Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 080 [INSIDEN]

Share

Chapter 080 [INSIDEN]

last update Last Updated: 2025-01-10 21:30:37

Ketika mobil berhenti di depan apartemen Valerie, Aldrich langsung bergegas keluar untuk membukakan pintu penumpang.

Valerie menatap heran ke arah pria itu untuk beberapa saat, sebelum segera turun, memegang pintu mobil sebagai penyangga sambil mencoba menyeimbangkan tubuhnya.

“Terima kasih untuk hari ini,” ucap Valerie, menatap Aldrich dengan senyum kecil.

Aldrich mengangguk, “Kau yakin tidak ingin aku menunggu sampai kau masuk ke dalam?” tanyanya, suaranya terdengar tulus.

Valerie menggeleng cepat. “Aku bukan anak kecil, Aldrich. Lagipula, kau juga pasti lelah.”

Aldrich menatapnya sebentar, lalu mengangguk. “Baiklah. Istirahatlah. Dan jika besok kau memutuskan untuk libur, beri tahu aku.”

Valerie tersenyum tipis sebelum melangkah menuju pintu gedung apartemennya. Namun, saat ia hampir masuk, Aldrich memanggilnya.

“Valerie!”

Wanita itu berbalik. “Ya?”

Aldrich berdiri di sisi mobil, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapannya tajam namun lembut. “Tidur yang nyenyak. Kau tel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
mnerima buket bunga pengantin masih mnjdi mitos sampe skrg. jk seseorang mndapatkan nya mk akn segera mndapatkan jodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 081 [KEMATIAN YANG MANIS]

    "Oke, minta perhatian semuanya. Perkenalkan, ini Dina. Rekan baru kita di tim Product Development sebagai Lead UI/UX Designer," suara Pak Hartono menggema di ruangan kantor yang luas.Valerie, yang sedang berjalan menuju pantry, menghentikan langkahnya tanpa sengaja. Ia menangkap pengumuman itu sambil memperhatikan wanita yang berdiri di samping Pak Hartono.“Oh, itu wanita tadi,” gumam Valerie pelan, mengingat tabrakan kecil di depan lift pagi tadi.Dina, yang tengah mendengarkan Pak Hartono dengan anggun, tampak percaya diri dalam balutan pakaian formal. Blus putihnya rapi dipadukan dengan rok pensil hitam, rambut pendeknya tertata sempurna, menciptakan kesan profesional yang kuat. Saat Dina melayangkan pandangan ke sekeliling, matanya bertemu dengan Valerie. Ia tersenyum tipis, sopan, seolah mengenali Valerie.Valerie, yang sedikit terkejut, membalas senyum itu sekilas sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju pantry. Ia punya tugas penting: membuat kopi untuk Aldrich atas per

    Last Updated : 2025-01-11
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 082 [SEKRETARIS, BUKAN PELAYAN]

    “Berhenti memanggilku ‘babe’, Aldrich. Kita ini sedang di kantor. Kalau ada yang dengar, bagaimana?” keluh Valerie sambil menyandarkan punggungnya di sofa.Aldrich hanya tersenyum santai. “Aku hanya terbiasa. Lagi pula, hanya ada kita di sini,” kerlingnya dengan nada menggoda.Valerie mendecak pelan. Ia mengambil salah satu cookies dalam paper bag yang Aldrich sodorkan. Membuka bungkusnya perlahan, aroma cokelat pekat segera menyeruak, memikat indera penciumannya. Valerie ingin segera menggigitnya, tetapi ia menahan diri agar tidak memperlihatkan ketertarikan berlebihan di depan Aldrich.“Aku tidak menyangka kau begitu perhatian,” gumam Valerie datar sebelum akhirnya menggigit cookies tersebut.Aldrich menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatap Valerie dengan intens. “Bagaimana? Apa itu enak?” tanyanya, suaranya terdengar rendah namun penuh perhatian.Rasa manis cokelat langsung meledak di lidah Valerie, diikuti oleh tekstur lembut yang lumer seketika. Perpaduan rasa pahit dan manisnya be

    Last Updated : 2025-01-12
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 083 [SEKRETARIS PRIBADI?]

    Siang hari, setelah makan siang, Valerie sedang berjalan menuju lift bersama Olin dan Kiara, rekan kerjanya dari divisi lain. Olin bekerja di divisi pemasaran, sementara Kiara dari divisi pengembangan produk. Keduanya sering makan siang bersama Valerie karena mereka satu angkatan saat masuk di HC Group.“Benarkan? Sudah aku katakan makanan hari ini enak!” Olin berkata dengan bangga. Saat mereka bertiga keluar dari kantin, Aldrich tiba-tiba muncul dan menghentikan langkah Valerie. Dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, kemejanya tampak rapi, meskipun lengan bajunya digulung hingga siku. Tatapan tajamnya langsung mengarah ke Valerie.“Kau belum bersiap?” tanya Aldrich, menatapnya seolah heran mengapa Valerie terlihat santai.Valerie langsung teringat jadwal meeting Aldrich siang ini di perusahaan klien. “Sudah, Pak. Saya ambil tas dulu,” jawab Valerie cepat, hampir setengah panik.Aldrich hanya mendengus kecil, lalu berbalik pergi. Langkahnya santai namun penuh wibawa, mena

    Last Updated : 2025-01-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 084 [TERBIASA]

    Ruang rapat itu dihiasi nuansa kayu mahoni yang elegan, dengan meja panjang di tengahnya yang mampu menampung lebih dari sepuluh orang. Lampu gantung modern memberikan pencahayaan hangat, membuat suasana terasa profesional sekaligus nyaman. Di salah satu sisi ruangan, terdapat jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota dari ketinggian lantai dua puluh.Valerie duduk di samping Aldrich, sementara Guritno berada di ujung meja, memegang pena yang sesekali diputar di antara jari-jarinya. Tatapan pria paruh baya itu tajam namun tenang, menunjukkan betapa seriusnya dia terhadap proyek besar ini.Aldrich, dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku, terlihat tenang. Dia menatap lurus pada Guritno sambil menyusun kata-kata dengan hati-hati. Di hadapannya terdapat beberapa map yang sebelumnya dipegang Valerie."Terima kasih sudah datang hari ini, Aldrich." Suara Guritno terdengar berat namun tegas. "Kami sudah mendengar reputasi HC Group, terutama dalam proyek-proyek ber

    Last Updated : 2025-01-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 085 [PANTAI]

    “Kita mau ke mana?” tanya Valerie. Suaranya setengah waspada ketika menyadari jalanan yang mereka lalui tidak menuju kantor maupun mansion Aldrich.Aldrich tetap mengemudi dengan santai. Sesekali, ia melirik Valerie sambil menyunggingkan senyum misterius. “Surprise. Tunggu dan lihat saja nanti,” jawabnya tenang, memancing rasa penasaran Valerie.Mata Valerie membulat. Dengan cepat, ia menyilangkan kedua tangan di depan dada, ekspresinya dibuat-buat waspada. “Kau tidak berniat menculikku dan menjual organ tubuhku, kan?” ucapnya, separuh bercanda tetapi dengan nada sedikit takut.Seketika, bayangan memalukan saat pertemuan pertama mereka melintas di pikirannya. Mungkin saja Aldrich menyimpan dendam karena ia mengira pria itu seorang gigolo.Aldrich meliriknya tak percaya, lalu tertawa kecil. Suara tawanya menggema ringan di dalam mobil. “Kau benar-benar membayangkan aku seburuk itu, babe? Aku terluka,” ucap Aldrich pura-pura serius, meski jelas terlihat bahwa ia tengah menggoda Valer

    Last Updated : 2025-01-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 086 [INGIN MENCIUMMU]

    “Aku jadi ingin menciummu,” celetuk Valerie ringan, matanya menatap Aldrich dengan sorot menggoda.Tadinya, Aldrich tengah berbaring santai di atas tikar dengan satu tangan menyanggah kepalanya, memandang laut yang tenang. Sementara Valerie duduk bersila di sampingnya, sedikit membungkuk, membuat posisi mereka seperti dua level berbeda. Wajah Aldrich terlihat damai, tetapi saat Valerie mengucapkan kalimat itu, ketenangan itu retak seketika.Aldrich menoleh cepat, pupil matanya sempat bergetar sesaat mendengar pernyataan spontan itu. Namun, seperti biasa, pria itu dengan mudah mengontrol ekspresinya. Sebuah senyum kecil muncul di bibirnya, tetapi tatapannya berubah menjadi lebih dalam. Tanpa banyak bicara, dia bangkit setengah duduk, menarik lembut tangan Valerie, dan dalam satu gerakan memutar tubuh wanita itu hingga kini Valerie berada di bawahnya, terlentang di atas tikar.“Aku sedikit berdebar mendengar kau yang berinisiatif duluan,” ujar Aldrich jujur, suaranya terdengar rendah

    Last Updated : 2025-01-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 087 [BIARKAN AKU YANG MEMIMPIN]

    Mobil melaju perlahan di jalanan yang sepi, hanya ditemani suara deburan ombak di kejauhan. Aldrich mengemudi dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain diletakkan santai di sandaran kursi. Valerie duduk di sebelahnya, diam, tetapi pikirannya tak berhenti berputar.Sesekali, ia melirik Aldrich, memperhatikan bagaimana jari-jari pria itu menggenggam setir dengan percaya diri, bagaimana rahangnya yang tegas bergerak saat ia bernapas, dan bagaimana senyumnya yang samar-samar menghiasi wajahnya ketika ia menyadari Valerie sedang memandangnya.“Kau kenapa terus menatapku begitu?” tanya Aldrich tiba-tiba, nadanya penuh godaan.Valerie tersentak, wajahnya memerah. “Aku tidak menatapmu,” bantahnya, meski matanya jelas-jelas masih mengunci pada Aldrich.Aldrich terkekeh, lalu menepikan mobil ke tepi jalan yang sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan cahaya bulan yang menyinari jalanan. “Kau ingin bicara sesuatu?” tanyanya, memandang Valerie dengan penuh perhatian.Valerie menelan

    Last Updated : 2025-01-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 088 [TAK BEGITU JELAS, TAPI MEMBEKAS]

    “Selamat datang, Tuan. Selamat datang, Nona!”Sambutan itu terdengar serempak dari para staf mansion saat Valerie turun dari mobil. Pintu mobilnya dibukakan dengan sigap oleh salah satu bodyguard Aldrich, sementara pria itu sendiri berdiri di sisi Valerie, menunggu dengan elegan.Valerie tersenyum canggung, matanya berkeliling memandangi fasad megah mansion itu. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini, terlebih setiap gerak-geriknya seolah diperhatikan oleh staf yang berjajar rapi.“Kau lapar? Ayo kita makan dulu,” kata Aldrich dengan nada santai, meski jelas ia memperhatikan ekspresi Valerie yang sedikit gugup.Tanpa menunggu jawaban, Aldrich melingkarkan satu tangan di pinggang Valerie dengan gerakan yang sangat alami, menuntunnya masuk ke dalam mansion. Valerie hanya bisa mengikuti langkah pria itu, mencoba mengabaikan sensasi aneh yang timbul dari sentuhan ringan di pinggangnya.Saat mereka tiba di pantry, aroma lezat langsung menyambut mereka. Pantry itu berdesain m

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 192

    Aldrich menepati janjinya. Pagi-pagi sekali, ia sudah membawa Valerie ke rumah sakit.Di dalam ruang dokter, Aldrich duduk di sebelah Valerie dengan ekspresi serius. Matanya tajam memperhatikan setiap detail yang dokter katakan, sementara tangannya menggenggam jemari Valerie seolah tak ingin melepaskannya.Sementara itu, Valerie terlihat anggun dalam balutan dress longgar berwarna pastel. Rambut panjangnya tergerai indah, dan meskipun ia hanya mengenakan riasan tipis, wajahnya tetap memancarkan pesona alami. Namun, perhatian Valerie justru tertuju pada Aldrich—pria yang biasanya tenang itu kini tampak tegang. Rahangnya mengeras, matanya nyaris tak berkedip, seakan takut melewatkan satu informasi pun.Dokter yang menangani mereka, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, tersenyum melihat ekspresi Aldrich. "Tuan Aldrich, Anda tampak lebih gugup daripada pasien saya," ujarnya santai.Aldrich berdehem, berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Saya hanya ingin memastikan semuanya ba

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 191

    "Kau sudah tidur?" suara Valerie terdengar pelan dalam keheningan kamar.Ia memiringkan tubuhnya, berbaring menghadap Aldrich. Matanya menatap pria itu dari samping, mengamati garis rahangnya yang tegas dalam cahaya redup kamar. Tangan Valerie bertaut di depan dadanya, jemarinya sesekali bergerak, seolah ragu untuk menyentuh pria di hadapannya.Aldrich, yang sejak tadi berusaha memejamkan mata, berdehem pelan. Ia tidak benar-benar tidur, hanya mencoba menahan diri. Tubuh mereka berbagi ranjang yang sama, namun Aldrich menjaga jarak, seolah batas tak kasatmata tetap ada di antara mereka."Hm.""Aku tidak bisa tidur," gumam Valerie, suaranya terdengar seperti keluhan kecil.Mata Aldrich perlahan terbuka. Ia menyerah. Dengan gerakan tenang, ia ikut memiringkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan."Ada apa?" tanyanya, suaranya lembut, penuh kesabaran.Valerie mendesah pelan, lalu menggeleng. Namun, meski bibirnya tak mengungkapkan apa pun, tangannya secara refleks terangkat, menarik

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 190

    "Kenapa kau membawaku ke sini? Ini bukan apartemenku," tanya Valerie dengan suara serak. Ia mengucek matanya, mencoba mengusir kantuk yang masih tersisa.Perlahan, pandangannya mulai fokus, dan ia baru menyadari bahwa mereka berada di depan sebuah mansion megah. Bangunan itu menjulang tinggi dengan arsitektur klasik yang elegan, diterangi cahaya lampu temaram yang memberi kesan hangat sekaligus misterius.Di kursi kemudi, Aldrich duduk santai. Satu tangannya bertumpu pada kemudi, sementara yang lain menopang dagunya. Matanya mengamati Valerie dengan sabar. Ia tidak membangunkannya tadi, hanya menunggu hingga wanita itu terjaga sendiri."Kau tertidur di mobil, jadi kupikir lebih baik langsung membawamu ke sini," ujar Aldrich akhirnya. Suaranya tenang, seolah keputusan itu adalah hal yang paling wajar di dunia.Valerie mengernyit, masih mencoba mencerna keadaan. "Tapi... kenapa di sini?"Aldrich menoleh, menatapnya dalam-dalam sebelum tersenyum tipis. "Kau mengandung anakku. Akan lebih

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 189

    “Bunda!”Valerie langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri sang bunda saat ibunya baru saja membuka pintu.“Val, bagaimana keadaan ayahmu?” tanya bundanya panik.Segera, ia mendekat ke ranjang Bastian, menatap wajah suaminya yang tertidur damai.Valerie mendesah, ikut menatap ayahnya. “Sudah lebih baik, Bun. Ayah hanya perlu beristirahat.”Bunda Valerie menghela napas lega. “Syukurlah.” Saat itulah, ia menyadari kehadiran Aldrich yang berdiri tak jauh dari Valerie.“Oh, Aldrich, kau di sini?” tanyanya dengan senyum tipis.Aldrich mengusap tengkuknya singkat sebelum mengangguk. “Ya, Bun. Aku merindukan Valerie,” jawabnya dengan nada santai, tetapi penuh makna.Bunda Valerie terkekeh pelan. “Apa sebaiknya pernikahan kalian dimajukan saja?” godanya dengan nada riang.Wajah Valerie seketika memanas. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi godaan ibunya. Di satu sisi, pertunangan mereka hanyalah pura-pura. Namun, di sisi lain, Valerie kini mengandung anak Aldrich. Ia mulai ragu apaka

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 188

    Aldrich dengan santai menambahkan beberapa potong ikan salmon panggang ke piring Valerie. “Tambah ini, kudengar ini bagus untuk ibu hamil,” katanya ringan. Tak lupa, ia juga menaruh sepotong alpukat dan segelas susu hangat di hadapan Valerie.Valerie mendesah, menatap Aldrich dengan ekspresi tak habis pikir. Piringnya sudah penuh sesak dengan berbagai macam makanan—nasi merah, sayur bayam, potongan daging tanpa lemak, telur rebus, hingga buah-buahan yang dipotong rapi. Makanan itu hampir menggunung, seolah cukup untuk di makan oleh dua orang… Oh, tunggu, memang begitu kenyataannya.“Cukup, Aldrich! Aku tidak bisa menghabiskan semuanya,” protes Valerie, tangannya refleks menahan tangan Aldrich yang hendak menambahkan lagi sesuatu ke piringnya.Aldrich berkedip, pura-pura tak mengerti. “Kenapa? Ini semua bergizi. Kamu harus makan dengan baik, sayang.”Valerie mengerang pelan, meletakkan sendoknya. “Aku ini manusia, bukan tempat sampah.”Aldrich tertawa, akhirnya mengalah. “Baiklah, ba

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 187

    "Kupikir kau tidak menginginkan anak ini," isak Valerie di sela tangisnya.Aldrich sedikit melepaskan pelukannya, lalu menghapus air mata Valerie dengan lembut. Senyum tipis terukir di wajahnya. "Kenapa kau berpikir seperti itu, sayang?" tanyanya dengan suara penuh kasih.Valerie menggeleng, matanya masih basah. "Bukankah hubungan kita hanya pura-pura? Dalam perjanjian, tidak ada satu pun pembahasan tentang anak. Kupikir kau pasti akan membenci kehamilan ini."Aldrich terdiam, membiarkan kata-kata Valerie mengendap dalam pikirannya. Sekejap kemudian, ia menarik wanita itu kembali ke dalam pelukannya, lebih erat dari sebelumnya. Aldrich mengecup puncak kepala Valerie, lalu turun ke kelopak matanya yang masih basah. Ia melanjutkan ke pipinya, menenangkan setiap jejak air mata dengan sentuhan bibirnya yang lembut."Aku memang tidak pernah berpikir kau akan hamil, babe. Tapi kehamilanmu adalah kejutan paling berharga dalam hidupku." Suaranya terdengar penuh kebahagiaan, disertai tawa ke

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 186

    Aldrich melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Dia tidak peduli dengan klakson dari kendaraan lain.Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah Valerie. Dia harus melihatnya, memastikan bahwa dia baik-baik saja.Setibanya di rumah sakit, Aldrich memarkir mobilnya dengan kasar dan segera bergegas masuk. Langkahnya panjang dan cepat, penuh urgensi. Di depan kamar rawat Bastian, beberapa bodyguardnya berjaga ketat. Mereka berdiri dengan sikap waspada, seolah siap menghadapi ancaman kapan saja.Saat melihat Aldrich, salah satu bodyguard langsung menyapa dengan sopan, lalu memberi jalan untuknya. Aldrich hanya mengangguk singkat sebelum mendorong pintu dan masuk.Pemandangan pertama yang menyambutnya adalah Valerie, tertidur di tepi ranjang ayahnya. Tubuhnya sedikit membungkuk, kepalanya bertumpu pada lengan, sementara jemarinya masih menggenggam tangan Bastian. Wajahnya tampak lelah, seakan sudah terlalu banyak melalui hari yang berat.Aldrich mendekat dengan h

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 185

    Berhasil. Henry berhasil menangkap sebelah tangan Jennifer di detik terakhir.Tubuh Jennifer sudah setengah tergantung di udara, kakinya tak lagi berpijak di balkon. Angin malam menusuk kulitnya, membuat tubuhnya semakin gemetar. Matanya melebar, napasnya tersengal saat menyadari hanya tangan Henry yang menjadi satu-satunya penyelamatnya dari kematian."Pegang aku!" suara Henry terdengar tegas, tapi ada nada panik di dalamnya.Jennifer menatapnya dengan campuran keterkejutan dan ketakutan. Tangannya yang lain mencakar-cakar udara, mencari sesuatu untuk dipegang, tapi tidak ada yang bisa dia raih selain genggaman Henry yang semakin erat."Aku tidak bisa—" suara Jennifer bergetar, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan."Kau bisa!" Henry menggertakkan giginya, otot-otot lengannya menegang saat dia menarik tubuh Jennifer perlahan.Namun, Jennifer terus meronta. Dia menggeliat, seolah ingin tetap jatuh. "Lepaskan aku! Aku tidak mau ditangkap!""Diam, sialan!" Henry berteriak, menarik Jen

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 184

    Jennifer menggigit kukunya sembari berjalan mondar-mandir di ruang tamunya. Tatapannya terpaku pada layar televisi yang terus menayangkan berita tentang penangkapan Charlos."Bodoh!" gerutunya gemas, menggertakkan gigi.Dia menghela napas kasar, satu tangan bertolak pinggang sementara tangan lainnya meremas rambutnya sendiri. "Tenang, Jenn… Charlos tidak akan bisa menyeretmu secara langsung. Kau tidak akan masuk penjara," ucapnya, mencoba menenangkan diri.Tapi rasa panik tetap menggigitnya.Rencana menculik dan menyebarkan video editan Valerie—semua itu adalah idenya. Namun, Jennifer tidak pernah menyangka Charlos akan sebodoh itu hingga tertangkap dengan begitu mudah."Sial! Aku harus kabur!"Tanpa membuang waktu, Jennifer bergegas mengeluarkan koper, memasukkan barang-barang berharganya dengan terburu-buru. Tangannya gemetar saat mengambil paspor dan uang tunai yang sudah ia simpan sejak lama untuk keadaan darurat seperti ini.Namun sebelum koper itu penuh, suara ketukan keras men

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status