak menyadari dirinya tengah diperhatikan Dewa Abadi dan Ningrum! "Jejaka! Demi Dewata. Aku senang sekali bertemu denganmu. Sekarang kuminta tun..."Dewa Abadi menghentikan bicaranya. Namun sepasang matanya yang berwarna kelabu terus perhatikan pemuda tampan di hadapannya.“Ah...! Kukira tidak seharusnya aku berterus terang mengatakan maksud tujuanku. Bila aku berkeras kepala meminta pemuda itu menunjukkan ilmunya untuk membunuhku, sudah pasti pemuda ini keberatan. Dan bisa jadi malah tidak mau menuruti keinginanku. Sedang aku tidak menginginkannya. Ya ya ya...! Memang sebaiknya aku tak usah memberitahukannya," gumam Dewa Abadi dalam hati.Mendengar Dewa Abadi menghentikan bicara, cucu Begawan Tapa Pamungkas te
"Kau ini sebenarnya menginginkan apa, sih? Kenapa nafsu sekali ingin bertarung denganku?" "Jangan banyak tanya! Cepat sambut pukulanku!" teriak Dewa Abadi lantang.Habis berkata begitu, Dewa Abadi pun segera membuka jurusnya. Jari-jari tangannya yang telah berubah jadi putih berkilauan telah terangkat. Namun sayangnya baru saja bermaksud akan menyerang, tiba-tiba Ningrum telah berkelebat menghadang langkahnya."Jangan, Orang Tua! Kalau kau benar-benar menyesal telah menewaskan guruku, kau tidak boleh menyerang Jejaka. Kalau kau tetap keras kepala, langkahi dulu mayatku. Baru kau boleh menyerang Jejaka!" teriak Ningrum lantangDewa Abadi menggeram penuh kemarahan. Tampak sekali kalau hatinya sangat bimbang. Namun, bila teringat akan maksud tujuannya, kebimbangan di hatinya pun sirna."Kau tetap tenang di tempatmu, Cah Ayu! Aku tidak bermaksud mencelakakan pemuda itu," ujar Dewa Langit, tandas.“Aku tak percaya. Kau pasti akan mencelakakan Jejaka," sergah si gadis.“Ah...! Kau hany
"Semprul! Tak kusangka aku dapat dirobohkan tua bangka di hadapanku ini hanya dalam satu gebrakan!" dengus hati Jejaka. Saat itu, Dewa Abadi pun kembali menyerang hebat. Diam-diam Jejaka mengeluh dalam hati. Kali ini sulit rasanya menghindari gempuran-gempuran lawan. Dan kenyataannya memang demikian. Belum sempat cucu Begawan Tapa Pamungkas ini bertindak, tiba-tiba tepukan tangan Dewa Abadi telah mengancam dadanya. Dan....Bukkk! Bukkk!Telak sekali hantaman tangan Dewa Abadi mendarat di dada Jejaka. Seketika tubuh si pemuda limbung ke samping, lalu jatuh berdebam ke tanah! Parasnya kian pucat bagai mayat! Sedang dadanya yang terkena hantaman tangan terasa mau jebol!Jejaka mengerang hebat. Dan begitu meloncat bangun, darah segar tersembur dari mulutnya."Sompret! Benar-benar sompret! Tua bangka ini rupanya benar-benar menginginkan nyawaku. Kukira sudah saatnya aku mengeluarkan ajian 'Titisan Siluman Ular Naga'" pikir Jejaka dalam hati.Maka tanpa banyak cakap lagi, Jejaka segera memu
"Terima kasih, Anak Muda. Kau baik sekali. Kau telah antarkan aku menemui Pendampingku Yang Setia. Kalau kau tertarik, sekalian ajak gadis itu mempelajari kitab-kitab peninggalan ku. Asal, jangan Kitab Sukma Abadi! Itu amat berbahaya, Anak Muda. Kukira hanya itu pesanku, Anak Muda!” ucap Dewa Abadi yang kontan membuat wajah berubah.“K-kitab Sukma Abadi” ulang Jejaka lagi, karena memang kitab itulah yang dicari-carinya selama ini.“Benar. Kitab sukma abadi. Kenapa Jejaka, sepertinya kau terkejut mendengar nama kitab itu?”“Sebenarnya aku memang ingin mencari kitab itu Dewa Abadi, Raja Kala Coro yang memintaku untuk mencarinya” kata Jejaka lagi, kali ini wajah Dewa Abadi yang tampak berubah mendengar ucapan Jejaka, tapi kemudian bibirnya tersenyum.“Raja Kala Coro, Raja jin penguasa pulau dedemit itukah?” tanya Dewa Abadi, Jejaka mengangguk pelan.“Memang sudah seharusnya kitab itu kembali ke pemiliknya, sampaikan maafku kepada Raja Kala Coro, Jejaka” lagi-lagi Jejaka mengangguk pelan
Belum lagi selesai ucapan Dewa Abadi, satu halilintar berkiblat cepat dari langit, sinar putihnya sekilas menerangi langit yang mulai menghitam, halintar langit itu menghantam sosok Dewa Abadi yang masih berdiri tegar menantang langit.Begitu dihantam halilintar dahsyat itu, tubuh Dewa Abadi langsung berasap, seluruh pakaian putih yang dikenakannya tampak gosong, tapi tidak demikian dengan sosok Dewa Abadi yang terlihat masih berdiri tegar tanpa terluka sedikitpun.“Ayo! Bunuh aku Dewata! Bunuh!” teriak Dewa Abadi dengan keras.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Hujan petir langsung menghantam sosok Dewa Abadi.“Bunuh aku Dewata! Bunuh aku!” teriak Dewa Abadi dengan keras diantara lidah-lidah petir yang menyambar tubuhnya. Tempat itu benar-benar menjadi tempat bunuh diri yang sangat mengerikan, hancur lebur karena dihantam hujan petir yang dahsyat.Jejaka dan Ningrum tak terlihat lagi ditempatnya, karena saat hujan petir pertama melanda, Jejaka sudah menyambar dengan cepat soso
Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Akibatnya, hujan lidah petir yang menyambar dahsyat kebawah, salah satunya menghantam sosok Jejaka. Untuk sesaat terlihat sosok Jejaka mengeluarkan semburat aura keemasan disekujur tubuhnya. Ningrum yang ada dipondongannya terlempar darinya. Jejaka sendiri terjatuh ketanah. Tapi tidak menderita luka sedikitpun, rupanya aura keemasan yang tadi keluar dari tubuh Jejaka telah melindunginya.“Ningrum!” Teriak Jejaka dengan wajah pucat melihat sosok Ningrum yang tadi terkena sambaran petir tampak terkapar tak bergerak.Serrr...!Jejaka dengan cepat melesat kearah Ningrum, tepat disaat hujan petir kembali menghujam bumi.Wuutt... Wuutt... Wuutt... Wuutt... Wuutt...!Jejaka segera melepaskan gelang dewa ditangannya, gelang-gelang dewa itu langsung melesat kearah Ningrum dan kemudian bergerak berputar-putar diatas sosok Ningrum yang terkapar. Rupanya Jejaka menggunakan gelang-gelang dewanya untuk melindungi sosok Ningrum dari badai hujan petir yang me
“Jejaka!” terdengar suara keras Dewa Abadi. “Cepat tinggalkan tempat ini, sebelum aku tidak bisa mengendalikan kekuatan petir ini”“Tidak! Aku harus menghentikanmu Dewa Abadi”“Kau takkan mampu Jejaka, jurus terdahsyat yang kau miliki ‘Titisan Siluman Ular Naga’-mu saja tak bisa membunuhku”“Aku masih banyak memiliki jurus-jurus dahsyat lainnya Dewa Abadi” kata Jejaka lagi dengan tegas. Hal ini membuat paras wajah Dewa Abadi berubah. Matanya yang berubah menjadi kilatan-kilatan lidah petir tampak semakin berkilat-kilat dahsyat.“Benarkah?! Ayo kerahkan serangan terkuatmu Jejaka, bunuh aku!” kata Dewa Abadi lagi seraya mengembangkan kedua tangannya kearah Jejaka.Tanpa menunggu waktu lagi. Jejaka segera mengerahkan dua ilmu andalannya, 'Tenaga Inti Api' dan 'Tenaga Inti Es' dimana kini tangan kanan Jejaka tampak berubah menjadi memerah, sedangkan tangan kiri berubah menjadi putih keperakan.“Heaaa...!”Wusshh... Wusshh...!Dua leret sinar merah dan putih menyala melesat kearah sosok De
“Benar-benar gila Sukma Abadi itu” batin Jejaka menyadari kalau ilmu surya pamungkas miliknyapun tak bisa membuat Dewa Abadi terbunuh, bahkan terluka saja tidak.“Hebat juga jurus pukulanmu ini Jejaka” terdengar suara serak Dewa Abadi seraya mengangkat wajahnya, terlihat wajah Dewa Abadi penuh bersimbah darah. Kedua matanya tidak lagi mengeluarkan lidah petir seperti sebelumnya. Rupanya serangan terakhir Jejaka sudah membuatnya terluka dalam. “Tapi belum cukup untuk membunuhku” sambung Dewa Abadi bangkit berdiri, tapi serangan dahsyat itu tidak mampu melukai tubuhnya, bahkan satu helai rambutnya tidak jatuh dari kepalanya.“Berikan aku yang lebih kuat dari ini Jejaka!” pintu Dewa Abadi dengan tatapan sayu. Jejaka yang sebelumnya masih terlongo kaget dengan kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Abadi, terkejut mendengar kata-kata Dewa Abadi.“Lebih kuat dari ini...” ulang Jejaka teringat akan sesuatu. Lalu menyambung ucapan ; “Kau yakin Dewa Abadi?”“Jika memang ada, keluarkanlah Jejaka, ak