Home / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliuner / Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

Share

Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-02-04 21:28:48

Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.

Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.

Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.

Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.

Victor Helmis.

Tatiana berhenti sejenak. Napasnya tercekat saat matanya menangkap pria itu yang tengah berdiri di balik meja kerja. Posturnya masih sama—tinggi, tegap, dan penuh wibawa. Lengan kemejanya tergulung hingga siku, memperlihatkan urat-urat halus di tangannya yang kuat. Alis tebalnya membingkai mata kebiruan yang tampak begitu tajam. Rahangnya yang tegas, bibir tipis yang terkatup rapat, dan sorot matanya yang selalu mengintimidasi—semuanya masih seperti dulu.

Tatiana merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Rindu? Dendam? Atau rasa ingin memiliki yang tak pernah hilang?

Tanpa ragu, ia melangkah lebih cepat, melewati lobi dengan kepala tegak. Sekretaris yang berjaga di luar ruangan Victor tampak terkejut saat melihatnya, tetapi Tatiana tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

Dengan satu dorongan, ia membuka pintu kaca tanpa mengetuk.

Victor yang tengah sibuk menandatangani berkas mengangkat kepalanya. Ekspresinya sempat berubah terkejut, tetapi hanya dalam sekejap, ia kembali pada sikap tenang dan profesionalnya.

"Tatiana," suaranya terdengar dalam dan berat. "Ada keperluan apa kau datang ke sini?"

Tatiana tidak menjawab. Ia menutup pintu di belakangnya dengan satu gerakan tegas, lalu berjalan ke arah Victor dengan langkah pasti. Jarak mereka semakin dekat, hingga Tatiana bisa mencium aroma maskulin yang familiar. Aroma yang dulu selalu menenangkannya.

Victor tidak bergerak saat Tatiana menyentuh wajahnya. Jemarinya yang ramping menyusuri garis rahang pria itu, seolah menghafal kembali setiap lekuk yang pernah menjadi dunianya.

"Aku masih mencintaimu," Tatiana berbisik, suaranya hampir bergetar. "Katakan kalau kau juga masih mencintaiku, Victor. Katakan kalau wanita itu tidak ada artinya bagimu."

Tatapan Victor tetap tenang, nyaris dingin. Tatiana bisa merasakan napasnya yang stabil, begitu berbeda dengan jantungnya sendiri yang berdetak liar.

"Kau sudah menikah, Tatiana, aku juga sudah mendengar itu," kata Victor akhirnya. Nada suaranya begitu datar, tetapi menusuk tajam ke dalam hati Tatiana. "Aku juga sudah menikah. Apa kau lupa itu?"

Tatiana mendengus sinis. Jemarinya mencengkeram kerah kemeja Victor, menariknya lebih dekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Aku tidak peduli," Tatiana hampir berteriak, matanya berkilat penuh emosi. "Aku hanya ingin bersamamu! Aku tidak peduli jika harus menjadi yang kedua dalam hidupmu, asal kau tetap memilikiku!"

Keheningan menyelimuti ruangan itu.

Tatiana bisa melihat sorot mata Victor berubah, tetapi ia tak bisa membaca isi pikirannya. Bukan marah, bukan jijik, tetapi juga bukan kasih sayang. Ada sesuatu yang lebih kompleks dalam tatapan itu—sesuatu yang tak bisa ia pahami.

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar di pintu.

Tatiana membeku.

Victor melirik ke arah pintu, lalu kembali menatap Tatiana dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Pergilah," bisiknya pelan, tetapi tegas.

Tatiana tetap diam, enggan melepaskan genggamannya di kerah pria itu.

"Kalau kau tetap di sini, semuanya akan menjadi lebih buruk," lanjut Victor, kali ini dengan nada yang lebih dalam.

Tatiana menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Namun, sebelum ia bisa mengambil keputusan, pintu mulai terbuka perlahan.

Siapa yang ada di balik pintu?

___

Tatiana hampir melompat ketika ketukan di pintu makin menggema di ruangan.

Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup kencang. Siapa yang datang? Apakah ada yang melihatnya berada di sini? Apakah seseorang akan memergokinya dalam situasi yang begitu memalukan ini?

Victor melirik sekilas ke arahnya, ekspresinya tetap tenang meski ada sedikit ketegangan di matanya. Kemudian, dengan suara datar, ia berkata, "Masuk."

Pintu terbuka perlahan, dan sosok pria berseragam cleaning service melangkah masuk.

Tatiana terpaku.

Separuh wajah pria itu tertutup masker, tetapi sepasang mata tajamnya langsung mengunci pandangan ke arahnya. Mata yang begitu familiar. Mata yang biasa menatapnya dengan dingin dan penuh superioritas.

Paulios. Suaminya sendiri.

Tatiana tercekat. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria itu di sini.

Dalam balutan seragam cleaning service?

Di hotel tempat Victor bekerja?

Sementara Tatiana berdiri dengan ekspresi terguncang, Victor tampaknya tidak menaruh kecurigaan sedikit pun terhadap kehadiran pria itu. Baginya, Paulios hanya seorang petugas kebersihan yang sedang menjalankan tugasnya.

Paulios menarik napas dalam, lalu menatap Victor sebelum berbicara. "Saya minta izin untuk membersihkan ruangan, Tuan," suaranya terdengar rendah, tetapi Tatiana bisa menangkap nada tajam yang terselip di dalamnya.

Victor menatap pria itu sekilas sebelum mengangguk. "Silakan."

Tatiana merasa hawa di ruangan ini semakin menyesakkan. Ia ingin segera pergi, tetapi tubuhnya seperti terpaku di tempat.

Namun, sebelum ia bisa melangkah, Paulios berbicara lagi.

"Tuan Victor," suaranya terdengar lebih berat dari sebelumnya. "Bolehkah saya meminta Tuan dan Wanita itu untuk keluar sebentar? biar saya bersihkan ruangan lebih leluasa jika tak keberatan."

Tatiana menahan napas.

Wanita itu?

Dia tidak menyebut namanya, tetapi jelas siapa yang ia maksud.

Victor menoleh ke arah Tatiana, seolah menunggu persetujuannya. Tatiana hanya mengangguk. Dengan sedikit ragu, Victor akhirnya berkata, "Ayo kita bicara di tempat lain, Tatiana. Biarkan pegawai ini bekerja."

Tatiana mengangguk, meski hatinya penuh ketakutan.

Ia melangkah ke luar, diikuti Victor yang berjalan di sampingnya. Mereka meninggalkan Paulios sendirian di dalam ruangan.

Begitu pintu tertutup, kesunyian menyelimuti ruangan itu.

Paulios tidak segera bergerak. Ia hanya berdiri di tengah ruangan, jemarinya mencengkeram erat gagang kain pel yang ia bawa.

Tangannya bergetar.

Dengan gerakan pelan, ia melepas maskernya.

Udara dingin menyentuh wajahnya, tetapi amarah dalam dirinya jauh lebih membara. Rahangnya mengeras, matanya semakin tajam, dan bibirnya tertarik dalam garis lurus yang menahan emosi.

Tatiana...

Wanita itu baru saja ada di ruangan ini, memohon cinta pria lain, sementara ia sendiri berdiri di sudut sebagai orang yang tak dianggap.

Paulios mengepalkan tangan, lalu bergumam pelan, suaranya nyaris tak terdengar, tetapi penuh dengan kemarahan yang ditekan.

"Kau pikir aku akan diam saja melihat ini?"

Tangannya meremas kain pel itu dengan keras, hingga hampir merobek seratnya.

Tatiana sudah melampaui batas.

Dan Paulios...

Ia tidak akan tinggal diam.

Bersambung....

Related chapters

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 8 – Api dalam Rumah

    Paulios duduk di ruang tamu, rahangnya mengatup rapat, kedua tangannya mengepal kuat di atas pahanya. Sejak kembali dari hotel tadi, pikirannya terus bergejolak, dadanya seperti dihantam batu besar yang membuat napasnya terasa berat. Ia melihat semuanya. Setiap gerakan, setiap ekspresi, setiap kata yang keluar dari mulut istrinya saat berdiri di hadapan Victor.Tatiana tidak hanya melanggar batas. Ia menginjak-injaknya.Ia mengira Paulios hanyalah bayangan, seseorang yang bisa ia abaikan begitu saja.Dan sekarang, ia menunggu.Menunggu wanita itu pulang dengan kepura-puraannya.Suara mesin taksi berhenti di depan rumah. Paulios langsung menoleh, matanya menyipit tajam.Tatiana turun dengan anggun, seolah baru saja menghadiri perjamuan, bukan kembali dari pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya. Rambutnya masih tertata rapi, gaunnya masih sempurna, dan parfum mewahnya tercium begitu kuat saat ia melangkah masuk.S

    Last Updated : 2025-02-05
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 9 – HARGA DIRI YANG TERINJAK

    Keheningan menekan udara di antara mereka, tetapi bukan keheningan yang menenangkan—melainkan keheningan yang mengancam. Tatiana menelan ludah, menyadari betapa dekatnya wajah Paulios dengannya. Napas pria itu hangat, begitu dekat hingga ia bisa mencium wangi parfum maskulin yang menguar dari tubuhnya. Aroma yang tajam dan berkarakter, begitu kontras dengan sikapnya yang selama ini ia pandang rendah. Tatiana menatap Paulios dengan penuh kebencian, tetapi pria itu tak bergeming. Mata kelamnya menyelami iris cokelat milik Tatiana, menelanjangi emosi wanita itu dengan tatapan tajam yang sulit diartikan. Lalu, suara Paulios terdengar, rendah dan tajam, menyayat ke dalam hati. "Jika kau benar-benar ingin menjadi pelacur..." Ia mendekatkan wajahnya sedikit lagi, begitu dekat hingga Tatiana bisa merasakan hembusan napasnya menyentuh kulitnya. "...setidaknya jadilah pelacur untuk suamimu sendiri. Daripada bertin

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 10 – Peringatan Tegas

    Hari-hari berlalu, tetapi Tatiana tetap tidak berubah. Sikapnya semakin lancang, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak akan tunduk pada siapa pun, termasuk suaminya sendiri. Setiap hari, ia hanya duduk di sofa empuk, menikmati hidupnya tanpa peduli pada keadaan rumah. Televisi selalu menyala, sementara tubuhnya bersandar santai dengan ekspresi bosan. Di dapur, ibu mertua sibuk menyiapkan makan siang, mengurus rumah seorang diri. Namun, Tatiana tidak berniat membantunya, apalagi bersikap hormat sebagai seorang menantu. Paulios berdiri di ambang pintu, mengamati istrinya yang terus berlagak seperti seorang putri. Rahangnya mengatup rapat, menahan gejolak amarah yang semakin naik. Cukup. Ia melangkah mendekat, suaranya rendah tetapi tegas. "Tatiana." Tatiana tidak menoleh, jari-jarinya tetap menggenggam remote televisi. "Tatiana," ulang Paulios, kali ini lebih

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 11 – RASA MARAH YANG TERPENDAM

    Keheningan terasa begitu menyesakkan di ruang tamu. Tatiana masih berdiri kaku, matanya sedikit bengkak akibat air mata yang ia tahan. Paulios sudah pergi, meninggalkannya dengan ancaman yang begitu menusuk harga dirinya. Di dapur, ibu mertuanya menatapnya dengan sorot iba. Wanita itu tahu Paulios memang keras, tapi ia juga tahu putranya hanya ingin mendidik istrinya agar tidak menjadi perempuan manja. Sang ibu menghela napas pelan sebelum melangkah mendekat. "Tatiana, Nak… sudahlah. Jangan keras kepala." Suaranya lembut, penuh ketulusan. "Paulios hanya ingin kau berubah, dia hanya ingin kau bisa menyesuaikan diri." Tatiana tidak menoleh, tidak menjawab. Matanya kosong menatap lantai, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Tangannya masih mengepal di sisi tubuhnya, kuku-kuku jarinya menekan telapak tangan hingga memutih. Sang ibu mencoba tersenyum, berharap bisa mencairkan suasana. "Tidak ada salahnya membantu Ibu sebentar. Kau tidak perlu melakukan banyak hal, Ibu akan mene

    Last Updated : 2025-02-07
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 12 – Kemarahan Yang Terbakar

    Matahari sudah mulai condong ke barat ketika Paulios melangkah masuk ke dalam rumah dengan ekspresi dingin. Hari itu ia pulang lebih awal, bukan karena ingin beristirahat, melainkan karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pagi—Tatiana.Wanita itu masih saja bersikap seolah dunia berputar di sekelilingnya. Paulios ingin tahu apakah ia sudah mulai bertanggung jawab atau masih saja berkubang dalam kemanjaannya.Langkahnya mantap menuju dapur, di mana ia menemukan ibunya yang tengah membereskan meja makan. Dahi wanita itu dipenuhi keringat, rambutnya agak berantakan, dan pakaian lusuhnya jelas-jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menyelesaikan pekerjaan berat.Paulios menyipitkan mata."Ibu." Suaranya dalam dan tajam. "Tatiana sudah melakukan tugasnya?"Sang ibu terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum tipis. "Ya, Nak. Tatiana sudah membantu."Paulios tidak segera menjawab. Matanya mengamati ibunya dari u

    Last Updated : 2025-02-08
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 13 – CINTA YANG KEMBALI BERSEMI?

    Sebuah restoran mewah dengan lampu-lampu redup dan alunan musik klasik yang lembut menjadi saksi bisu pertemuan Tatiana dan Victor malam ini. Cahaya lilin yang berpendar di atas meja memberikan kesan hangat dan romantis, seolah semesta mendukung pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah. Tatiana duduk dengan anggun, mengenakan dress berwarna merah yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang tergerai rapi membuatnya tampak semakin menawan. Di hadapannya, Victor duduk dengan tenang, mengenakan setelan jas yang terlihat mahal dan berkelas. Pria itu tersenyum tipis, menatap Tatiana dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada nostalgia di sana, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam. "Aku tidak menyangka kita akan seperti ini lagi," ucap Victor sambil menuangkan anggur ke dalam gelas Tatiana. "Tatiana yang dulu tetap sama seperti yang kulihat sekarang. Cantik, manis, dan… menggoda." Tatiana tersenyum keci

    Last Updated : 2025-02-09
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 14 – KEHORMATAN YANG TERNODA

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram lilin yang berkilauan, memberikan suasana romantis dan hangat bagi setiap pasangan yang duduk di sana. Alunan musik klasik yang lembut berpadu sempurna dengan gemerincing gelas anggur yang saling bersulang. Di salah satu sudut ruangan, Tatiana duduk anggun dengan gaun elegan berwarna merah marun yang menonjolkan keanggunannya. Senyumnya merekah, matanya berbinar saat menatap pria di depannya—Victor. "Aku senang kita bisa makan malam bersama lagi," suara Victor terdengar dalam dan lembut. Ia menyunggingkan senyum tipis, memamerkan pesonanya yang tak pernah gagal membuat Tatiana terpesona. "Rasanya seperti mengulang masa-masa indah kita dulu." Tatiana tertawa kecil, memainkan ujung gelas anggur di tangannya. "Iya... aku juga merindukan saat-saat itu. Mungkin... kita bisa mengulanginya lagi?" Victor menaikkan alis, matanya berbinar nakal. "Kau menggodaku sekarang?" "Mungkin saja," Tatiana menjawab genit, menggigit bibir bawahnya. Victor tert

    Last Updated : 2025-02-09
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 15 – PENGHINAAN YANG MEMBAKAR HARGA DIRI

    Restoran mewah itu masih dipenuhi cahaya lilin temaram dan alunan musik klasik yang romantis. Namun, suasana di meja mereka begitu tegang dan mencekam. Mata Paulios tajam menatap Victor yang kini berdiri dengan senyum penuh kesombongan. Tatiana berdiri di samping Victor, wajahnya datar tanpa sedikit pun rasa bersalah.Victor memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan sikap angkuh. Ia memandang Paulios dari atas ke bawah, menilai pria itu seperti melihat sampah yang kebetulan melintas di depannya. Senyum sinis tersungging di bibirnya.“Jadi?” Victor mendekat, suaranya rendah namun penuh ejekan. “Kau mau bawa pulang Tatiana?” Ia melirik Paulios dengan pandangan meremehkan. “Mau bawa pakai apa? Bajai? Gocar? Taksi? Atau… jalan kaki?” Ia pura-pura berpikir, ekspresinya dibuat-buat seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. “Berapa sih gaji seorang cleaning service sepertimu per bulan?”Tatiana terdiam, tidak ada niat untuk membela Paulios. Justr

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 18 – KESENGITAN YANG MAKIN MENJADI

    Beberapa hari telah berlalu sejak Tatiana melemparkan berkas cerai ke wajah Paulios, tapi sampai sekarang, pria itu belum menandatanganinya. Kertas-kertas itu masih tersimpan rapi di meja kecil di sudut kamar, tidak tersentuh, seolah-olah Paulios tidak ingin mengakui keberadaannya. Setiap kali ia memandangnya, ada perasaan aneh yang menyeruak dalam dadanya. Ia tidak ingin melepaskan Tatiana. Tidak seperti ini.Namun, malam ini, batas kesabaran Tatiana akhirnya runtuh.BRAK!Pintu kamar terbanting keras saat Tatiana menerobos masuk tanpa permisi. Matanya menyala penuh amarah, sementara gaun merah yang ia kenakan melambai saat ia melangkah cepat mendekati Paulios, yang saat itu sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk.“Kau pikir kau sedang bermain drama konyol di sini, Paulios?!” suara Tatiana melengking tajam. “Kenapa kau belum menandatangani surat itu? Apa yang kau tunggu?!”Paulios mengangkat kepalanya, matanya lelah ta

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 17 – DIBAWAH BAYANGAN PENGHINAAN PERMINTAAN TATIANA

    Paulios membuka pintu rumah dengan langkah lambat, tubuhnya terasa letih setelah seharian bekerja keras. Wajahnya letih, penuh dengan pemikiran yang bergelut, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha tetap teguh. Ia menatap sekeliling, mengingat betapa sepi dan kosongnya rumah ini. Namun, tatapan matanya langsung tertumbuk pada sosok yang sedang duduk di ruang tamu. Tatiana, dengan gaun santai dan kuku yang sedang dilapisi cat merah muda cerah, duduk di kursi, tampak santai dan sedikit sombong.Tatiana tidak menoleh, tidak ada sapaan hangat atau perhatian apapun yang diberikan. Seolah-olah dunia mereka sudah benar-benar terpisah. Paulios mendekat, langkahnya berhenti sejenak di depan pintu, matanya masih memandangi wanita yang menjadi istrinya."Tatiana," suara Paulios terdengar berat, seperti ada beban yang terpendam di dalamnya.Tatiana baru menoleh, wajahnya tanpa ekspresi, hanya seulas senyum tipis yang tidak menyiratkan kehangatan. Tanpa b

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 16 – PENGHINAAN YANG MEMBAKAR AMARAH

    Suara pel basah yang menggesek lantai mengisi kesunyian di dalam ruangan kantor mewah itu. Paulios berdiri membungkuk, menggerakkan pel dengan gerakan lambat dan teratur. Tangannya terampil membersihkan lantai yang mengilap, wajahnya tenang tanpa ekspresi.Namun, ketenangan itu hancur saat sebuah berkas dilemparkan tepat ke arah wajahnya. Kertas-kertas berhamburan di lantai, berserakan di sekitar ember pel yang dibawanya. Paulios mengangkat kepala, menatap pria angkuh yang berdiri di depannya dengan senyum mengejek.Victor berdiri dengan tangan disilangkan di depan dada, ekspresinya penuh kesombongan. Matanya menyipit, bibirnya tersungging tipis. “Bereskan itu. Lantai ini harus bersih tanpa noda sedikit pun.”Paulios menghela napas pelan, menahan emosinya. Ia menundukkan kepala, bukan karena takut, melainkan karena menghormati atasannya. Dengan tenang, ia memunguti kertas-kertas yang berserakan di lantai. Tangannya bergerak perlahan, namun dalam benaknya,

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 15 – PENGHINAAN YANG MEMBAKAR HARGA DIRI

    Restoran mewah itu masih dipenuhi cahaya lilin temaram dan alunan musik klasik yang romantis. Namun, suasana di meja mereka begitu tegang dan mencekam. Mata Paulios tajam menatap Victor yang kini berdiri dengan senyum penuh kesombongan. Tatiana berdiri di samping Victor, wajahnya datar tanpa sedikit pun rasa bersalah.Victor memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan sikap angkuh. Ia memandang Paulios dari atas ke bawah, menilai pria itu seperti melihat sampah yang kebetulan melintas di depannya. Senyum sinis tersungging di bibirnya.“Jadi?” Victor mendekat, suaranya rendah namun penuh ejekan. “Kau mau bawa pulang Tatiana?” Ia melirik Paulios dengan pandangan meremehkan. “Mau bawa pakai apa? Bajai? Gocar? Taksi? Atau… jalan kaki?” Ia pura-pura berpikir, ekspresinya dibuat-buat seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. “Berapa sih gaji seorang cleaning service sepertimu per bulan?”Tatiana terdiam, tidak ada niat untuk membela Paulios. Justr

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 14 – KEHORMATAN YANG TERNODA

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram lilin yang berkilauan, memberikan suasana romantis dan hangat bagi setiap pasangan yang duduk di sana. Alunan musik klasik yang lembut berpadu sempurna dengan gemerincing gelas anggur yang saling bersulang. Di salah satu sudut ruangan, Tatiana duduk anggun dengan gaun elegan berwarna merah marun yang menonjolkan keanggunannya. Senyumnya merekah, matanya berbinar saat menatap pria di depannya—Victor. "Aku senang kita bisa makan malam bersama lagi," suara Victor terdengar dalam dan lembut. Ia menyunggingkan senyum tipis, memamerkan pesonanya yang tak pernah gagal membuat Tatiana terpesona. "Rasanya seperti mengulang masa-masa indah kita dulu." Tatiana tertawa kecil, memainkan ujung gelas anggur di tangannya. "Iya... aku juga merindukan saat-saat itu. Mungkin... kita bisa mengulanginya lagi?" Victor menaikkan alis, matanya berbinar nakal. "Kau menggodaku sekarang?" "Mungkin saja," Tatiana menjawab genit, menggigit bibir bawahnya. Victor tert

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 13 – CINTA YANG KEMBALI BERSEMI?

    Sebuah restoran mewah dengan lampu-lampu redup dan alunan musik klasik yang lembut menjadi saksi bisu pertemuan Tatiana dan Victor malam ini. Cahaya lilin yang berpendar di atas meja memberikan kesan hangat dan romantis, seolah semesta mendukung pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah. Tatiana duduk dengan anggun, mengenakan dress berwarna merah yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang tergerai rapi membuatnya tampak semakin menawan. Di hadapannya, Victor duduk dengan tenang, mengenakan setelan jas yang terlihat mahal dan berkelas. Pria itu tersenyum tipis, menatap Tatiana dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada nostalgia di sana, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam. "Aku tidak menyangka kita akan seperti ini lagi," ucap Victor sambil menuangkan anggur ke dalam gelas Tatiana. "Tatiana yang dulu tetap sama seperti yang kulihat sekarang. Cantik, manis, dan… menggoda." Tatiana tersenyum keci

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 12 – Kemarahan Yang Terbakar

    Matahari sudah mulai condong ke barat ketika Paulios melangkah masuk ke dalam rumah dengan ekspresi dingin. Hari itu ia pulang lebih awal, bukan karena ingin beristirahat, melainkan karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pagi—Tatiana.Wanita itu masih saja bersikap seolah dunia berputar di sekelilingnya. Paulios ingin tahu apakah ia sudah mulai bertanggung jawab atau masih saja berkubang dalam kemanjaannya.Langkahnya mantap menuju dapur, di mana ia menemukan ibunya yang tengah membereskan meja makan. Dahi wanita itu dipenuhi keringat, rambutnya agak berantakan, dan pakaian lusuhnya jelas-jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menyelesaikan pekerjaan berat.Paulios menyipitkan mata."Ibu." Suaranya dalam dan tajam. "Tatiana sudah melakukan tugasnya?"Sang ibu terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum tipis. "Ya, Nak. Tatiana sudah membantu."Paulios tidak segera menjawab. Matanya mengamati ibunya dari u

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 11 – RASA MARAH YANG TERPENDAM

    Keheningan terasa begitu menyesakkan di ruang tamu. Tatiana masih berdiri kaku, matanya sedikit bengkak akibat air mata yang ia tahan. Paulios sudah pergi, meninggalkannya dengan ancaman yang begitu menusuk harga dirinya. Di dapur, ibu mertuanya menatapnya dengan sorot iba. Wanita itu tahu Paulios memang keras, tapi ia juga tahu putranya hanya ingin mendidik istrinya agar tidak menjadi perempuan manja. Sang ibu menghela napas pelan sebelum melangkah mendekat. "Tatiana, Nak… sudahlah. Jangan keras kepala." Suaranya lembut, penuh ketulusan. "Paulios hanya ingin kau berubah, dia hanya ingin kau bisa menyesuaikan diri." Tatiana tidak menoleh, tidak menjawab. Matanya kosong menatap lantai, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Tangannya masih mengepal di sisi tubuhnya, kuku-kuku jarinya menekan telapak tangan hingga memutih. Sang ibu mencoba tersenyum, berharap bisa mencairkan suasana. "Tidak ada salahnya membantu Ibu sebentar. Kau tidak perlu melakukan banyak hal, Ibu akan mene

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 10 – Peringatan Tegas

    Hari-hari berlalu, tetapi Tatiana tetap tidak berubah. Sikapnya semakin lancang, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak akan tunduk pada siapa pun, termasuk suaminya sendiri. Setiap hari, ia hanya duduk di sofa empuk, menikmati hidupnya tanpa peduli pada keadaan rumah. Televisi selalu menyala, sementara tubuhnya bersandar santai dengan ekspresi bosan. Di dapur, ibu mertua sibuk menyiapkan makan siang, mengurus rumah seorang diri. Namun, Tatiana tidak berniat membantunya, apalagi bersikap hormat sebagai seorang menantu. Paulios berdiri di ambang pintu, mengamati istrinya yang terus berlagak seperti seorang putri. Rahangnya mengatup rapat, menahan gejolak amarah yang semakin naik. Cukup. Ia melangkah mendekat, suaranya rendah tetapi tegas. "Tatiana." Tatiana tidak menoleh, jari-jarinya tetap menggenggam remote televisi. "Tatiana," ulang Paulios, kali ini lebih

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status