Beranda / Romansa / Jebakan Pernikahan Sang Miliuner / Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

Share

Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

Penulis: Vivits
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 19:06:31

Ruangan rapat yang megah itu kini terasa sesak oleh ketegangan. Beberapa jajaran manajemen Estate Dationa duduk dengan gelisah, sementara Tuan Gerald, pemilik hotel itu, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan pria yang kini menjadi penentu nasib bisnisnya—Paulios Estern Welington.

Dengan suara penuh kehati-hatian, Tuan Gerald mencoba bernegosiasi.

"Tuan Muda Welington," ucapnya dengan nada hormat. "Keputusan ini terlalu mendadak dan mengejutkan. Kami selalu menjaga profesionalitas dalam menjalankan bisnis kami, dan saya yakin Estate Dationa telah memberikan kontribusi yang baik bagi Amara Group."

Beberapa manajer mengangguk setuju, bahkan ada yang memberanikan diri menambahkan, "Kami tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan Anda. Mohon pertimbangkan lagi keputusan ini."

Paulios yang sejak tadi duduk dengan tenang, akhirnya bergerak. Ia menegakkan punggungnya, kedua tangannya bertaut di atas meja, lalu ia mengamati satu per satu wajah di ruangan itu sebelum akhirnya mengeluarkan senyum miring.

"Profesionalitas, ya?" Paulios mengulang kata itu dengan nada rendah yang penuh sindiran. "Sangat menarik mendengar kalian membanggakan profesionalitas sementara etika kalian begitu buruk."

Tuan Gerald mengernyit. "Maksud Anda?"

Paulios beranjak dari kursinya dengan gerakan santai, lalu berjalan perlahan ke arah jendela ruangan. Ia menatap ke luar sejenak sebelum kembali berbicara.

"Saya tidak tertarik mendengar penjelasan panjang lebar tentang betapa bagusnya kerja tim kalian, Tuan Gerald," ujarnya tenang. "Yang saya lihat, ada kelalaian dalam mendidik seseorang yang memiliki akses besar ke nama Estate Dationa."

Tuan Gerald tampak semakin tidak mengerti. "Siapa yang Anda maksud?"

Paulios berbalik, sorot matanya tajam. "Putri Anda. Kaila Geraldine."

Ruangan itu langsung sunyi.

Beberapa manajer saling pandang dengan kebingungan, sementara Tuan Gerald mulai merasa tidak nyaman.

"Saya tidak mengerti apa yang dilakukan Kaila sehingga bisa berdampak pada keputusan sebesar ini," kata Tuan Gerald berusaha tenang.

Paulios tersenyum kecil, tetapi senyum itu sama sekali tidak mengandung kehangatan.

"Jika seseorang dengan nama besar seperti Kaila bisa seenaknya berbicara tanpa konsekuensi, maka wajar jika perusahaan yang menaunginya juga memiliki standar yang sama. Kalian boleh berbicara tentang pencapaian dan kualitas, tetapi tanpa etika yang baik, semua itu tidak ada artinya."

Nada suara Paulios semakin tajam di akhir kalimatnya.

Tuan Gerald semakin resah. "Tuan Muda, saya tidak tahu masalah apa yang terjadi antara Anda dan Kaila, tetapi saya yakin kita bisa mencari solusi yang lebih bijak daripada membatalkan kerja sama."

Paulios menghela napas seolah bosan. "Saya tidak tertarik mencari solusi. Saya hanya menetapkan konsekuensi dari tindakan yang tidak bertanggung jawab."

Ia menatap Tuan Gerald untuk terakhir kalinya, lalu dengan gerakan ringan, ia melangkah ke luar ruangan.

"Pelajari cara mengontrol anak Anda sebelum mencoba mengendalikan bisnis besar, Tuan Gerald," ujarnya sebelum benar-benar pergi dari ruangan.

Ruangan kembali sunyi.

Para manajer Estate Dationa terdiam dalam keterkejutan, sementara Tuan Gerald menundukkan kepala, menyadari bahwa satu kesalahan kecil yang dilakukan Kaila bisa menghancurkan segalanya. Tapi kesalahan apa yang telah dibuat putrinya itu?

___

Tatiana duduk di tepi ranjangnya, tatapan kosong menatap pantulan dirinya di cermin. Sudah tiga hari ia mengurung diri di kamar, tak berani membuka ponselnya. Ia tahu betul apa yang akan ia lihat jika melakukannya—chat grup dari teman-temannya yang penuh dengan sindiran dan ejekan.

"Masa seorang Tatiana menikah dengan staf hotel? Serius?"

Suara Kaila Geraldine masih terngiang di kepalanya. Tatiana menggigit bibir bawahnya, rasa malu masih membakar hatinya. Ia mengira waktu akan membuatnya merasa lebih baik, tapi nyatanya luka harga dirinya masih menganga lebar.

Di tengah kekecewaannya, pikirannya melayang ke seseorang yang dulu membuatnya merasa istimewa—Victor.

Mantan kekasihnya itu adalah pria yang selalu memujinya, selalu membuatnya merasa diinginkan, meski pada akhirnya, pria itu mengkhianatinya dengan perempuan lain. Tatiana tahu ia seharusnya membenci Victor, tapi semakin ia memikirkannya, semakin ia menyadari bahwa ia belum benar-benar bisa melupakan pria itu.

"Kalau saja aku tidak menikah dengan Paulios..." pikirnya getir.

Pernikahannya dengan Paulios? Ia bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai pernikahan sungguhan. Tidak ada cinta, tidak ada kebersamaan, hanya sebuah ikatan kosong yang dipaksakan. Jadi, apa salahnya jika ia kembali menemui Victor? Setidaknya, Victor pernah mencintainya—atau setidaknya, membuatnya merasa seperti dicintai.

Keputusan itu membuat Tatiana bangkit dengan tekad baru. Ia berjalan ke lemari dan menarik keluar gaun pendek berwarna merah yang paling menonjol di antara koleksi pakaiannya. Gaun itu membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang selama ini ia banggakan. Ia menyempurnakan riasannya dengan lipstik merah tua, memastikan dirinya terlihat luar biasa.

Setelah selesai, Tatiana mengambil tas tangannya dan berjalan menuju pintu kamar dengan penuh percaya diri. Namun saat ia membuka pintu, tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang hendak masuk.

Tubuhnya membeku seketika.

Di hadapannya berdiri Paulios.

Mata tajam pria itu langsung mengamati penampilannya dengan tatapan penuh tanya. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi marah atau cemburu, hanya dingin dan menilai.

"Mau ke mana?" suara beratnya terdengar tenang, tetapi ada ketegasan di dalamnya.

Tatiana yang awalnya kaget, segera mengubah ekspresinya menjadi ketus. Ia tidak ingin terlihat goyah di hadapan pria ini.

"Bukan urusanmu," Tatiana menjawab sambil mencoba berjalan melewati Paulios.

Namun, tangan pria itu dengan sigap menahan lengannya. Tatiana tersentak dan menatap Paulios dengan kesal.

"Lepaskan aku, Paulios."

Paulios tetap diam, matanya menelusuri penampilan istrinya dari kepala hingga kaki. Tidak seperti biasanya. Terlalu mencolok untuk sekadar pergi keluar rumah.

Tatiana tahu ia harus segera pergi sebelum Paulios mulai menanyainya lebih lanjut. Jadi, ia menepis tangan pria itu dan mendorong bahunya dengan kasar.

"Aku tidak punya waktu untuk ini, aku tak pernah menganggap kau adalah suamiku jadi jangan bertingkah seolah suamiku sekarang," katanya tajam.

Paulios tidak bereaksi. Ia hanya berdiri di sana, membiarkan Tatiana melewatinya. Tapi saat Tatiana sudah beberapa langkah dari pintu, ia mendengar suara pria itu berbicara dengan tenang.

"Jangan sampai kau melakukan sesuatu yang akan kau sesali, Tatiana. Jangan melakukan hal bodoh apapun, karna sekarang kau adalah istriku dan tanggung jawabku!"

Tatiana berhenti sejenak, hatinya mencelos. Tapi ia segera menepis rasa ragu itu dan melangkah pergi. Ia sudah memutuskan—ia akan menemui Victor, apapun yang terjadi.

Tanpa menyadari bahwa sepasang mata tajam masih mengamatinya dari belakang.

Bab terkait

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

    Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.Victor Helmis.Tatiana berhenti se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 1: Pengantin Tak Diinginkan

    Tatiana De Luca duduk di tepi tempat tidurnya, memeluk bantal sambil menatap kosong gaun pengantin yang menggantung di depan lemari. Gaun putih itu, yang dulu ia idam-idamkan, kini terasa seperti penghinaan terhadap dirinya sendiri. Rasanya, hanya dengan menatapnya saja, hatinya seperti dipermainkan.Seharusnya, hari ini akan jadi terindah di hidup Tatiana, tetapi semua itu musnah begitu saja!Suara Victor, mantan calon suaminya, beberapa jam lalu dari balik telepon masih terngiang-ngiang di kepalanya."Tatiana, aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku... aku mencintai wanita lain. Dan dia sedang mengandung anakku."Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Segala rencana indah, mimpi menjadi pengantin cantik, serta pesta mewah yang ia banggakan di depan teman-temannya kini terasa hancur berkeping-keping. Tinggal menghitung jam saja pernikahan impian itu terjadi, tetapi pengantin pria justru pergi begitu saja.Pintu kamarnya diketuk. Alexander De Luca, ayah Tatiana yang dikenal tegas dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 2: Babak Baru Tatiana

    Ketika pesta selesai dan ia harus diantar oleh sang ayah ke "rumah baru"-nya bersama Paulios Theodore, Tatiana merasa semua kebahagiaan telah direnggut darinya. Di dalam mobil, ia melipat tangan di dada, wajahnya penuh amarah.Begitu mobil memasuki sebuah lingkungan yang sempit, dengan rumah-rumah berdempetan dan jalanan yang tidak mulus, Tatiana memutar mata dengan penuh penghinaan."Apa ini?" tanya Tatiana, suaranya tajam seperti pisau. "Apakah dia tinggal di lingkungan ayam? Rumah-rumah ini begitu dekat satu sama lain. Tidak ada privasi sama sekali!"Paulios yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tenang, meskipun matanya menunjukkan ketegasan. "Lingkungan ini mungkin tidak mewah, tapi orang-orangnya bekerja keras dan hidup dengan adab. Sesuatu yang lebih bernilai dibandingkan harta."Tatiana mendengus keras, menatap Paulios dengan sinis. "Adab? Kau pikir adab bisa membayar tagihan? Bisa memberiku kenyamanan? Aku menikah bukan untuk hidup seperti ini."Paulios menatap Tatiana de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 3: Ujian Awal Hidup Mandiri

    Tatiana terbangun oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuatnya meringis, tak biasa dengan suasana desa yang penuh dengan kebisingan alam. Ia menggeliat malas di tempat tidur kecil yang sama sekali tak nyaman menurut standarnya. Di sisi lain kamar, ia melihat Paulios sedang mengancingkan kemeja kerja yang sudah agak kusut.Paulios berdiri di depan cermin kecil di sudut ruangan, memperbaiki penampilannya. Tatiana mendengus kecil, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian Paulios. "Wow, seragam murah itu benar-benar cocok sama hidup kamu," katanya sambil melipat tangan di dada.Paulios menoleh sekilas, tak terprovokasi. Ia membalasnya dengan nada dingin, tetapi penuh ironi."Terima kasih atas perhatianmu, Nona De Luca," Tatiana memutar mata. "Aku heran kenapa Papa memaksaku menikahi kamu. Jelas-jelas hidup kamu bahkan gak memenuhi standar minimal aku."Paulios tersenyum kecil, tapi senyumnya tajam. "Mungkin karena beliau tahu kamu butuh seseorang yang bisa mengajarkanmu arti kehidup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 4: Kebohongan Tatiana Demi Gengsi

    Tatiana berdiri di depan mesin ATM, jarinya gemetar saat menekan nomor PIN. Namun, layar yang muncul hanya bertuliskan "Rekening Anda Diblokir". Wajahnya berubah memerah, napasnya terasa sesak. "Bagaimana bisa?!" ia mengumpat keras, menarik rambutnya dengan frustrasi. "Papa bodoh itu… Kenapa aku harus hidup seperti ini?!" Sejak ayahnya memblokir rekeningnya karena dianggap terlalu boros, hidup Tatiana berubah drastis. Tidak ada lagi belanja di butik-butik mewah atau makan di restoran mahal. Semua yang ia anggap biasa, kini hilang begitu saja. Tak hanya itu, kartu kreditnya juga dibekukan. Namun Tatiana tak pernah menyerah begitu saja. Dia tidak akan membiarkan hidupnya jatuh ke tangan takdir. Dengan wajah dingin, ia menatap koleksi perhiasannya yang tergeletak di meja rias. Sebuah kalung berlian yang ia pakai setiap hari. Sebuah cincin dengan batu rubi merah yang selalu membuatnya merasa berkelas. Satu per satu, ia mulai menjualnya. Tak cukup hanya itu, saat semua orang di rumah t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 5: Pembalasan Murka Dari Sang Penguasa

    Mobil hitam mewah itu melaju cepat memasuki halaman rumah besar milik Paulios. Sesampainya di dalam, ia keluar dengan langkah tegas, wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi amarah yang memancar. Azmir, yang melihat kondisi Paulios seperti itu, langsung merasakan ketegangan yang mendalam. Ia tahu, jika Paulios sudah begitu, berarti ada sesuatu yang besar. “Tuanku, ada apa? Kenapa wajah Anda terlihat begitu marah?” tanya Azmir dengan hati-hati, masih memerhatikan setiap gerakan Paulios. “Panggil papaku sekarang,” jawab Paulios dengan nada dingin yang menyiratkan kemarahan yang membara. Azmir yang sedikit ketakutan langsung mengangguk, tanpa banyak tanya, ia bergegas menuju ruang utama dan menghubungi Tuan Maxwin. Tak lama, Tuan Maxwin, yang masih menguap lelah, terlihat memasuki ruang rapat. Ia sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang serius terjadi, mengingat jam yang sudah sangat larut. “Panggil aku tengah malam, ada a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 7 – Jejak Masa Lalu yang Tak Bisa Pergi

    Tatiana melangkah dengan anggun memasuki lobi hotel mewah tempat mantannya bekerja sebagai General Manager. Sepasang high heels berwarna nude beradu dengan lantai marmer, mengeluarkan suara ketukan halus yang menggema di ruangan besar itu. Aroma lavender bercampur citrus dari parfum mahalnya menyebar di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut yang ia lewati.Matanya menelusuri interior hotel yang begitu megah. Lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan cahaya ke dinding kaca yang elegan. Para staf hotel yang berpakaian rapi menyambut tamu dengan senyum sopan, tetapi tak satu pun yang berani menatapnya terlalu lama. Ada aura percaya diri dalam setiap langkah Tatiana, seolah ia adalah ratu yang baru saja tiba di istananya.Namun, bukan kemewahan tempat ini yang menarik perhatiannya.Di lantai atas, berdiri sosok yang selama ini selalu ada di dalam pikirannya.Victor Helmis.Tatiana berhenti se

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 6: Harga Sebuah Kesalahan

    Ruangan rapat yang megah itu kini terasa sesak oleh ketegangan. Beberapa jajaran manajemen Estate Dationa duduk dengan gelisah, sementara Tuan Gerald, pemilik hotel itu, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan pria yang kini menjadi penentu nasib bisnisnya—Paulios Estern Welington. Dengan suara penuh kehati-hatian, Tuan Gerald mencoba bernegosiasi. "Tuan Muda Welington," ucapnya dengan nada hormat. "Keputusan ini terlalu mendadak dan mengejutkan. Kami selalu menjaga profesionalitas dalam menjalankan bisnis kami, dan saya yakin Estate Dationa telah memberikan kontribusi yang baik bagi Amara Group." Beberapa manajer mengangguk setuju, bahkan ada yang memberanikan diri menambahkan, "Kami tidak pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan perusahaan Anda. Mohon pertimbangkan lagi keputusan ini." Paulios yang sejak tadi duduk dengan tenang, akhirnya bergerak. Ia menegakkan punggungnya, kedua tangannya bertaut d

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 5: Pembalasan Murka Dari Sang Penguasa

    Mobil hitam mewah itu melaju cepat memasuki halaman rumah besar milik Paulios. Sesampainya di dalam, ia keluar dengan langkah tegas, wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi amarah yang memancar. Azmir, yang melihat kondisi Paulios seperti itu, langsung merasakan ketegangan yang mendalam. Ia tahu, jika Paulios sudah begitu, berarti ada sesuatu yang besar. “Tuanku, ada apa? Kenapa wajah Anda terlihat begitu marah?” tanya Azmir dengan hati-hati, masih memerhatikan setiap gerakan Paulios. “Panggil papaku sekarang,” jawab Paulios dengan nada dingin yang menyiratkan kemarahan yang membara. Azmir yang sedikit ketakutan langsung mengangguk, tanpa banyak tanya, ia bergegas menuju ruang utama dan menghubungi Tuan Maxwin. Tak lama, Tuan Maxwin, yang masih menguap lelah, terlihat memasuki ruang rapat. Ia sudah bisa menebak bahwa ada sesuatu yang serius terjadi, mengingat jam yang sudah sangat larut. “Panggil aku tengah malam, ada a

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 4: Kebohongan Tatiana Demi Gengsi

    Tatiana berdiri di depan mesin ATM, jarinya gemetar saat menekan nomor PIN. Namun, layar yang muncul hanya bertuliskan "Rekening Anda Diblokir". Wajahnya berubah memerah, napasnya terasa sesak. "Bagaimana bisa?!" ia mengumpat keras, menarik rambutnya dengan frustrasi. "Papa bodoh itu… Kenapa aku harus hidup seperti ini?!" Sejak ayahnya memblokir rekeningnya karena dianggap terlalu boros, hidup Tatiana berubah drastis. Tidak ada lagi belanja di butik-butik mewah atau makan di restoran mahal. Semua yang ia anggap biasa, kini hilang begitu saja. Tak hanya itu, kartu kreditnya juga dibekukan. Namun Tatiana tak pernah menyerah begitu saja. Dia tidak akan membiarkan hidupnya jatuh ke tangan takdir. Dengan wajah dingin, ia menatap koleksi perhiasannya yang tergeletak di meja rias. Sebuah kalung berlian yang ia pakai setiap hari. Sebuah cincin dengan batu rubi merah yang selalu membuatnya merasa berkelas. Satu per satu, ia mulai menjualnya. Tak cukup hanya itu, saat semua orang di rumah t

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 3: Ujian Awal Hidup Mandiri

    Tatiana terbangun oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuatnya meringis, tak biasa dengan suasana desa yang penuh dengan kebisingan alam. Ia menggeliat malas di tempat tidur kecil yang sama sekali tak nyaman menurut standarnya. Di sisi lain kamar, ia melihat Paulios sedang mengancingkan kemeja kerja yang sudah agak kusut.Paulios berdiri di depan cermin kecil di sudut ruangan, memperbaiki penampilannya. Tatiana mendengus kecil, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian Paulios. "Wow, seragam murah itu benar-benar cocok sama hidup kamu," katanya sambil melipat tangan di dada.Paulios menoleh sekilas, tak terprovokasi. Ia membalasnya dengan nada dingin, tetapi penuh ironi."Terima kasih atas perhatianmu, Nona De Luca," Tatiana memutar mata. "Aku heran kenapa Papa memaksaku menikahi kamu. Jelas-jelas hidup kamu bahkan gak memenuhi standar minimal aku."Paulios tersenyum kecil, tapi senyumnya tajam. "Mungkin karena beliau tahu kamu butuh seseorang yang bisa mengajarkanmu arti kehidup

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 2: Babak Baru Tatiana

    Ketika pesta selesai dan ia harus diantar oleh sang ayah ke "rumah baru"-nya bersama Paulios Theodore, Tatiana merasa semua kebahagiaan telah direnggut darinya. Di dalam mobil, ia melipat tangan di dada, wajahnya penuh amarah.Begitu mobil memasuki sebuah lingkungan yang sempit, dengan rumah-rumah berdempetan dan jalanan yang tidak mulus, Tatiana memutar mata dengan penuh penghinaan."Apa ini?" tanya Tatiana, suaranya tajam seperti pisau. "Apakah dia tinggal di lingkungan ayam? Rumah-rumah ini begitu dekat satu sama lain. Tidak ada privasi sama sekali!"Paulios yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan tenang, meskipun matanya menunjukkan ketegasan. "Lingkungan ini mungkin tidak mewah, tapi orang-orangnya bekerja keras dan hidup dengan adab. Sesuatu yang lebih bernilai dibandingkan harta."Tatiana mendengus keras, menatap Paulios dengan sinis. "Adab? Kau pikir adab bisa membayar tagihan? Bisa memberiku kenyamanan? Aku menikah bukan untuk hidup seperti ini."Paulios menatap Tatiana de

  • Jebakan Pernikahan Sang Miliuner    Bab 1: Pengantin Tak Diinginkan

    Tatiana De Luca duduk di tepi tempat tidurnya, memeluk bantal sambil menatap kosong gaun pengantin yang menggantung di depan lemari. Gaun putih itu, yang dulu ia idam-idamkan, kini terasa seperti penghinaan terhadap dirinya sendiri. Rasanya, hanya dengan menatapnya saja, hatinya seperti dipermainkan.Seharusnya, hari ini akan jadi terindah di hidup Tatiana, tetapi semua itu musnah begitu saja!Suara Victor, mantan calon suaminya, beberapa jam lalu dari balik telepon masih terngiang-ngiang di kepalanya."Tatiana, aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku... aku mencintai wanita lain. Dan dia sedang mengandung anakku."Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Segala rencana indah, mimpi menjadi pengantin cantik, serta pesta mewah yang ia banggakan di depan teman-temannya kini terasa hancur berkeping-keping. Tinggal menghitung jam saja pernikahan impian itu terjadi, tetapi pengantin pria justru pergi begitu saja.Pintu kamarnya diketuk. Alexander De Luca, ayah Tatiana yang dikenal tegas dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status