Saat sore hari. Dania pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Dia memang bekerja di perusahaan Kaivan dan Kaivan sendiri tidak keberatan mengingat sikap juga sifat Dania yang baik.Dania bekerja di perusahaan Kaivan karena ada masalah dengan perusahaan keluarganya sendiri akibat ulah Damian. Saat baru saja masuk rumah. Dania dihadang oleh Damian. Dania menatap datar pada kakak kandungnya itu.“Minggir!” Dania kesal. Dia ingin melewati Damian, tapi kakaknya itu kembali menghadang langkahnya, tidak membiarkan Dania pergi.“Apa maumu, hah?” Dania sampai membentak karena kesal.“Aku hanya mau tanya sesuatu. Apa kamu harus sekasar ini ke kakakmu sendiri?” tanya Damian karena Dania sangat galak.“Kamu memang pantas dikasari!” balas Dania sebal.Damian tak senang dengan sikap Dania. Namun, dia punya tujuannya sendiri sehingga mencoba bersabar menghadapi Dania.“Di perusahaan kamu dekat dengan Eve, kan?” tanya Damian.“Apa itu penting?” tanya balik Dania sambil melipat kedua tangan di depa
Damian sudah berada di depan unit apartemen milik kakak Eve. Dia menekan bel, lalu beberapa saat kemudian tampak Alana di dalam ketika pintu terbuka.“Mau cari siapa?” tanya Alana menatap curiga karena penampilan Damian yang rapi.“Saya temannya Eve. Saya ke sini karena ingin mencarinya,” ucap Damian berbasa-basi agar Alana tidak curiga.“Oh, dia tidak tinggal di sini lagi,” jawab Alana terlihat malas.Damian melihat Alana yang tak senang saat mendengar nama Eve. Dia berpikir, mungkin akan lebih mudah mencari informasi tentang Eve dari Alana.“Sekarang Eve di mana, ya?” tanya Damian.“Mana kutahu,” balas Alana ketus. Bahkan Alana tidak mau memandang ke Damian.Damian berpikir, lalu menyodorkan paper bag yang dibawanya ke Alana.“Sebenarnya saya ada perlu dengan Eve, karena itu mencarinya ke sini. Ini sebenarnya buat Eve, karena dia tidak ada, jadi daripada mubadzir, lebih baik buat Kakak saja,” ucap Damian mencoba merayu.Alana melirik ke paper bag yang disodorkan Damian. Dia melihat
Kaivan tetap tenang dan memasang wajah datar mendengar ucapan Grisel, meskipun wanita itu juga tampak kesal.“Apa benar kamu yang ada di kamarku malam itu?” tanya Kaivan sekali lagi untuk meyakinkan dirinya sendiri.Grisel terkejut Kaivan kembali membahas hal itu. Dia tetap kukuh mengakui kalau itu dirinya. Meskipun Kaivan memintanya periksa selaput dara, dia tidak takut karena pernah tidur dengan Damian dan sudah tidak perawan.“Tentu saja, kenapa Anda masih menanyakannya?” tanya Grisel meyakinkan.Kaivan menatap datar, lalu kembali bicara. “Kenapa kamu tidak takut saat mengakuinya? Bagaimana kalau aku melakukan sesuatu yang buruk padamu karena kamu berani naik ranjangku? Kenapa kamu seperti tak memikirkan resiko jika mengaku?” tanya Kaivan dengan nada penekanan. Bahkan kedua matanya menyipit curiga.Grisel terkejut sampai gelagapan mendengar pertanyaan Kaivan.“Ya, itu karena saya yakin kalau Anda tidak mungkin melakukan hal buruk. Saya yakin Anda adalah orang yang bertanggung jawab
Hari itu Eve pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Dia duduk di kursi panjang depan poliklinik menunggu antrian periksa. Eve memandang ke beberapa wanita hamil yang juga menunggu antrian. Dia melihat perut para wanita itu sudah agak besar, sedangkan dirinya masih kecil. Eve menyentuh perutnya.Aneh, apa dia akan dianggap aneh? Dia tidak punya suami, tapi hamil. Haruskah dia sedih? Saat Eve masih melamun, perawat memanggil nama Eve. Dia pun berdiri lalu berjalan masuk ke ruang pemeriksaan.“Bu Evelyn?” tanya dokter memastikan.Eve mengangguk lalu duduk di depan meja dokter. Ini pertama kalinya Eve memeriksakan kandungannya di sana. Dokter menanyakan tanggal terakhir menstruasi, lalu menanyakan nama suami hingga membuat Eve terdiam.“Ini hanya untuk data,” kata dokter itu.Eve bingung menjawab pertanyaan dokter.“Sebenarnya saya tidak bisa memberitahu nama ayahnya. Ini kecelakaan,” jawab Eve ragu karena takut itu akan menjadi masalah.Dokter itu terkejut, lalu mengira
Eve sangat terkejut mendengar pertanyaan Damian sampai secara impulsif memegangi perut. Dari mana pria itu tahu soal kehamilannya, apalagi perutnya belum besar. Eve terlihat gugup dan panik. Entah kenapa dia merasa takut, apa mungkin karena Damian adalah sepupu Kaivan? Atau Eve takut aibnya dibongkar Damian?“Apa yang kamu katakan?” tanya Eve mencoba mengelak. Dia berusaha tenang meski jantungnya berdegup cepat karena takut.Damian tersenyum melihat reaksi Eve. Dia jelas tahu kalau Eve saat ini sedang panik.“Saat bertanya keberadaanmu, karyawan di sini mengatakan kamu ke dokter kandungan. Jika kamu tidak hamil, lalu untuk apa ke sana? Tidak perlu menutupinya, Eve. Aku juga bukan musuhmu,” ujar Damian menjawab pertanyaan Eve. Dia meyakinkan agar Eve mau jujur kepadanya.Eve gelagapan sampai terlihat gemetar meski sudah berusaha tenang. Eve bertanya-tanya, bagaimana bisa Damian meyakinkan karyawan sampai jujur akan kondisinya sekarang.Damian memperhatikan gelagat Eve, hal itu membuat
Eve benar-benar bingung dengan keinginan Damian. Kenapa pria itu kukuh ingin di sampingnya? Namun, Eve tidak mau peduli, dia tidak mau berurusan dengan Damian lagi.“Terserah apa yang mau kamu lakukan, aku tetap tidak akan pernah menganggap keberadaanmu dan jangan pernah berharap aku akan menerimamu lagi!” Eve membuat keputusan tegas agar tidak dianggap memberi harapan ke Damian.Setelah mengatakan itu, Eve pun memilih meninggalkan Damian. Dia pergi ke ruangannya.Damian mengeluarkan ponsel begitu Eve pergi, lalu tampak mengetik pesan dan dikirimkan ke seseorang.[Aku ingin kamu mencari tahu sesuatu.]Setelah mengirim pesan itu. Damian menoleh ke arah Eve pergi, lalu kembali memandang ponselnya.**Eve pulang ke rumah lebih awal seperti biasa. Dia baru saja selesai mandi ketika melihat ponselnya berdering.“Hai, Brian.” Eve menjawab panggilan dari Brian.“Maaf, Eve. Seharian ini aku sangat sibuk,” ucap Brian dari seberang panggilan.Eve hanya tersenyum. Dia duduk di tepian ranjang sam
Eve bersiap pergi ke kafe. Dia sudah mulai memakai pakaian yang agak longgar agar perutnya tidak terlalu tertekan dan lebih nyaman. Eve pergi menggunakan taksi menuju kafe seperti biasa.Saat baru saja sampai di kafe, Eve sangat terkejut ketika melihat Damian ada di depan kafe.“Apa yang dia lakukan sekarang?” Eve bertanya-tanya agak kesal.Damian langsung tersenyum ketika melihat Eve datang. Dia menunggu Eve berjalan ke arah kafe.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Eve memasang wajah datar.“Aku membawakanmu sarapan,” jawab Damian sambil menunjukkan paper bag yang dibawa.“Tidak perlu, aku sudah makan,” tolak Eve tidak mau menerima apa pun dari Damian.Dia tidak akan memberikan celah untuk Damian masuk ke kehidupannya lagi, sekeras apa pun Damian berusaha.“Ayolah, Eve. Ini bisa kamu hangatkan dan makan untuk siang. Lauknya terpisah, seperti yang kamu sukai,&rdquo
Damian tersenyum mendengar pertanyaan Eve. Dia menatap begitu dalam ke Eve yang bertanya sambil menatap curiga kepadanya.Eve tetap waspada. Dia benar-benar harus berhati-hati terhadap Damian.“Aku benar-benar tidak ada maksud lain, Eve. Aku ke sini karena ingin minta maaf. Aku hanya ingin menebus kesalahanku dengan menjagamu,” ucap Damian mencoba meyakinkan Eve.Eve tetap tidak akan percaya, meski Damian berkata jujur. Dia hanya ingin memastikan, apa pun yang dikatakan oleh Damian, baginya hanya omong kosong semata.“Aku tidak bisa kamu bodohi lagi seperti dulu. Lebih baik kamu pergi sekarang, aku bisa pulang sendiri.” Eve tetap menolak tawaran Damian yang ingin mengantarnya.Eve ingin pergi, tapi Damian langsung menahan tangannya.Eve menatap ke tangan yang dipegang Damian. Dia tidak suka dengan hal itu.Damian langsung melepas tangan Eve ketika melihat tatapan tak senang dari mantan kekasihnya itu.“Aku antar, Eve. Aku benar-benar hanya ingin mengantar dan memastikanmu selamat samp
Semua staff di sana sangat terkejut. Itu benar-benar berita yang sangat menghebohkan.Grisel syok, tapi tentunya tidak percaya begitu saja. “Kamu pasti hanya mengaku-ngaku. Kaivan tidak punya saudara,” bantah Grisel.Dania tersenyum miring, lalu membalas, “Siapa yang bilang saudara kandung? Aku bilang sepupu. Kamu bahkan tidak tahu Damian punya adik, kan?”Grisel gelagapan panik.Dania mendekat pada Grisel, lalu mencondongkan wajah di dekat telinga Grisel dan berbisik, “Aku tahu kamu tidur dengan kakakku untuk merebutnya dari Eve. Dan aku tahu, kamu mengaku sebagai Eve agar bisa mendapatkan Kaivan. Lalu kamu masih mengelak? Sadar diri, Kaivan tidak akan pernah mau dengan wanita berbisa sepertimu.”Grisel membeku mendengar ucapan Dania. Tidak ada yang tahu soal dirinya tidur dengan Damian selain Eve, tapi siapa sangka Dania benar-benar tahu.Dania tersenyum miring, lalu berjalan menjauh dari Grisel. Dia memandang ketiga staff yang tadi terkena marah, lalu dengan enteng berkata, “Kalau
“Apa kalian sudah dengar? Katanya Bu Grisel tidak jadi menikah dengan Pak Kaivan.”“Aku dengar, katanya Bu Grisel selama ini membohongi Pak Kaivan.”“Bohongi apa?”Beberapa staff yang sedang menunggu lift terbuka, asyik bergosip soal Grisel dan Kaivan.Berita Grisel akan menikah dengan Kaivan cukup menghebohkan perusahaan waktu itu, lalu lambat-laun berita itu meredup dan banyak yang mempertanyakan apakah Kaivan benar akan menikah dengan Grisel atau tidak karena tidak ada tanda-tanda pernikahan itu akan terjadi.Sekarang terbukti, tiba-tiba saja berembus berita jika hubungan Kaivan dan Grisel berakhir.Saat para staff itu asyik bergosip, sampai tidak sadar kalau Grisel ada di belakang mereka.“Apa kalian digaji hanya untuk bergosip, hah?!” Grisel membentak ketiga staff yang berani bergunjing.Ketiga staff itu sangat terkejut. Mereka panik saat melihat Grisel ada di sana, seketika ketiganya langsung menunduk panik.“Apa pekerjaan kalian sudah benar sampai sibuk menggosipkan atasan kali
“Saya bisa mengurus semuanya sendiri. Anda tidak seharusnya ikut campur dalam hidup saja,” ucap Eve yang terpaksa pergi bersama Kaivan agar Alana dan Bram tidak curiga.Kai ditinggal bersama Alana karena Eve ikut Kaivan untuk bertemu pekerja yang akan merenovasi tempat yang disewa Eve.Kaivan tiba-tiba menepikan mobil, membuat Eve terkejut lalu menoleh pada Kaivan.“Kenapa Anda berhenti?” tanya Eve. Dia juga mengecek pintu yang dikunci otomatis.“Sepertinya aku harus mengingatkanmu berulang kali kalau Kai anakku dan aku berhak atas dirinya. Jika kamu tidak suka aku datang ke tempatmu atau membantumu demi masa depan Kai, maka biarkan Kai bersamaku, karena aku yakin masa depannya lebih terjamin daripada denganmu.”Eve terkejut mendengar ucapan Kaivan.“Apa Anda pikir bisa melakukan segalanya karena Anda kaya? Perlu Anda catat, selama ini kehidupan kami baik-baik saja. Kai sehat dan semua kebutuhannya tercukupi, jadi Anda tidak usah bersikap seolah Anda bisa segalanya dan meremehkanku se
Keesokan harinya. Eve baru saja bangun setelah semalam begadang membuat anggaran belanja untuk merenovasi tempat yang akan disewanya, serta membuat perincian barang juga bahan untuk modal usaha.Eve sudah tidak melihat Kai di ranjang, itu artinya Kai sudah bangun dan mungkin ada di ruang tamu sedang bermain.Eve menguap, lalu turun dari ranjang dan keluar kamar masih memakai piyama dengan celana pendek.“Pagi Mami.” Kai langsung menyapa meski tak menatap sang mami.“Pagi,” balas Eve, “Bibi lagi masak, ya?” tanya Eve.“Iya, soalnya Mami bangun kesiangan,” jawab Kai.Eve berjalan ke dapur untuk membantu Alana memasak. Dia tidak enak hati karena bangun kesiangan dan membiarkan Alana yang menyiapkan sarapan sendirian.“Pagi, Kak. Maaf aku kesiangan,” ucap Eve sambil mengikat rambutnya.Alana menoleh, lalu tersenyum. Tentu saja sikap Alana yang sekarang, sangat berbeda dengan dulu ketika masih membenci Eve.“Tidak apa-apa. Aku juga masuk siang, kemungkinan pulang malam. Sore nanti jangan l
“Aku? Kamu? Apa kamu tidak punya sopan santun sampai bicara non formal pada atasanmu?” Kaivan bicara sambil menatap dingin pada Grisel.Hendry langsung melipat bibir, menahan tawa karena Kaivan benar-benar mengabaikan dan bersikap dingin pada Grisel.Grisel sangat terkejut, tapi dia berusaha untuk tenang.“Maaf, apa saya bisa bicara dengan Anda?” tanya Grisel mengubah cara bicaranya.Grisel mengumpat dalam hati. Dia sudah terbiasa bicara non formal, tapi begitu Kaivan mengakhiri hubungan mereka, pria itu langsung menegurnya.“Jika mau ada yang dikatakan, katakan di sini!” Kaivan bicara tegas. Dia tidak mau jika sampai ada kesalahpahaman kalau bicara berdua dengan Grisel.Grisel terkejut. Dia kesal karena Kaivan semakin susah diajak bicara.“Saya ingin membahas hubungan kita, apa baik jika dibicarakan di depan orang lain?” tanya Grisel sambil melirik pada Hendry.Kaivan tahu ke mana arah lirikan Grisel, dia membalas, “Kenapa tidak? Hendry orang kepercayaanku, apa pun yang menjadi masal
Eve menghela napas kasar. Dia menatap Kaivan yang sedang mengeluarkan barang dari bagasi, terlihat Kai yang begitu antusias menunggu Kaivan.“Kalau Kai menginginkan yang lain lagi, katakan padaku. Oke.” Kaivan memberikan kantong berisi mainan dan pakaian yang dibelinya untuk Kai.“Oke.” Kai terlihat sangat senang.Eve masih diam melihat putranya kesusahan membawa barang-barang itu.“Mami, ini berat,” kata Kai susah payah membawa kantong yang diberikan Kaivan.Eve dengan terpaksa menerima. Dia lalu memandang Kaivan yang mendekat sambil membawa kantong lain.“Ini suplemen untuk kakakmu. Ibuku juga meminum ini untuk menjaga kondisi tubuhnya,” ujar Kaivan sambil mengulurkan kantong yang dibawanya ke Eve.Eve menerima, lalu membalas, “Sebaiknya Anda tidak perlu membelikan apa pun lagi untuk kami.”Kaivan tersenyum tipis, lalu membalas, “Aku ayahnya, aku berhak melakukannya.”Kaivan bicara dengan lirih agar Kai tidak mendengar. Dia yakin Eve belum mau jujur pada Kai, kalau Kaivan adalah aya
Kaivan menemani Eve menemui pemilik tempat yang akan disewa. Dia duduk diam sambil mendengarkan perbincangan Eve dan pria itu.“Jika sewa sekaligus beberapa tahun, apa bisa dapat potongan?” tanya Eve setelah mendengar harga sewanya.Eve berpikir. Jika hanya sewa satu atau dua tahun, maka dia akan rugi renovasi dan lain-lainnya, sedangkan jika ingin mengambil jangka lama, Eve takut dananya tidak cukup untuk yang lainnya dan akan habis untuk sewa tempat saja.Pemilik toko melirik Kaivan, melihat pria itu menyesap kopi sambil mengedipkan mata.Eve menyadari ke mana arah tatapan pria itu. Dia menoleh Kaivan dan melihat mantan atasannya itu sedang minum.“Jika memang kamu mau ambil lima atau di atas lima tahun, akan aku beri potongan harga,” kata pemilik toko itu.Eve senang lalu sepakat mengambil tempat itu. Setelah deal dan akan disiapkan surat kontraknya, pemilik toko itu pamit undur diri.Kaivan masih santai minum kopinya saat Eve menatap curiga padanya.“Kenapa saya merasa kalau pria
“Kamu ingin mencari tempat yang seperti apa?” tanya Kaivan sambil mengemudikan mobil.Eve tidak menjawab, dia mengamati jalanan yang ada dilewati. Dia terlalu malas dan tidak punya energi untuk bicara dengan pria di sampingnya saat ini.Kai mengamati sang mami yang tidak mau menjawab pertanyaan Kaivan. Dia sampai menatap bergantian dua orang dewasa yang duduk di depannya itu.“Mami, Paman Kaivan tanya, Mami haruc jawab. Mami bilang, kalau ada yang tanya haruc copan jawab,” celoteh Kai mengingat nasihat sang mami.Eve terkejut sampai menoleh Kai. Dia melihat Kai menatap heran padanya. Eve melirik pada Kaivan yang sedang menyetir, akhirnya mau tidak mau dia harus merespon perkataan Kaivan.“Yang jelas lingkungannya ramai, jika perlu yang memiliki halaman parkir luas agar pelanggan nyaman saat makan di kafe karena ada tempat parkir yang tidak mengganggu pengguna jalan,” ujar Eve menjelaskan.Kaivan mengangguk-angguk.Eve tidak paham arti anggukan kepala itu. Dia memilih diam mengamati ja
Eve sangat terkejut melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya. Kenapa pria ini harus mendatanginya lagi.“Kalian mau ke mana?” tanya Kaivan.Kaivan sengaja datang pagi-pagi untuk bisa menemui Eve. Dia akan memanfaatkan setiap waktu yang ada agar bisa mendekati Eve.“Bukan urusanmu,” balas Eve lirih karena tidak ingin Kai mendengarnya bicara ketus.Kaivan lalu melirik Kai. Jika Eve tak mau menjawab, Kai pasti akan jujur.“Kai mau ke mana?” tanya Kaivan.Eve melotot mendengar Kaivan bertanya pada Kai.“Mami bilang mau jalan-jalan cambil nyari tempat buat buka kafe ceperti milik Paman Brian,” jawab Kai dengan nada suaranya yang khas dan lucu.Eve menghela napas panjang. Dia memalingkan muka ketika Kaivan memandangnya.Kaivan tersenyum. Benar kata Hendry, dia harus menggunakan Kai untuk meluluhkan Eve.“Bagaimana kalau paman antar, pakai mobil?” tanya Kaivan pada Kai sambil mengulurkan tangan pada Kai.Kai sudah bersemangat ingin meraih tangan Kaivan, tapi dia menoleh sang mami unt