Home / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliuner / Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

Share

Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-02-04 21:28:48

Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.

Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.

Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.

Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.

Victor Helmis.

Tatiana berhenti sejenak. Napasnya tercekat saat matanya menangkap pria itu yang tengah berdiri di balik meja kerja. Posturnya masih sama—tinggi, tegap, dan penuh wibawa. Lengan kemejanya tergulung hingga siku, memperlihatkan urat-urat halus di tangannya yang kuat. Alis tebalnya membingkai mata kebiruan yang tampak begitu tajam. Rahangnya yang tegas, bibir tipis yang terkatup rapat, dan sorot matanya yang selalu mengintimidasi—semuanya masih seperti dulu.

Tatiana merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya. Rindu? Dendam? Atau rasa ingin memiliki yang tak pernah hilang?

Tanpa ragu, ia melangkah lebih cepat, melewati lobi dengan kepala tegak. Sekretaris yang berjaga di luar ruangan Victor tampak terkejut saat melihatnya, tetapi Tatiana tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

Dengan satu dorongan, ia membuka pintu kaca tanpa mengetuk.

Victor yang tengah sibuk menandatangani berkas mengangkat kepalanya. Ekspresinya sempat berubah terkejut, tetapi hanya dalam sekejap, ia kembali pada sikap tenang dan profesionalnya.

"Tatiana," suaranya terdengar dalam dan berat. "Ada keperluan apa kau datang ke sini?"

Tatiana tidak menjawab. Ia menutup pintu di belakangnya dengan satu gerakan tegas, lalu berjalan ke arah Victor dengan langkah pasti. Jarak mereka semakin dekat, hingga Tatiana bisa mencium aroma maskulin yang familiar. Aroma yang dulu selalu menenangkannya.

Victor tidak bergerak saat Tatiana menyentuh wajahnya. Jemarinya yang ramping menyusuri garis rahang pria itu, seolah menghafal kembali setiap lekuk yang pernah menjadi dunianya.

"Aku masih mencintaimu," Tatiana berbisik, suaranya hampir bergetar. "Katakan kalau kau juga masih mencintaiku, Victor. Katakan kalau wanita itu tidak ada artinya bagimu."

Tatapan Victor tetap tenang, nyaris dingin. Tatiana bisa merasakan napasnya yang stabil, begitu berbeda dengan jantungnya sendiri yang berdetak liar.

"Kau sudah menikah, Tatiana, aku juga sudah mendengar itu," kata Victor akhirnya. Nada suaranya begitu datar, tetapi menusuk tajam ke dalam hati Tatiana. "Aku juga sudah menikah. Apa kau lupa itu?"

Tatiana mendengus sinis. Jemarinya mencengkeram kerah kemeja Victor, menariknya lebih dekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Aku tidak peduli," Tatiana hampir berteriak, matanya berkilat penuh emosi. "Aku hanya ingin bersamamu! Aku tidak peduli jika harus menjadi yang kedua dalam hidupmu, asal kau tetap memilikiku!"

Keheningan menyelimuti ruangan itu.

Tatiana bisa melihat sorot mata Victor berubah, tetapi ia tak bisa membaca isi pikirannya. Bukan marah, bukan jijik, tetapi juga bukan kasih sayang. Ada sesuatu yang lebih kompleks dalam tatapan itu—sesuatu yang tak bisa ia pahami.

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar di pintu.

Tatiana membeku.

Victor melirik ke arah pintu, lalu kembali menatap Tatiana dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Pergilah," bisiknya pelan, tetapi tegas.

Tatiana tetap diam, enggan melepaskan genggamannya di kerah pria itu.

"Kalau kau tetap di sini, semuanya akan menjadi lebih buruk," lanjut Victor, kali ini dengan nada yang lebih dalam.

Tatiana menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Namun, sebelum ia bisa mengambil keputusan, pintu mulai terbuka perlahan.

Siapa yang ada di balik pintu?

___

Tatiana hampir melompat ketika ketukan di pintu makin menggema di ruangan.

Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup kencang. Siapa yang datang? Apakah ada yang melihatnya berada di sini? Apakah seseorang akan memergokinya dalam situasi yang begitu memalukan ini?

Victor melirik sekilas ke arahnya, ekspresinya tetap tenang meski ada sedikit ketegangan di matanya. Kemudian, dengan suara datar, ia berkata, "Masuk."

Pintu terbuka perlahan, dan sosok pria berseragam cleaning service melangkah masuk.

Tatiana terpaku.

Separuh wajah pria itu tertutup masker, tetapi sepasang mata tajamnya langsung mengunci pandangan ke arahnya. Mata yang begitu familiar. Mata yang biasa menatapnya dengan dingin dan penuh superioritas.

Paulios. Suaminya sendiri.

Tatiana tercekat. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria itu di sini.

Dalam balutan seragam cleaning service?

Di hotel tempat Victor bekerja?

Sementara Tatiana berdiri dengan ekspresi terguncang, Victor tampaknya tidak menaruh kecurigaan sedikit pun terhadap kehadiran pria itu. Baginya, Paulios hanya seorang petugas kebersihan yang sedang menjalankan tugasnya.

Paulios menarik napas dalam, lalu menatap Victor sebelum berbicara. "Saya minta izin untuk membersihkan ruangan, Tuan," suaranya terdengar rendah, tetapi Tatiana bisa menangkap nada tajam yang terselip di dalamnya.

Victor menatap pria itu sekilas sebelum mengangguk. "Silakan."

Tatiana merasa hawa di ruangan ini semakin menyesakkan. Ia ingin segera pergi, tetapi tubuhnya seperti terpaku di tempat.

Namun, sebelum ia bisa melangkah, Paulios berbicara lagi.

"Tuan Victor," suaranya terdengar lebih berat dari sebelumnya. "Bolehkah saya meminta Tuan dan Wanita itu untuk keluar sebentar? biar saya bersihkan ruangan lebih leluasa jika tak keberatan."

Tatiana menahan napas.

Wanita itu?

Dia tidak menyebut namanya, tetapi jelas siapa yang ia maksud.

Victor menoleh ke arah Tatiana, seolah menunggu persetujuannya. Tatiana hanya mengangguk. Dengan sedikit ragu, Victor akhirnya berkata, "Ayo kita bicara di tempat lain, Tatiana. Biarkan pegawai ini bekerja."

Tatiana mengangguk, meski hatinya penuh ketakutan.

Ia melangkah ke luar, diikuti Victor yang berjalan di sampingnya. Mereka meninggalkan Paulios sendirian di dalam ruangan.

Begitu pintu tertutup, kesunyian menyelimuti ruangan itu.

Paulios tidak segera bergerak. Ia hanya berdiri di tengah ruangan, jemarinya mencengkeram erat gagang kain pel yang ia bawa.

Tangannya bergetar.

Dengan gerakan pelan, ia melepas maskernya.

Udara dingin menyentuh wajahnya, tetapi amarah dalam dirinya jauh lebih membara. Rahangnya mengeras, matanya semakin tajam, dan bibirnya tertarik dalam garis lurus yang menahan emosi.

Tatiana...

Wanita itu baru saja ada di ruangan ini, memohon cinta pria lain, sementara ia sendiri berdiri di sudut sebagai orang yang tak dianggap.

Paulios mengepalkan tangan, lalu bergumam pelan, suaranya nyaris tak terdengar, tetapi penuh dengan kemarahan yang ditekan.

"Kau pikir aku akan diam saja melihat ini?"

Tangannya meremas kain pel itu dengan keras, hingga hampir merobek seratnya.

Tatiana sudah melampaui batas.

Dan Paulios...

Ia tidak akan tinggal diam.

Bersambung....

Related chapters

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 1: Pengantin Tak Diinginkan

    Tatiana De Luca duduk di tepi tempat tidurnya, memeluk bantal sambil menatap kosong gaun pengantin yang menggantung di depan lemari. Gaun putih itu, yang dulu ia idam-idamkan, kini terasa seperti penghinaan terhadap dirinya sendiri. Rasanya, hanya dengan menatapnya saja, hatinya seperti dipermainkan.Seharusnya, hari ini akan jadi terindah di hidup Tatiana, tetapi semua itu musnah begitu saja!Suara Victor, mantan calon suaminya, beberapa jam lalu dari balik telepon masih terngiang-ngiang di kepalanya."Tatiana, aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku... aku mencintai wanita lain. Dan dia sedang mengandung anakku."Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Segala rencana indah, mimpi menjadi pengantin cantik, serta pesta mewah yang ia banggakan di depan teman-temannya kini terasa hancur berkeping-keping. Tinggal menghitung jam saja pernikahan impian itu terjadi, tetapi pengantin pria justru pergi begitu saja.Pintu kamarnya diketuk. Alexander De Luca, ayah Tatiana yang dikenal tegas dan

    Last Updated : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 2: Babak Baru Tatiana

    Ketika pesta selesai dan ia harus diantar oleh sang ayah ke "rumah baru"-nya bersama Paulios Theodore, Tatiana merasa semua kebahagiaan telah direnggut darinya. Di dalam mobil, ia melipat tangan di dada, wajahnya penuh amarah.Begitu mobil memasuki sebuah lingkungan yang sempit, dengan rumah-rumah berdempetan dan jalanan yang tidak mulus, Tatiana memutar mata dengan penuh penghinaan."Apa ini?" tanya Tatiana, suaranya tajam seperti pisau. "Apakah dia tinggal di lingkungan ayam? Rumah-rumah ini begitu dekat satu sama lain. Tidak ada privasi sama sekali!"Paulios yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tenang, meskipun matanya menunjukkan ketegasan. "Lingkungan ini mungkin tidak mewah, tapi orang-orangnya bekerja keras dan hidup dengan adab. Sesuatu yang lebih bernilai dibandingkan harta."Tatiana mendengus keras, menatap Paulios dengan sinis. "Adab? Kau pikir adab bisa membayar tagihan? Bisa memberiku kenyamanan? Aku menikah bukan untuk hidup seperti ini."Paulios menatap Tatiana de

    Last Updated : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 3: Ujian Awal Hidup Mandiri

    Tatiana terbangun oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuatnya meringis, tak biasa dengan suasana desa yang penuh dengan kebisingan alam. Ia menggeliat malas di tempat tidur kecil yang sama sekali tak nyaman menurut standarnya. Di sisi lain kamar, ia melihat Paulios sedang mengancingkan kemeja kerja yang sudah agak kusut.Paulios berdiri di depan cermin kecil di sudut ruangan, memperbaiki penampilannya. Tatiana mendengus kecil, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian Paulios. "Wow, seragam murah itu benar-benar cocok sama hidup kamu," katanya sambil melipat tangan di dada.Paulios menoleh sekilas, tak terprovokasi. Ia membalasnya dengan nada dingin, tetapi penuh ironi."Terima kasih atas perhatianmu, Nona De Luca," Tatiana memutar mata. "Aku heran kenapa Papa memaksaku menikahi kamu. Jelas-jelas hidup kamu bahkan gak memenuhi standar minimal aku."Paulios tersenyum kecil, tapi senyumnya tajam. "Mungkin karena beliau tahu kamu butuh seseorang yang bisa mengajarkanmu arti kehidup

    Last Updated : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 4: Kebohongan Tatiana Demi Gengsi

    Tatiana berdiri di depan mesin ATM, jarinya gemetar saat menekan nomor PIN. Namun, layar yang muncul hanya bertuliskan "Rekening Anda Diblokir". Wajahnya berubah memerah, napasnya terasa sesak. "Bagaimana bisa?!" ia mengumpat keras, menarik rambutnya dengan frustrasi. "Papa bodoh itu… Kenapa aku harus hidup seperti ini?!" Sejak ayahnya memblokir rekeningnya karena dianggap terlalu boros, hidup Tatiana berubah drastis. Tidak ada lagi belanja di butik-butik mewah atau makan di restoran mahal. Semua yang ia anggap biasa, kini hilang begitu saja. Tak hanya itu, kartu kreditnya juga dibekukan. Namun Tatiana tak pernah menyerah begitu saja. Dia tidak akan membiarkan hidupnya jatuh ke tangan takdir. Dengan wajah dingin, ia menatap koleksi perhiasannya yang tergeletak di meja rias. Sebuah kalung berlian yang ia pakai setiap hari. Sebuah cincin dengan batu rubi merah yang selalu membuatnya merasa berkelas. Satu per satu, ia mulai menjualnya. Tak cukup hanya itu, saat semua orang di rumah t

    Last Updated : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 5: Pembalasan Murka Dari Sang Penguasa

    Mobil hitam mewah itu melaju cepat memasuki halaman rumah besar milik Paulios. Sesampainya di dalam, ia keluar dengan langkah tegas, wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi amarah yang memancar. Azmir, yang melihat kondisi Paulios seperti itu, langsung merasakan ketegangan yang mendalam. Ia tahu, jika Paulios sudah begitu, berarti ada sesuatu yang besar. “Tuanku, ada apa? Kenapa wajah Anda terlihat begitu marah?” tanya Azmir dengan hati-hati, masih memerhatikan setiap gerakan Paulios. “Panggil papaku sekarang,” jawab Paulios dengan nada dingin yang menyiratkan kemarahan yang membara. Azmir yang sedikit ketakutan langsung mengangguk, tanpa banyak tanya, ia bergegas menuju ruang utama dan menghubungi Tuan Maxwin. Tak lama, Tuan Maxwin, yang masih menguap lelah, terlihat memasuki ruang rapat. Ia sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang serius terjadi, mengingat jam yang sudah sangat larut. “Panggil aku tengah malam, ada a

    Last Updated : 2025-01-17
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

    Ruangan rapat yang megah itu kini terasa sesak oleh ketegangan. Beberapa jajaran manajemen Estate Dationa duduk dengan gelisah, sementara Tuan Gerald, pemilik hotel itu, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan pria yang kini menjadi penentu nasib bisnisnya—Paulios Estern Welington. Dengan suara penuh kehati-hatian, Tuan Gerald mencoba bernegosiasi. "Tuan Muda Welington," ucapnya dengan nada hormat. "Keputusan ini terlalu mendadak dan mengejutkan. Kami selalu menjaga profesionalitas dalam menjalankan bisnis kami, dan saya yakin Estate Dationa telah memberikan kontribusi yang baik bagi Amara Group." Beberapa manajer mengangguk setuju, bahkan ada yang memberanikan diri menambahkan, "Kami tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan Anda. Mohon pertimbangkan lagi keputusan ini." Paulios yang sejak tadi duduk dengan tenang, akhirnya bergerak. Ia menegakkan punggungnya, kedua tangannya bertaut d

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

    Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.Victor Helmis.Tatiana berhenti se

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

    Ruangan rapat yang megah itu kini terasa sesak oleh ketegangan. Beberapa jajaran manajemen Estate Dationa duduk dengan gelisah, sementara Tuan Gerald, pemilik hotel itu, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan pria yang kini menjadi penentu nasib bisnisnya—Paulios Estern Welington. Dengan suara penuh kehati-hatian, Tuan Gerald mencoba bernegosiasi. "Tuan Muda Welington," ucapnya dengan nada hormat. "Keputusan ini terlalu mendadak dan mengejutkan. Kami selalu menjaga profesionalitas dalam menjalankan bisnis kami, dan saya yakin Estate Dationa telah memberikan kontribusi yang baik bagi Amara Group." Beberapa manajer mengangguk setuju, bahkan ada yang memberanikan diri menambahkan, "Kami tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan Anda. Mohon pertimbangkan lagi keputusan ini." Paulios yang sejak tadi duduk dengan tenang, akhirnya bergerak. Ia menegakkan punggungnya, kedua tangannya bertaut d

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 5: Pembalasan Murka Dari Sang Penguasa

    Mobil hitam mewah itu melaju cepat memasuki halaman rumah besar milik Paulios. Sesampainya di dalam, ia keluar dengan langkah tegas, wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi amarah yang memancar. Azmir, yang melihat kondisi Paulios seperti itu, langsung merasakan ketegangan yang mendalam. Ia tahu, jika Paulios sudah begitu, berarti ada sesuatu yang besar. “Tuanku, ada apa? Kenapa wajah Anda terlihat begitu marah?” tanya Azmir dengan hati-hati, masih memerhatikan setiap gerakan Paulios. “Panggil papaku sekarang,” jawab Paulios dengan nada dingin yang menyiratkan kemarahan yang membara. Azmir yang sedikit ketakutan langsung mengangguk, tanpa banyak tanya, ia bergegas menuju ruang utama dan menghubungi Tuan Maxwin. Tak lama, Tuan Maxwin, yang masih menguap lelah, terlihat memasuki ruang rapat. Ia sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang serius terjadi, mengingat jam yang sudah sangat larut. “Panggil aku tengah malam, ada a

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 4: Kebohongan Tatiana Demi Gengsi

    Tatiana berdiri di depan mesin ATM, jarinya gemetar saat menekan nomor PIN. Namun, layar yang muncul hanya bertuliskan "Rekening Anda Diblokir". Wajahnya berubah memerah, napasnya terasa sesak. "Bagaimana bisa?!" ia mengumpat keras, menarik rambutnya dengan frustrasi. "Papa bodoh itu… Kenapa aku harus hidup seperti ini?!" Sejak ayahnya memblokir rekeningnya karena dianggap terlalu boros, hidup Tatiana berubah drastis. Tidak ada lagi belanja di butik-butik mewah atau makan di restoran mahal. Semua yang ia anggap biasa, kini hilang begitu saja. Tak hanya itu, kartu kreditnya juga dibekukan. Namun Tatiana tak pernah menyerah begitu saja. Dia tidak akan membiarkan hidupnya jatuh ke tangan takdir. Dengan wajah dingin, ia menatap koleksi perhiasannya yang tergeletak di meja rias. Sebuah kalung berlian yang ia pakai setiap hari. Sebuah cincin dengan batu rubi merah yang selalu membuatnya merasa berkelas. Satu per satu, ia mulai menjualnya. Tak cukup hanya itu, saat semua orang di rumah t

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 3: Ujian Awal Hidup Mandiri

    Tatiana terbangun oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuatnya meringis, tak biasa dengan suasana desa yang penuh dengan kebisingan alam. Ia menggeliat malas di tempat tidur kecil yang sama sekali tak nyaman menurut standarnya. Di sisi lain kamar, ia melihat Paulios sedang mengancingkan kemeja kerja yang sudah agak kusut.Paulios berdiri di depan cermin kecil di sudut ruangan, memperbaiki penampilannya. Tatiana mendengus kecil, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian Paulios. "Wow, seragam murah itu benar-benar cocok sama hidup kamu," katanya sambil melipat tangan di dada.Paulios menoleh sekilas, tak terprovokasi. Ia membalasnya dengan nada dingin, tetapi penuh ironi."Terima kasih atas perhatianmu, Nona De Luca," Tatiana memutar mata. "Aku heran kenapa Papa memaksaku menikahi kamu. Jelas-jelas hidup kamu bahkan gak memenuhi standar minimal aku."Paulios tersenyum kecil, tapi senyumnya tajam. "Mungkin karena beliau tahu kamu butuh seseorang yang bisa mengajarkanmu arti kehidup

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 2: Babak Baru Tatiana

    Ketika pesta selesai dan ia harus diantar oleh sang ayah ke "rumah baru"-nya bersama Paulios Theodore, Tatiana merasa semua kebahagiaan telah direnggut darinya. Di dalam mobil, ia melipat tangan di dada, wajahnya penuh amarah.Begitu mobil memasuki sebuah lingkungan yang sempit, dengan rumah-rumah berdempetan dan jalanan yang tidak mulus, Tatiana memutar mata dengan penuh penghinaan."Apa ini?" tanya Tatiana, suaranya tajam seperti pisau. "Apakah dia tinggal di lingkungan ayam? Rumah-rumah ini begitu dekat satu sama lain. Tidak ada privasi sama sekali!"Paulios yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tenang, meskipun matanya menunjukkan ketegasan. "Lingkungan ini mungkin tidak mewah, tapi orang-orangnya bekerja keras dan hidup dengan adab. Sesuatu yang lebih bernilai dibandingkan harta."Tatiana mendengus keras, menatap Paulios dengan sinis. "Adab? Kau pikir adab bisa membayar tagihan? Bisa memberiku kenyamanan? Aku menikah bukan untuk hidup seperti ini."Paulios menatap Tatiana de

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 1: Pengantin Tak Diinginkan

    Tatiana De Luca duduk di tepi tempat tidurnya, memeluk bantal sambil menatap kosong gaun pengantin yang menggantung di depan lemari. Gaun putih itu, yang dulu ia idam-idamkan, kini terasa seperti penghinaan terhadap dirinya sendiri. Rasanya, hanya dengan menatapnya saja, hatinya seperti dipermainkan.Seharusnya, hari ini akan jadi terindah di hidup Tatiana, tetapi semua itu musnah begitu saja!Suara Victor, mantan calon suaminya, beberapa jam lalu dari balik telepon masih terngiang-ngiang di kepalanya."Tatiana, aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku... aku mencintai wanita lain. Dan dia sedang mengandung anakku."Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Segala rencana indah, mimpi menjadi pengantin cantik, serta pesta mewah yang ia banggakan di depan teman-temannya kini terasa hancur berkeping-keping. Tinggal menghitung jam saja pernikahan impian itu terjadi, tetapi pengantin pria justru pergi begitu saja.Pintu kamarnya diketuk. Alexander De Luca, ayah Tatiana yang dikenal tegas dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status