Home / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliuner / Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

Share

Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

Author: Vivits
last update Last Updated: 2025-02-04 19:06:31

Ruangan rapat yang megah itu kini terasa sesak oleh ketegangan. Beberapa jajaran manajemen Estate Dationa duduk dengan gelisah, sementara Tuan Gerald, pemilik hotel itu, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan pria yang kini menjadi penentu nasib bisnisnya—Paulios Estern Welington.

Dengan suara penuh kehati-hatian, Tuan Gerald mencoba bernegosiasi.

"Tuan Muda Welington," ucapnya dengan nada hormat. "Keputusan ini terlalu mendadak dan mengejutkan. Kami selalu menjaga profesionalitas dalam menjalankan bisnis kami, dan saya yakin Estate Dationa telah memberikan kontribusi yang baik bagi Amara Group."

Beberapa manajer mengangguk setuju, bahkan ada yang memberanikan diri menambahkan, "Kami tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan Anda. Mohon pertimbangkan lagi keputusan ini."

Paulios yang sejak tadi duduk dengan tenang, akhirnya bergerak. Ia menegakkan punggungnya, kedua tangannya bertaut di atas meja, lalu ia mengamati satu per satu wajah di ruangan itu sebelum akhirnya mengeluarkan senyum miring.

"Profesionalitas, ya?" Paulios mengulang kata itu dengan nada rendah yang penuh sindiran. "Sangat menarik mendengar kalian membanggakan profesionalitas sementara etika kalian begitu buruk."

Tuan Gerald mengernyit. "Maksud Anda?"

Paulios beranjak dari kursinya dengan gerakan santai, lalu berjalan perlahan ke arah jendela ruangan. Ia menatap ke luar sejenak sebelum kembali berbicara.

"Saya tidak tertarik mendengar penjelasan panjang lebar tentang betapa bagusnya kerja tim kalian, Tuan Gerald," ujarnya tenang. "Yang saya lihat, ada kelalaian dalam mendidik seseorang yang memiliki akses besar ke nama Estate Dationa."

Tuan Gerald tampak semakin tidak mengerti. "Siapa yang Anda maksud?"

Paulios berbalik, sorot matanya tajam. "Putri Anda. Kaila Geraldine."

Ruangan itu langsung sunyi.

Beberapa manajer saling pandang dengan kebingungan, sementara Tuan Gerald mulai merasa tidak nyaman.

"Saya tidak mengerti apa yang dilakukan Kaila sehingga bisa berdampak pada keputusan sebesar ini," kata Tuan Gerald berusaha tenang.

Paulios tersenyum kecil, tetapi senyum itu sama sekali tidak mengandung kehangatan.

"Jika seseorang dengan nama besar seperti Kaila bisa seenaknya berbicara tanpa konsekuensi, maka wajar jika perusahaan yang menaunginya juga memiliki standar yang sama. Kalian boleh berbicara tentang pencapaian dan kualitas, tetapi tanpa etika yang baik, semua itu tidak ada artinya."

Nada suara Paulios semakin tajam di akhir kalimatnya.

Tuan Gerald semakin resah. "Tuan Muda, saya tidak tahu masalah apa yang terjadi antara Anda dan Kaila, tetapi saya yakin kita bisa mencari solusi yang lebih bijak daripada membatalkan kerja sama."

Paulios menghela napas seolah bosan. "Saya tidak tertarik mencari solusi. Saya hanya menetapkan konsekuensi dari tindakan yang tidak bertanggung jawab."

Ia menatap Tuan Gerald untuk terakhir kalinya, lalu dengan gerakan ringan, ia melangkah ke luar ruangan.

"Pelajari cara mengontrol anak Anda sebelum mencoba mengendalikan bisnis besar, Tuan Gerald," ujarnya sebelum benar-benar pergi dari ruangan.

Ruangan kembali sunyi.

Para manajer Estate Dationa terdiam dalam keterkejutan, sementara Tuan Gerald menundukkan kepala, menyadari bahwa satu kesalahan kecil yang dilakukan Kaila bisa menghancurkan segalanya. Tapi kesalahan apa yang telah dibuat putrinya itu?

___

Tatiana duduk di tepi ranjangnya, tatapan kosong menatap pantulan dirinya di cermin. Sudah tiga hari ia mengurung diri di kamar, tak berani membuka ponselnya. Ia tahu betul apa yang akan ia lihat jika melakukannya—chat grup dari teman-temannya yang penuh dengan sindiran dan ejekan.

"Masa seorang Tatiana menikah dengan staf hotel? Serius?"

Suara Kaila Geraldine masih terngiang di kepalanya. Tatiana menggigit bibir bawahnya, rasa malu masih membakar hatinya. Ia mengira waktu akan membuatnya merasa lebih baik, tapi nyatanya luka harga dirinya masih menganga lebar.

Di tengah kekecewaannya, pikirannya melayang ke seseorang yang dulu membuatnya merasa istimewa—Victor.

Mantan kekasihnya itu adalah pria yang selalu memujinya, selalu membuatnya merasa diinginkan, meski pada akhirnya, pria itu mengkhianatinya dengan perempuan lain. Tatiana tahu ia seharusnya membenci Victor, tapi semakin ia memikirkannya, semakin ia menyadari bahwa ia belum benar-benar bisa melupakan pria itu.

"Kalau saja aku tidak menikah dengan Paulios..." pikirnya getir.

Pernikahannya dengan Paulios? Ia bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai pernikahan sungguhan. Tidak ada cinta, tidak ada kebersamaan, hanya sebuah ikatan kosong yang dipaksakan. Jadi, apa salahnya jika ia kembali menemui Victor? Setidaknya, Victor pernah mencintainya—atau setidaknya, membuatnya merasa seperti dicintai.

Keputusan itu membuat Tatiana bangkit dengan tekad baru. Ia berjalan ke lemari dan menarik keluar gaun pendek berwarna merah yang paling menonjol di antara koleksi pakaiannya. Gaun itu membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang selama ini ia banggakan. Ia menyempurnakan riasannya dengan lipstik merah tua, memastikan dirinya terlihat luar biasa.

Setelah selesai, Tatiana mengambil tas tangannya dan berjalan menuju pintu kamar dengan penuh percaya diri. Namun saat ia membuka pintu, tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang hendak masuk.

Tubuhnya membeku seketika.

Di hadapannya berdiri Paulios.

Mata tajam pria itu langsung mengamati penampilannya dengan tatapan penuh tanya. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi marah atau cemburu, hanya dingin dan menilai.

"Mau ke mana?" suara beratnya terdengar tenang, tetapi ada ketegasan di dalamnya.

Tatiana yang awalnya kaget, segera mengubah ekspresinya menjadi ketus. Ia tidak ingin terlihat goyah di hadapan pria ini.

"Bukan urusanmu," Tatiana menjawab sambil mencoba berjalan melewati Paulios.

Namun, tangan pria itu dengan sigap menahan lengannya. Tatiana tersentak dan menatap Paulios dengan kesal.

"Lepaskan aku, Paulios."

Paulios tetap diam, matanya menelusuri penampilan istrinya dari kepala hingga kaki. Tidak seperti biasanya. Terlalu mencolok untuk sekadar pergi keluar rumah.

Tatiana tahu ia harus segera pergi sebelum Paulios mulai menanyainya lebih lanjut. Jadi, ia menepis tangan pria itu dan mendorong bahunya dengan kasar.

"Aku tidak punya waktu untuk ini, aku tak pernah menganggap kau adalah suamiku jadi jangan bertingkah seolah suamiku sekarang," katanya tajam.

Paulios tidak bereaksi. Ia hanya berdiri di sana, membiarkan Tatiana melewatinya. Tapi saat Tatiana sudah beberapa langkah dari pintu, ia mendengar suara pria itu berbicara dengan tenang.

"Jangan sampai kau melakukan sesuatu yang akan kau sesali, Tatiana. Jangan melakukan hal bodoh apapun, karna sekarang kau adalah istriku dan tanggung jawabku!"

Tatiana berhenti sejenak, hatinya mencelos. Tapi ia segera menepis rasa ragu itu dan melangkah pergi. Ia sudah memutuskan—ia akan menemui Victor, apapun yang terjadi.

Tanpa menyadari bahwa sepasang mata tajam masih mengamatinya dari belakang.

Related chapters

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

    Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.Victor Helmis.Tatiana berhenti se

    Last Updated : 2025-02-04
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 8 – Api dalam Rumah

    Paulios duduk di ruang tamu, rahangnya mengatup rapat, kedua tangannya mengepal kuat di atas pahanya. Sejak kembali dari hotel tadi, pikirannya terus bergejolak, dadanya seperti dihantam batu besar yang membuat napasnya terasa berat. Ia melihat semuanya. Setiap gerakan, setiap ekspresi, setiap kata yang keluar dari mulut istrinya saat berdiri di hadapan Victor.Tatiana tidak hanya melanggar batas. Ia menginjak-injaknya.Ia mengira Paulios hanyalah bayangan, seseorang yang bisa ia abaikan begitu saja.Dan sekarang, ia menunggu.Menunggu wanita itu pulang dengan kepura-puraannya.Suara mesin taksi berhenti di depan rumah. Paulios langsung menoleh, matanya menyipit tajam.Tatiana turun dengan anggun, seolah baru saja menghadiri perjamuan, bukan kembali dari pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya. Rambutnya masih tertata rapi, gaunnya masih sempurna, dan parfum mewahnya tercium begitu kuat saat ia melangkah masuk.S

    Last Updated : 2025-02-05
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 9 – HARGA DIRI YANG TERINJAK

    Keheningan menekan udara di antara mereka, tetapi bukan keheningan yang menenangkan—melainkan keheningan yang mengancam. Tatiana menelan ludah, menyadari betapa dekatnya wajah Paulios dengannya. Napas pria itu hangat, begitu dekat hingga ia bisa mencium wangi parfum maskulin yang menguar dari tubuhnya. Aroma yang tajam dan berkarakter, begitu kontras dengan sikapnya yang selama ini ia pandang rendah. Tatiana menatap Paulios dengan penuh kebencian, tetapi pria itu tak bergeming. Mata kelamnya menyelami iris cokelat milik Tatiana, menelanjangi emosi wanita itu dengan tatapan tajam yang sulit diartikan. Lalu, suara Paulios terdengar, rendah dan tajam, menyayat ke dalam hati. "Jika kau benar-benar ingin menjadi pelacur..." Ia mendekatkan wajahnya sedikit lagi, begitu dekat hingga Tatiana bisa merasakan hembusan napasnya menyentuh kulitnya. "...setidaknya jadilah pelacur untuk suamimu sendiri. Daripada bertin

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 10 – Peringatan Tegas

    Hari-hari berlalu, tetapi Tatiana tetap tidak berubah. Sikapnya semakin lancang, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak akan tunduk pada siapa pun, termasuk suaminya sendiri. Setiap hari, ia hanya duduk di sofa empuk, menikmati hidupnya tanpa peduli pada keadaan rumah. Televisi selalu menyala, sementara tubuhnya bersandar santai dengan ekspresi bosan. Di dapur, ibu mertua sibuk menyiapkan makan siang, mengurus rumah seorang diri. Namun, Tatiana tidak berniat membantunya, apalagi bersikap hormat sebagai seorang menantu. Paulios berdiri di ambang pintu, mengamati istrinya yang terus berlagak seperti seorang putri. Rahangnya mengatup rapat, menahan gejolak amarah yang semakin naik. Cukup. Ia melangkah mendekat, suaranya rendah tetapi tegas. "Tatiana." Tatiana tidak menoleh, jari-jarinya tetap menggenggam remote televisi. "Tatiana," ulang Paulios, kali ini lebih

    Last Updated : 2025-02-06
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 11 – RASA MARAH YANG TERPENDAM

    Keheningan terasa begitu menyesakkan di ruang tamu. Tatiana masih berdiri kaku, matanya sedikit bengkak akibat air mata yang ia tahan. Paulios sudah pergi, meninggalkannya dengan ancaman yang begitu menusuk harga dirinya. Di dapur, ibu mertuanya menatapnya dengan sorot iba. Wanita itu tahu Paulios memang keras, tapi ia juga tahu putranya hanya ingin mendidik istrinya agar tidak menjadi perempuan manja. Sang ibu menghela napas pelan sebelum melangkah mendekat. "Tatiana, Nak… sudahlah. Jangan keras kepala." Suaranya lembut, penuh ketulusan. "Paulios hanya ingin kau berubah, dia hanya ingin kau bisa menyesuaikan diri." Tatiana tidak menoleh, tidak menjawab. Matanya kosong menatap lantai, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Tangannya masih mengepal di sisi tubuhnya, kuku-kuku jarinya menekan telapak tangan hingga memutih. Sang ibu mencoba tersenyum, berharap bisa mencairkan suasana. "Tidak ada salahnya membantu Ibu sebentar. Kau tidak perlu melakukan banyak hal, Ibu akan mene

    Last Updated : 2025-02-07
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 12 – Kemarahan Yang Terbakar

    Matahari sudah mulai condong ke barat ketika Paulios melangkah masuk ke dalam rumah dengan ekspresi dingin. Hari itu ia pulang lebih awal, bukan karena ingin beristirahat, melainkan karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pagi—Tatiana.Wanita itu masih saja bersikap seolah dunia berputar di sekelilingnya. Paulios ingin tahu apakah ia sudah mulai bertanggung jawab atau masih saja berkubang dalam kemanjaannya.Langkahnya mantap menuju dapur, di mana ia menemukan ibunya yang tengah membereskan meja makan. Dahi wanita itu dipenuhi keringat, rambutnya agak berantakan, dan pakaian lusuhnya jelas-jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menyelesaikan pekerjaan berat.Paulios menyipitkan mata."Ibu." Suaranya dalam dan tajam. "Tatiana sudah melakukan tugasnya?"Sang ibu terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum tipis. "Ya, Nak. Tatiana sudah membantu."Paulios tidak segera menjawab. Matanya mengamati ibunya dari u

    Last Updated : 2025-02-08
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 13 – CINTA YANG KEMBALI BERSEMI?

    Sebuah restoran mewah dengan lampu-lampu redup dan alunan musik klasik yang lembut menjadi saksi bisu pertemuan Tatiana dan Victor malam ini. Cahaya lilin yang berpendar di atas meja memberikan kesan hangat dan romantis, seolah semesta mendukung pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah. Tatiana duduk dengan anggun, mengenakan dress berwarna merah yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang tergerai rapi membuatnya tampak semakin menawan. Di hadapannya, Victor duduk dengan tenang, mengenakan setelan jas yang terlihat mahal dan berkelas. Pria itu tersenyum tipis, menatap Tatiana dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada nostalgia di sana, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam. "Aku tidak menyangka kita akan seperti ini lagi," ucap Victor sambil menuangkan anggur ke dalam gelas Tatiana. "Tatiana yang dulu tetap sama seperti yang kulihat sekarang. Cantik, manis, dan… menggoda." Tatiana tersenyum keci

    Last Updated : 2025-02-09
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 14 – KEHORMATAN YANG TERNODA

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram lilin yang berkilauan, memberikan suasana romantis dan hangat bagi setiap pasangan yang duduk di sana. Alunan musik klasik yang lembut berpadu sempurna dengan gemerincing gelas anggur yang saling bersulang. Di salah satu sudut ruangan, Tatiana duduk anggun dengan gaun elegan berwarna merah marun yang menonjolkan keanggunannya. Senyumnya merekah, matanya berbinar saat menatap pria di depannya—Victor. "Aku senang kita bisa makan malam bersama lagi," suara Victor terdengar dalam dan lembut. Ia menyunggingkan senyum tipis, memamerkan pesonanya yang tak pernah gagal membuat Tatiana terpesona. "Rasanya seperti mengulang masa-masa indah kita dulu." Tatiana tertawa kecil, memainkan ujung gelas anggur di tangannya. "Iya... aku juga merindukan saat-saat itu. Mungkin... kita bisa mengulanginya lagi?" Victor menaikkan alis, matanya berbinar nakal. "Kau menggodaku sekarang?" "Mungkin saja," Tatiana menjawab genit, menggigit bibir bawahnya. Victor tert

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 18 – KESENGITAN YANG MAKIN MENJADI

    Beberapa hari telah berlalu sejak Tatiana melemparkan berkas cerai ke wajah Paulios, tapi sampai sekarang, pria itu belum menandatanganinya. Kertas-kertas itu masih tersimpan rapi di meja kecil di sudut kamar, tidak tersentuh, seolah-olah Paulios tidak ingin mengakui keberadaannya. Setiap kali ia memandangnya, ada perasaan aneh yang menyeruak dalam dadanya. Ia tidak ingin melepaskan Tatiana. Tidak seperti ini.Namun, malam ini, batas kesabaran Tatiana akhirnya runtuh.BRAK!Pintu kamar terbanting keras saat Tatiana menerobos masuk tanpa permisi. Matanya menyala penuh amarah, sementara gaun merah yang ia kenakan melambai saat ia melangkah cepat mendekati Paulios, yang saat itu sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk.“Kau pikir kau sedang bermain drama konyol di sini, Paulios?!” suara Tatiana melengking tajam. “Kenapa kau belum menandatangani surat itu? Apa yang kau tunggu?!”Paulios mengangkat kepalanya, matanya lelah ta

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 17 – DIBAWAH BAYANGAN PENGHINAAN PERMINTAAN TATIANA

    Paulios membuka pintu rumah dengan langkah lambat, tubuhnya terasa letih setelah seharian bekerja keras. Wajahnya letih, penuh dengan pemikiran yang bergelut, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha tetap teguh. Ia menatap sekeliling, mengingat betapa sepi dan kosongnya rumah ini. Namun, tatapan matanya langsung tertumbuk pada sosok yang sedang duduk di ruang tamu. Tatiana, dengan gaun santai dan kuku yang sedang dilapisi cat merah muda cerah, duduk di kursi, tampak santai dan sedikit sombong.Tatiana tidak menoleh, tidak ada sapaan hangat atau perhatian apapun yang diberikan. Seolah-olah dunia mereka sudah benar-benar terpisah. Paulios mendekat, langkahnya berhenti sejenak di depan pintu, matanya masih memandangi wanita yang menjadi istrinya."Tatiana," suara Paulios terdengar berat, seperti ada beban yang terpendam di dalamnya.Tatiana baru menoleh, wajahnya tanpa ekspresi, hanya seulas senyum tipis yang tidak menyiratkan kehangatan. Tanpa b

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 16 – PENGHINAAN YANG MEMBAKAR AMARAH

    Suara pel basah yang menggesek lantai mengisi kesunyian di dalam ruangan kantor mewah itu. Paulios berdiri membungkuk, menggerakkan pel dengan gerakan lambat dan teratur. Tangannya terampil membersihkan lantai yang mengilap, wajahnya tenang tanpa ekspresi.Namun, ketenangan itu hancur saat sebuah berkas dilemparkan tepat ke arah wajahnya. Kertas-kertas berhamburan di lantai, berserakan di sekitar ember pel yang dibawanya. Paulios mengangkat kepala, menatap pria angkuh yang berdiri di depannya dengan senyum mengejek.Victor berdiri dengan tangan disilangkan di depan dada, ekspresinya penuh kesombongan. Matanya menyipit, bibirnya tersungging tipis. “Bereskan itu. Lantai ini harus bersih tanpa noda sedikit pun.”Paulios menghela napas pelan, menahan emosinya. Ia menundukkan kepala, bukan karena takut, melainkan karena menghormati atasannya. Dengan tenang, ia memunguti kertas-kertas yang berserakan di lantai. Tangannya bergerak perlahan, namun dalam benaknya,

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 15 – PENGHINAAN YANG MEMBAKAR HARGA DIRI

    Restoran mewah itu masih dipenuhi cahaya lilin temaram dan alunan musik klasik yang romantis. Namun, suasana di meja mereka begitu tegang dan mencekam. Mata Paulios tajam menatap Victor yang kini berdiri dengan senyum penuh kesombongan. Tatiana berdiri di samping Victor, wajahnya datar tanpa sedikit pun rasa bersalah.Victor memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan sikap angkuh. Ia memandang Paulios dari atas ke bawah, menilai pria itu seperti melihat sampah yang kebetulan melintas di depannya. Senyum sinis tersungging di bibirnya.“Jadi?” Victor mendekat, suaranya rendah namun penuh ejekan. “Kau mau bawa pulang Tatiana?” Ia melirik Paulios dengan pandangan meremehkan. “Mau bawa pakai apa? Bajai? Gocar? Taksi? Atau… jalan kaki?” Ia pura-pura berpikir, ekspresinya dibuat-buat seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu. “Berapa sih gaji seorang cleaning service sepertimu per bulan?”Tatiana terdiam, tidak ada niat untuk membela Paulios. Justr

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 14 – KEHORMATAN YANG TERNODA

    Restoran mewah itu dipenuhi cahaya temaram lilin yang berkilauan, memberikan suasana romantis dan hangat bagi setiap pasangan yang duduk di sana. Alunan musik klasik yang lembut berpadu sempurna dengan gemerincing gelas anggur yang saling bersulang. Di salah satu sudut ruangan, Tatiana duduk anggun dengan gaun elegan berwarna merah marun yang menonjolkan keanggunannya. Senyumnya merekah, matanya berbinar saat menatap pria di depannya—Victor. "Aku senang kita bisa makan malam bersama lagi," suara Victor terdengar dalam dan lembut. Ia menyunggingkan senyum tipis, memamerkan pesonanya yang tak pernah gagal membuat Tatiana terpesona. "Rasanya seperti mengulang masa-masa indah kita dulu." Tatiana tertawa kecil, memainkan ujung gelas anggur di tangannya. "Iya... aku juga merindukan saat-saat itu. Mungkin... kita bisa mengulanginya lagi?" Victor menaikkan alis, matanya berbinar nakal. "Kau menggodaku sekarang?" "Mungkin saja," Tatiana menjawab genit, menggigit bibir bawahnya. Victor tert

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 13 – CINTA YANG KEMBALI BERSEMI?

    Sebuah restoran mewah dengan lampu-lampu redup dan alunan musik klasik yang lembut menjadi saksi bisu pertemuan Tatiana dan Victor malam ini. Cahaya lilin yang berpendar di atas meja memberikan kesan hangat dan romantis, seolah semesta mendukung pertemuan mereka setelah sekian lama berpisah. Tatiana duduk dengan anggun, mengenakan dress berwarna merah yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang tergerai rapi membuatnya tampak semakin menawan. Di hadapannya, Victor duduk dengan tenang, mengenakan setelan jas yang terlihat mahal dan berkelas. Pria itu tersenyum tipis, menatap Tatiana dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada nostalgia di sana, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam. "Aku tidak menyangka kita akan seperti ini lagi," ucap Victor sambil menuangkan anggur ke dalam gelas Tatiana. "Tatiana yang dulu tetap sama seperti yang kulihat sekarang. Cantik, manis, dan… menggoda." Tatiana tersenyum keci

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 12 – Kemarahan Yang Terbakar

    Matahari sudah mulai condong ke barat ketika Paulios melangkah masuk ke dalam rumah dengan ekspresi dingin. Hari itu ia pulang lebih awal, bukan karena ingin beristirahat, melainkan karena ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pagi—Tatiana.Wanita itu masih saja bersikap seolah dunia berputar di sekelilingnya. Paulios ingin tahu apakah ia sudah mulai bertanggung jawab atau masih saja berkubang dalam kemanjaannya.Langkahnya mantap menuju dapur, di mana ia menemukan ibunya yang tengah membereskan meja makan. Dahi wanita itu dipenuhi keringat, rambutnya agak berantakan, dan pakaian lusuhnya jelas-jelas menunjukkan bahwa ia baru saja menyelesaikan pekerjaan berat.Paulios menyipitkan mata."Ibu." Suaranya dalam dan tajam. "Tatiana sudah melakukan tugasnya?"Sang ibu terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum tipis. "Ya, Nak. Tatiana sudah membantu."Paulios tidak segera menjawab. Matanya mengamati ibunya dari u

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 11 – RASA MARAH YANG TERPENDAM

    Keheningan terasa begitu menyesakkan di ruang tamu. Tatiana masih berdiri kaku, matanya sedikit bengkak akibat air mata yang ia tahan. Paulios sudah pergi, meninggalkannya dengan ancaman yang begitu menusuk harga dirinya. Di dapur, ibu mertuanya menatapnya dengan sorot iba. Wanita itu tahu Paulios memang keras, tapi ia juga tahu putranya hanya ingin mendidik istrinya agar tidak menjadi perempuan manja. Sang ibu menghela napas pelan sebelum melangkah mendekat. "Tatiana, Nak… sudahlah. Jangan keras kepala." Suaranya lembut, penuh ketulusan. "Paulios hanya ingin kau berubah, dia hanya ingin kau bisa menyesuaikan diri." Tatiana tidak menoleh, tidak menjawab. Matanya kosong menatap lantai, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Tangannya masih mengepal di sisi tubuhnya, kuku-kuku jarinya menekan telapak tangan hingga memutih. Sang ibu mencoba tersenyum, berharap bisa mencairkan suasana. "Tidak ada salahnya membantu Ibu sebentar. Kau tidak perlu melakukan banyak hal, Ibu akan mene

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    BAB 10 – Peringatan Tegas

    Hari-hari berlalu, tetapi Tatiana tetap tidak berubah. Sikapnya semakin lancang, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak akan tunduk pada siapa pun, termasuk suaminya sendiri. Setiap hari, ia hanya duduk di sofa empuk, menikmati hidupnya tanpa peduli pada keadaan rumah. Televisi selalu menyala, sementara tubuhnya bersandar santai dengan ekspresi bosan. Di dapur, ibu mertua sibuk menyiapkan makan siang, mengurus rumah seorang diri. Namun, Tatiana tidak berniat membantunya, apalagi bersikap hormat sebagai seorang menantu. Paulios berdiri di ambang pintu, mengamati istrinya yang terus berlagak seperti seorang putri. Rahangnya mengatup rapat, menahan gejolak amarah yang semakin naik. Cukup. Ia melangkah mendekat, suaranya rendah tetapi tegas. "Tatiana." Tatiana tidak menoleh, jari-jarinya tetap menggenggam remote televisi. "Tatiana," ulang Paulios, kali ini lebih

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status