Sejak kepergian kedua orang tuanya, Ella Prameswari telah dipersunting oleh kekasihnya, Surya Wirata. Keluarga Surya yang adalah salah satu konglomerat di Indonesia awalnya sedikit mempermasalahkan pernikahan mereka berdua. Mereka bilang alasannya karena Ella adalah anak adopsi. Namun akhirnya Surya berhasil meyakinkan orang tua dan seluruh keluarga besarnya dengan syarat, tinggal jauh dari kediaman keluarga Wirata!
“Apa kita akan disambut baik nanti Mas?” Ella yang duduk di kursi belakang sambil memangku kepala anak bungsunya yang tertidur pulas merasa cemas, karena setelah bertahun – tahun akhirnya mereka kembali ke kediaman keluarga Wirata.“Sudah jangan berpikir macam – macam. Kita pulang kesini karena dipanggil juga kan. Om Tiko bilang kesehatan Mama dan Papa kurang baik, dan ingin segera mengumpulkan anak – anaknya. Jadi aku pikir ini ada sesuatu yang mendesak. Kamu sabar ya sayang, masa lalu jangan diungkit lagi. Oke?” jawab Surya yang duduk di bangku depan dengan bijak sembari menoleh dan tersenyum ke kursi di mana wanita cantik berambut cokelat itu dan kedua anaknya duduk.Taksi yang mereka tumpangi memasuki gerbang tinggi yang dijaga ketat oleh beberapa tim keamanan di kediaman itu. Mereka melewati pagar rumput dengan sisi kanan kiri adalah taman yang dihiasi bermacam jenis bunga juga pohon yang rindang. Entah berapa ratus meter, akhirnya tiba di sebuah bangunan megah yang terlihat sangat elegan.Mereka berempat turun, dan segera disambut oleh beberapa pelayan yang membantu mengangkat barang. Juga oleh Om Tiko, si kepala rumah tangga.“Maaf Mas Surya, saya tidak bisa mengirim mobil untuk menjemput di bandara. Karena 2 mobil sedang dipakai untuk menjemput Tuan muda Jackson dan Tuan muda Levin. Sedangkan yang lain...”“Ah, nggak apa – apa Om. Ayo segera antar aku ke dalam” Surya memotong pembicaraan itu, karena ingin segera bertemu keluarganya.“Baik Mas, mari saya antar ke dalam untuk beristirahat” Om Tiko yang berusia 57 tahun itu bergegas mengantar Surya, Ella, dan kedua buah hatinya yang masih sedikit ngantuk itu ke kamarnya.Luna, si anak bungsu di gendong sang ayah karena masih sedikit mengantuk. Saat mereka menelusuri lorong menuju kamar, tampak taman bunga yang indah.“Ayah, tamannya bagus sekali. Warna warni ya yah. Aku mau tinggal di sini aja yah” celetuknya.“Iya, nanti kita tinggal di sini ya sementara. Nemenin kakek sama nenek” ucap Surya seraya melirik Ella yang sedari tadi tidak mengucapkan sepatah kata pun.Dan tak lama, mereka telah sampai di kamar untuk keluarga kecil itu. Om Tiko yang membukakan pintu, sedangkan 2 orang pelayan membantu meletakkan koper. Pemandangan di dalam kamar membuat 2 bocah cilik itu terpesona.“Wahhh.. “ Jupiter dan Luna mengucapkan itu bersamaan sambil berlarian di kamar yang lebih mirip apartemen itu.“Di sebelah sini kamar Tuan dan Nona kecil” Om Tiko tersenyum kepada kedua bocah itu sambil membukakan pintu yang berada di sisi kanan ruangan. Rupanya pintu itu menghubungkan antara kamar Surya dan Ella dengan kamar anak – anak.Ella yang hendak membongkar kopernya, dikejutkan dengan seorang pelayan wanita muda yang tiba – tiba meraih kopernya.“Jangan Nyonya, ini tugas saya. Perkenalkan nama saya Bella. Dan mulai sekarang saya dan Marry akan melayani kebutuhan Tuan dan Nyonya” Bella dan Mari tersenyum seraya sedikit membungkukkan badannya.Ia terlihat ramah, wajahnya juga cantik terawat. Mungkin usia Bella dan Marry sekitar 22 tahun pikir Ella.“Oh, baiklah. Terima kasih Bella dan Marry” Ella juga tersenyum kepada mereka berdua, sementara Surya sedang mengobrol dengan Om Tiko dan sesekali melirik ke arah Ella dan kedua pelayannya.*****“Ayo sayang, kita sudah ditunggu Papa dan Mama di kamar mereka” Surya menggandeng Luna, sedangkan Ella menggandeng Jupiter.Ella masih gugup, ia masih ingat betul dengan kejadian 12 tahun silam, saat dirinya dipersunting Surya. Dan bagaimana keluarga Surya mengacuhkan dirinya. Dan kini, setelah 12 tahun berlalu, entah apa tanggapan keluarga besar ini terhadap dirinya dan anak – anaknya.Om Tiko membuka pintu kamar Prabu Wirata dan istrinya, Jane Rosendale. Jane adalah seorang wanita keturunan Inggris yang sejak remaja tinggal di Indonesia. Ia adalah putri konglomerat sama halnya dengan Prabu. Meski begitu, mereka menikah atas dasar cinta bukan perjodohan.“Tuan Prabu, Nyonya Jane, Tuan muda Surya... Ehem maksud saya Mas Surya sudah tiba” Om Tiko kelepasan salah memanggil Surya dengan sebutan tuan muda, karena sejak kepergian Surya mereka berdua melarang memanggil tuan muda lagi.“Tidak apa – apa Tiko, suruh segera masuk” perintah Tuan Prabu.“Baik Tuan. Silakan Mas Surya, Nona Ella”Mereka berempat masuk ke kamar sang pemilik kediaman keluarga besar itu. Om Tiko keluar kamar dan menutup pintu.Suasana hening sesaat, aura dingin dan canggung menyelimuti ruangan itu. Ella menggenggam erat tangan kedua anaknya yang sejak tadi diam saja karena takut. Sementara Surya perlahan mendekati Ayahnya yang sedang duduk di kursi menghadap ke sebuah kursi roda di tepi jendela kamar. Di kursi roda itulah nyonya Jane duduk dan terlihat sedikit pucat.“Papa, Mama, apa kabar? Apa yang terjadi Pa? Kenapa Mama...”“Bagaimana kabar kalian? Apa kalian baik – baik saja? Duduklah di sana.” Tuan Prabu berdiri seraya mendorong kursi roda nyonya Jane ke arah Surya dan Ella dan mengisyaratkan untuk duduk di sofa kamarnya itu.Mereka berempat duduk dan diikuti oleh Tuan Prabu yang duduk di sebelah Surya. Sementara mata nyonya Jane sejak tadi tidak berhenti mengikuti gerak gerik Ella dan kedua anaknya.“Kemarilah” pinta nyonya Jane kepada Ella.Ella bergegas mendatanginya dan duduk di ujung sofa dekat dengan kursi roda nyonya Jane, diikuti oleh Jupiter dan Luna yang sedari tadi masih asing dengan kakek dan neneknya.“Mama eh, Nyonya... Bagaimana kabar Anda? Apa yang telah terjadi?” Ella memberanikan diri memulai percakapan.“Sebulan yang lalu aku mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakiku lumpuh. Ella, bagaimana kabarmu dan Surya?” kata – kata nyonya Jane mengejutkan Ella karena selama ini hanya sedikit komunikasi di antara mereka.“Baik Nyonya, Mas Surya juga baik – baik saja. Ia bekerja sangat keras untuk saya dan anak – anak. Terima kasih karena Tuan dan Nyonya telah mempercayakan bisnis travel itu kepadanya. Dan ini adalah anak – anak kami Nyonya. Jupiter, Luna, beri salam kepada nenek dan kakek”Jupiter yang awalnya ragu, namun setelah mendapat kode dari sang Ibu akhirnya ia pun memberanikan diri.“Halo nenek, kakek, apa kabar? Aku Jupiter dan ini adikku Luna” ia memperkenalkan diri seraya mencium tangan nenek dan kakeknya dan diikuti Luna yang masih diam karena sedikit takut.“Kemarilah sayang, peluk nenek” nyonya Jane membentangkan kedua tangannya pertanda ingin memeluk kedua cucunya. Jupiter dan Luna malu – malu, namun akhirnya menyambut pelukan neneknya.Ella benar – benar tidak percaya dengan keadaan ini. Saat pertemuan terakhir, mereka terlihat sedikit dingin. Bahkan tidak ada komunikasi yang intens di antara mereka. Apa ada sesuatu yang sedang terjadi?Surya menatap Ella dengan tersenyum.“Sebenarnya apa yang terjadi Pa?” Surya penasaran dengan keadaan ini.“Sebenarnya, tidak lama lagi Papa akan mundur dari jabatan Papa. Dan Papa ingin kamu, dan 3 saudaramu yang melanjutkannya” Tuan Prabu menghela napas.“Papa tidak ingin anak – anak Papa tidak kebagian sepeser pun harta Papa. Jadi Papa dan Mama memutuskan untuk memanggil kamu, Ella dan anak – anakmu kemari. Tinggallah di sini, berkumpul dengan saudara – saudaramu yang lain” tegas Tuan Prabu.“Baik Pa, Surya dan Ella mengerti” Surya tak menolak saking bahagia karena akhirnya Papa dan Mamanya menerima keberadaannya beserta keluarga kecilnya itu.Tok tok tokCeklek“Tuan Besar, semua Tuan Muda sudah berkumpul di ruang makan”. Om Tiko membuka pintu untuk memanggil mereka.“Baiklah, suruh tunggu sebentar lagi. Kami akan ke sana. Ayo semuanya kita ke ruang makan” Tuan Prabu segera mendorong kursi roda istrinya keluar kamar diikuti oleh yang lain. Tuan Prabu memang tidak membolehkan siapa pun mendorong kursi roda istrinya kecuali dalam keadaan mendesak.Ella Prameswari adalah wanita berusia 35 tahun, anak adopsi dari keluarga biasa pasangan Singgih dan Endah. Ia diadopsi ketika berusia 13 tahun. Saat Ella sedang menyelesaikan skripsi, Singgih dan Endah mengalami kecelakaan. Namun tak ada yang tahu kronologi kecelakaan tersebut. Ella hanya mendapat kabar, lalu melihat jenazah kedua orang tua angkatnya itu dimakamkan. Sungguh ironis apa yang menimpanya. Tak butuh waktu lama Tuhan mempertemukan Ella dan Surya. Sehingga bagi Ella, Surya adalah malaikat pelindungnya. Dan kini ia sedang dalam keadaan yang canggung. Keluarga Wirata yang dulu menolaknya, kini dengan tangan terbuka menerima dirinya dan anak – anaknya. Iya, baginya yang terpenting adalah anak – anaknya bisa diterima di keluarga ini sebagai keturunan keluarga Wirata. Ella berjalan mengikuti Surya yang berada di depannya bersama Jupiter, dengan menggandeng Luna. Dan akhirnya, tibalah mereka di ruang makan utama yang besar. Meja itu memanjang dengan masing – masing 9 kursi di
Aura serius mulai menyelimuti seisi ruangan. Pun juga Ella dan dua bocilnya yang telah kembali dari toilet sejak 7 menit yang lalu. Setelah suasana tenang, barulah Tuan Prabu memulai perbincangan utama yang ditunggu. “Baiklah, pertama Papa dan Mama ingin mengutarakan permintaan maaf kepada Surya dan Ella. Selama ini kita belum menyambut baik mereka di keluarga Wirata. Papa berharap mulai saat ini, kita bersatu kembali menjadi keluarga yang utuh. Juga selamat datang cucuku yang manis – manis. Jika ada yang kalian butuhkan, bilang saja ke Nenek atau Kakek” ucapan Tuan Prabu menghangatkan hati seisi ruangan, juga si kecil Jupiter dan Luna yang terlihat tersipu. “Mulai saat ini juga, panggil Surya Tuan dan Ella Nyonya. Jangan lupa itu Tiko” seraya memandang Om Tiko dan segera direspon olehnya. “Baik Tuan besar” “Dan kamu Ella, jangan panggil kami Tuan dan Nyonya lagi. Panggil Papa dan Mama."“Baik Pa.” Ella tersenyum sumringah kepada kedua mertuanya itu. “Lalu inti dari Papa dan Mama
Ella tersentak hingga menghentikan langkahnya tatkala melihat Surya yang sudah duduk di ranjang mereka berdua. Surya sedang menyisir rambutnya yang basah.“Dari mana saja kamu Ella? Sudah malam begini, aku kira kamu sudah tidur tadi.”“Oh.. aku habis jalan – jalan cari angin. Di sini agak jenuh dan sedikit panas. Kamu sendiri dari mana Mas? Aku nunggu Mas Surya lama banget.” Ia sedikit gugup, masih gemetar, namun berusaha tetap tenang. Karena ia berencana menyembunyikan kejadian yang baru saja menimpanya.“Aku tadi habis dari kamar Mama nemenin Mama sampai Mama tertidur karena Papa ada urusan mendadak. Ya udah, ayo kita tidur. Ini sudah larut.” Surya beranjak merebahkan badannya ke kasur.Ella yang tiba – tiba penasaran dengan rambut Surya yang basah akhirnya bertanya, “Kamu abis mandi ya Mas? Kok rambutnya basah gitu?”“Oh, iya. Memang agak panas malam ini. Jadi aku mandi lagi.” “Oh.. aku mau cuci muka dulu.” Ella bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Di kamar mandi, Ella menggo
“Hahahahahha.. apa semalam kamu menggunakan gaun tidur Ella?” Rigel menyeringai.Pertanyaan Rigel membuat Ella gemetar, karena ia sendiri ingat dengan jelas. Semalam ia menggunakan setelan piyama, bukan gaun tidur. Dan Rigel juga tahu itu.Raut muka Marry berubah, ia bingung dengan maksud candaan Rigel. Namun ia tetap memilih diam, takut salah bicara.“Apa ada lagi yang diceritakan anak – anak, Marry?” Ella masih memendam rasa penasaran.“Tidak Nyonya, hanya itu yang saya dengar dari anak – anak.” Jawab Marry singkat.Beberapa menit berlalu, dan suasana di mobil itu semakin sunyi. Walau sesekali Rigel menyeringai tanpa disadari Ella.Akhirnya, tibalah mereka di kediaman keluarga Wirata. Ella yang sudah merasa engap berada 1 mobil dengan Rigel, buru – buru membuka pintu berniat keluar.“Tunggu! Jangan keluar dulu, ada yang ingin aku bicarakan.” Perintah Rigel kepada Ella.Marry yang mengerti maksud Rigel segera turun dari mobil. Sedangkan Ella, kembali duduk di kursinya dan membanting
"Apa? Di mana kalian berdua sekarang?" Suara lantang Surya menggema di ruang kamar, hingga Ella terbangun dari tidurnya."Ada apa Mas?""Rigel berulah di sekitar sini, aku akan menjemputnya. Kamu tunggu di rumah dengan Jupiter ya." Terang Rigel seraya menutup teleponnya."Rigel di sekitar sini? Apa yang terjadi Mas?" Pertanyaan Ella tak sempat terjawab lantaran Surya sudah bergegas pergi.Satu jam lebih Surya baru kembali ke rumah. Ella yang melihatnya membopong seseorang segera menghampirinya. Rupanya Surya tidak sendiri, ia bersama dengan laki - laki berjas rapi dan berkaca mata. Dani yang menyadari bahwa ia diperhatikan oleh Ella segera menganggukkan kepala isyarat menyapa.Mereka merebahkan Rigel di tempat tidur kamar tamu. "Ella, ini Dani asisten sekaligus pengawal Rigel." Surya memperkenalkan."Ah, iya. Apa yang terjadi dengannya?""Hari ini Tuan Rigel ada urusan pribadi dengan teman kuliahnya. Lalu setelah pertemuan selesai, beliau mengajak saya ke sebuah bar. Entah apa yang m
"Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya." Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenap
Dengan tatapan setengah kosong, Ella masuk ke dalam mobil Rigel. Ella pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tak menolak saja. Harusnya ia bisa lebih tegas menolak tawaran Rigel. Meski hujan deras, bisa saja ia menjemput Jupiter dengan motor dan menggunakan mantel.Tapi penyesalan itu tetap sia - sia lantaran mobil itu sudah melaju kencang di jalan yang terguyur oleh derasnya hujan.Mereka berdua hanya saling membisu satu sama lain selama beberapa saat. Hingga Rigel mencoba memulai pembicaraan."Mulai besok aku yang akan mengantar Jupiter, selama Kak Surya tidak di rumah. Kamu cukup di rumah saja." Kata Rigel dengan percaya diri seolah ia adalah ayah Jupiter.Ella yang sejak tadi hanya fokus melihat pemandangan dari jendela pintunya, mengalihkan pandangan ke Rigel sambil memicingkan matanya karena keheranan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Ella tetap enggan bicara dengan Rigel selama perjalanan pulang setelah menjemput Jupiter. Bahkan saat sampai di rumah
"Apa kabar Nona Ella?" Sapa Dani dengan senyuman. Senyuman hangat yang membuat Rigel terus memelototi asistennya itu."Iya, Baik. Kamu mau menjemput Rigel?" Tanya Ella saat sedang duduk santai di ruang tamu."Ah, tidak. Tuan Surya memintanya untuk di sini sementara bukan?""Iya benar." Jawab Ella singkat."Saya hanya menengok Tuan Rigel. Apa Anda merasa terganggu?" Selidik Dani.Ella tak langsung menjawab. Beberapa detik kemudian baru ia mengeluarkan kalimat, "Tidak. Silakan jika ingin bersantai di rumahku." Ella beranjak dari duduknya, meninggalkan Rigel dan Dani. "Kapan pencarian akan dimulai Tuan? Nona Ella terus berada di rumah." Tanya Dani dengan suara yang pelan. Rigel menghela napas lalu hendak menjawab Dani, namun tiba - tiba Ella kembali bersama Jupiter."Aku akan keluar berbelanja, mungkin sekalian makan malam di luar. Kalau butuh apa - apa, kalian bisa minta ke Bi Tami termasuk makan malam." Ucap Ella, lalu Jupiter menarik tangannya."Aku mau diantal Om... " Rengek Jupite
Parto berjalan menuju garasi dengan lesu. Tatapannya kosong, badannya basah karena keringat. Pikirannya kalut, setelah ini entah apa yang akan terjadi dengan nasibnya. Sudah jelas ia akan dipecat, tapi lebih takut lagi jika sampai masuk penjara. Sedangkan sebenarnya, ia tidak melakukan kesalahan apapun. "Sssttt.. Parto! Sini!" Suara Surya mengagetkan Parto. Lalu ditariknya Parto ke pojokan garasi. "Mas, tuan Besar marah sekali. Saya takut dipenjara, Mas. Gimana ini?" mata Parto tampak berkaca-kaca. "Tenang, To. Aku jamin kamu aman. Papa pasti membantumu agar tidak sampai masuk penjara, walau pasti kamu dipecat. Begini saja, aku akan kasih kamu kompensasi sebagai permintaan maafku. Aku akan kasih uang lima puluh juta buat kamu dan keluargamu di kampung. Gimana?" "Bener lo, Mas." desak Parto. "Iya, tenang saja. Kamu bisa beli motor baru dan buka usaha di kampungmu. Tapi kamu janji, jangan sampai ada yang tahu kalau aku yang pakai motormu." Pak Basir mengelus dada saat tak s
"Bagaimana, Pa?" tanya nyonya Jane serius. "Sebenarnya Levin masih terlalu muda untuk hal ini. Tapi, mengingat apa yang telah terjadi kepada keluarga Herman, terlebih Ella yang sekarang menjadi sangat menderita, aku merasa sangat bersalah." kata tuan Prabu penuh penyesalan. "Kita kan tidak langsung menikahkan mereka. Cukup tunangan saja dulu. Nantinya Ella bisa kita rawat, juga bisa kita sekolahkan lagi. Entah kebetulan sekali Levin tertarik dengannya." Tuan Prabu dan nyonya Jane berada di ruang kerja saat percakapan itu sedang berlangsung. Tanpa mereka sadari, Surya yang awalnya hendak menemui nyonya Jane, akhirnya menghentikan langkahnya setelah mendengar percakapan kedua orang tuanya itu. Hatinya semakin penasaran, siapa Ella sebenarnya. Ia pun berniat mencari tahu tentang Ella. Parto bersiap dengan motornya. Lalu tiba - tiba dikejutkan dengan kehadiran Surya."Ayo, Mas Parto. Aku ikut." ucap Surya seraya naik diatas motor Parto yang beberapa detik lagi akan melaju. "Astaga
Ketiga kalinya, Levin datang ke rumah lavender bersama Pak Basir. Ia selalu antusias saat menanti Ella menampakkan diri. "Sudah saya bilang kan tadi, seharusnya Mas Levin ikut masuk. Jadi kita tidak menunggu begini." "Pak, kan katanya rahasia. Masak aku ikut juga ke sana, kan aneh. Ya sudahlah, ayo kita pulang. Sudah sore juga, aku capek." keluh Levin yang kemudian menyandarkan tubuhnya. "Eh, Mas. Itu dia Non Ella nya!" seru Pak Basir dengan riang. Levin bergegas merapatkan tubuhnya ke pintu samping seraya menatap dalam Ella yang tiba - tiba keluar dari rumah bersama Pak Singgih. Sepertinya mereka berdua hendak keluar rumah bersama, dengan menaiki motor matic berwarna hitam. Pak Singgih yang melihat keberadaan mobil Pak Basir, lalu turun dari motornya dan mengatakan sesuatu kepada Ella. Pak Basir dan Levin menjadi tegang, keduanya dengan fokus menatap Pak Singgih dan Ella yang menunjuk ke arah mereka berdua. Tak lama, Ella berjalan menuju mobil yang dinaiki Levin itu.
"Aku dengar keluarga Herman bangkrut karena ulahmu, Prabu. Apa benar?" tanya seorang tamu di rumah Tuan Prabu kala itu. Laki-laki berkumis tebal dengan sinis memandang Tuan Prabu.Tuan Prabu enggan menjawab pertanyaan itu. "Apa kamu jauh-jauh kemari hanya untuk melontarkan pertanyaan bodoh itu, Joko?" tanya balik Tuan Prabu. "Kamu sendiri tahu persis, apa yang sebenarnya terjadi dibalik kasus kebangkrutan perusahaan Herman. Kenapa masih pura - pura tidak tahu?" imbuhnya.Joko yang adalah saingan bisnis Tuan Prabu, mendengus karena kesal."Tidak usah munafik kamu, Prabu. Bukankah kini perusahaan Herman sudah kamu ambil alih?""Apa aku harus menjelaskan satu per satu kepadamu? Aku dijebak untuk dimanfaatkan oleh Jaya Grup, sehingga seolah aku yang membuat Herman bangkrut. Dan kini perusahaan Herman diberikan kepadaku dengan alasan kompensasi atas dasar rekan bisnis. Apa kamu pikir aku bodoh? Aku menerima perusahaan Herman karena aku tidak ingin perusahaan itu jatuh ditangan orang yang
"Tuan Levin!"Dengan langkah cepat, Levin menghampiri Ella dan Marry yang tengah duduk santai. Kali ini Levin berpakaian santai tak seperti biasanya. Wajahnya terlihat cerah ceria, segar dan mempesona. Senyumnya juga terus mengembang di bibirnya. Ella berpikir, sepertinya ada hal baik yang sedang dirasakannya. Padahal semalam masih terasa ketegangan diantara keluarga Wirata itu. "Bagaimana keadaanmu, Ella? Apakah sudah membaik? Aku membawakanmu minuman kesehatan, ini sangat baik untuk mengurangi stres dan membuat badan menjadi bugar. Lalu, ada camilan juga untuk anak - anak." Wajah rupawan Levin rupanya telah membuat Ella tak menyadari bahwa Levin datang sambil menenteng tas plastik berisi banyak makanan dan minuman."Oh, iya. Terima kasih." Hanya itu yang bisa diucapkan Ella lantaran merasa masih canggung, sejak ia mendengar percakapan semalam.Hening sesaat.Ada hawa dingin yang dirasakan Marry. Sejak kedatangan Levin, Marry hanya bisa diam sambil memperhatikan gerak gerik Tuanny
Keringat Ella bercucuran, tubuhnya panas dingin. Namun ia tetap berusaha memfokuskan pendengarannya agar bisa terus memahami isi pembicaraan orang - orang di dalam ruangan itu.Ella perlahan kembali mencoba mengintip di balik pintu yang tak tertutup rapat itu. Terlihat Rigel yang duduk kaku dengan sorot mata yang tajam seolah baru mendengar kabar menggemparkan yang belum pernah ia ketahui. Sedangkan Levin dan Jack juga terlihat tegang"Pa, aku menyukai Ella. Lagi pula saat itu Levin masih usia berapa? Kenapa memaksakan Levin menikah dengan Ella?" Ucap Surya protes."Hah! Kamu sendiri saat itu umur berapa? Kamu memaksakan kehendakmu sendiri untuk segera menikah hingga rela pergi dari kediaman ini. Jangan lupa itu!" timpal Levin yang merasa tak terima dengan kata-kata Surya."Papa dan Mama berencana menjodohkan Levin dan Ella, itu adalah keputusan kami yang tidak perlu kalian tahu. Terutama kamu Surya." Kata Tuan Prabu seraya menunjuknya."Kenapa, Pa? Kenapa aku tidak boleh tahu? Apa ka
Sony dan Wingky perlahan mendekati Levin yang masih dalam posisi menggendong Ella."Tunggu Lev, aku seperti pernah melihat wanita ini bersama kedua adikmu?" tanya Wingky yang tak membuat Levin kaget, karena kedua reporter itu memang selalu menguntit keluarganya."Rigel bilang, ia masih kerabat dengan keluarga Wirata?" imbuhnya."Benar," jawab Levin seadanya lalu beranjak pergi sebelum akhirnya dihentikan lagi oleh pernyataan Sony."Tapi Lev, menurut desas desus dari staf hotel, wanita ini adalah istri dari salah satu tamu di hotel ini. Siapa laki-laki itu?" "Berempatilah sedikit dengan kami." Hanya kata - kata itu yang bisa diucapkan oleh Levin. Lalu ia bergegas menuju tempat parkir mobilnya.Kedua reporter spesialis keluarga Wirata itu tak bergeming, hanya saling melontarkan pemikiran mereka."Semakin menarik," ucap Sony."Betul! Hari - hari kita akan semakin sibuk. Kita harus berterima kasih juga kepada Lusy, " timpal Wingky.*****Levin memacu mobilnya secepat mungkin, berharap wa
"Hei, tunggu! Apa yang kalian lakukan?!"Ella bergegas mengekor Levin menerobos masuk ke dalam kamar."Kalian ini kenapa? Kenapa tiba-tiba masuk?" nada Surya sedikit meninggi membuat Ella terkejut dengan sikapnya."Kami kenapa, katamu? Kamu yang kenapa, Mas? Aku ini istrimu, dan dia adikmu. Apa kamu menyembunyikan sesuatu, sampai istrimu sendiri tidak boleh masuk?" jantung Ella berdegub cepat, tubuhnya gemetar. Matanya mencari sesuatu keseluruh penjuru ruangan, mencari sesuatu yang mencurigakan. Namun Levin yang berkeliling pun tidak menemukan apapun."Apa yang kalian cari? Kalau kamu mau bicara baik - baik, lekaslah bicara." Kata Surya singkat.Akhirnya Levin memberikan kesempatan kepada Ella dan Surya untuk bicara berdua. Ia beranjak keluar dari kamar itu."Sampai kapan kamu akan begini, Mas? Dulu kamu memang pernah seperti ini saat marah. Tapi tidak bisakah kamu sedikit berubah? Kamu bahkan tidak menelepon anak - anak. Aku telepon pun tidak pernah kamu angkat.""Berubah, katamu? A
Suara mesin mobil taksi yang ditumpangi oleh Ella dan kedua anaknya menderu di jalan aspal. Wajah Jupiter tampak cerah, begitupun dengan Luna yang sedari tadi bernyanyi di dalam taksi. Mereka tak sabar bertemu sang papa lantaran beberapa hari tidak berjumpa, bahkan tidak menelepon sekalipun. Ella sedari tadi hanya bisa menutupi kegelisahannya dengan senyuman palsu di depan anak - anaknya. Ia teringat, ini bukan yang pertama kali Surya marah hingga tak pulang ke rumah. Walau begitu hatinya tetap sakit, setidaknya ia ingin bicara melalui telepon. Apalagi ia sangat sedih melihat Jupiter dan Luna yang sering merengek karena rindu dengan ayahnya.Ia tahu, ia bersalah dengan mengambil keputusan sendiri tanpa seijin dari suaminya. Tapi sungguh ia tak berniat untuk macam - macam. Semalam saat pulang bersama Rigel dan Jack, Nyonya Jane memberi kabar bahwa Surya menghubungi Mamanya itu. Surya hanya berpesan kepada sang ibunda agar tidak khawatir tentangnya. Ia hanya butuh menyendiri, lantaran