Home / Romansa / Jatuh Hati pada CEO Kejam / BAB 5 - Bertemu Teman dari Desa

Share

BAB 5 - Bertemu Teman dari Desa

Author: Nami Kim
last update Last Updated: 2025-01-01 16:58:56

Di depan gudang yang tampak sudah usang terdapat Melviano, Dave serta pria lainnya yang tengah menunggu ‘urusan’ di dalam terselesaikan. Suara gaduh yang tadi terdengar sangat kencang dan sangat berisik kini terdengar lebih tenang.

“Sudah kau pastikan semuanya sempurna Kinn?” Tanya Dave pada pria yang baru saja keluar dari Gudang.

Pria itu mendengus lalu menepuk-nepuk agak keras jaketnya yang tampak di selimuti debu. “Kau meremehkanku?” Tanyanya menepuk punggung belakang Dave pelan.

Namun tampaknya Dave tak sengaja menyerngit sebentar merasakan sakit yang luar biasa menjalari tubuhnya.

“Hanya memastikan saja.” Jawabnya berusaha mengendalikan ekspresinya lagi.

Di sisi lain Melviano tanpa sepatah kata pun berjalan meninggalkan semua orang yang ada disana. “Oi Melv, tunggu aku!” Seru Kinn dan berlari mensejajarkan langkahnya dengan Melviano.

Dave sengaja tidak mengejarnya, karena ia percaya Kinn bisa menjaga Melviano sebaik dirinya. Toh mereka bertiga sudah bersama setiap hari sedari mereka kecil.

“Kau mau kemana?”

Melviano hanya melirik sekejap Kinn yang kini berada tepat di sisi nya. “Pergilah!”

“Ohh tidak mungkin. Aku sebagai sahabatmu tidak akan membiarkanmu berkeliaran sendirian lagi seperti kemarin Tuan Keras Kepala.”

“Ck. Terserah!” Jawab Melviano

Keduanya berjalan menuju mobil hitam yang terparkir di jalan sempit dan minim pencahayaan. Setelah masuk mereka langsung melaju dengan kecepatan sedang keluar di jalanan sempit itu. “Kau dapat alamat Bajingan itu?”

Dengan bangga Kinn menjawab pertanyaan Melviano. “Tentu saja. Aku mendapatkan semua informasi pribadi-“

“Kita kesana!” Kata Melviano memotong perkataan Kinn.

“Wahh kau serius ingin menyakiti keluarganya?”

“Jangan banyak bicara, bawa aku kesana sekarang!”

Kinn hanya menghela nafas dan mau tak mau menuruti keinginan Melviano yang memiliki posisi yang lebih tinggi meskipun mereka bersahabat. Di keluarga Melviano lah ia bisa memiliki pekerjaan dengan gaji yang tinggi meskipun ancamannya adalah nyawa. Selain itu keluarganya juga dapat rasa aman karena mereka mendapatkan perlindungan di Mansion keluarga Chevalier.

.

Matahari sudah mulai tenggelam, namun Ivy belum juga bisa menemukan pekerjaan yang mau menerimanya. Kini ia terduduk di halte bus yang kosong. Di Tangannya memegang sebotol air mineral di minimarket tadi. Tubuhnya sangat lelah dengan peluh memenuhi wajah. Sudah hampir seharian Ivy berada di kota, suasananya cukup ramai namun

“Ivy?” Mendengar namanya dipanggil Ivy mencari asal suara itu. Saat ia menoleh ke samping terdapat wanita cantik yang cukup ia kenali. “Kak Lucy?” tanya Ivy.

“Iya ini aku, udah lama banget gak ketemu..” kata wanita yang dipanggil Lucy itu langsung memeluk tubuh Ivy tanpa persetujuan. Ivy pun tampak tak masalah dan membalas pelukan tersebut.

Saat pelukan itu mulai terlepas, Ivy kembali berkata. “Kak Lucy apa kabar? udah lama banget gak pulang ke desa.”

“Aku baik Vy, hehe.. aku udah nyaman tinggal di kota. Gak perlu ngerasa kekurangan uang lagi. Kamu ngapain disini? Keadaan nenek gimana?”

“Nenek baik Kak. Aku lagi cari kerjaan yang gajinya lebih besar atau yang paruh waktu gitu Kak untuk tambah-tambah penghasilan.” jelas Ivy.

"ohh~ kalau paruh waktu kami bisa di jam berapa?"

Ivy tampak berpikir sejenak, "kira-kira jam 11 malam- 9 pagi kak."

"Cocok banget, tapi kamu ada pengalaman jadi pramusaji atau pelayan gitu ga Vy?"

"Gak ada sih kak, tapi aku bisa belajar kok kak. Kakak ada lowongan? tapi aku gak lulus Sekolah Menengah atas kak, jadi aku cuma punya ijazah pendidikan rendah."

"Boleh kok, kebetulan tempat kerjaku ada lowongan dan gak terlalu mentingin pendidikan. Emang kamu pikir aku juga lulus sekolah menengah atas? aku juga sama kaya kamu dulu. Dan di tempatku buka hanya di jam 12 malam sampai 4 pagi aja dan-"

Lucy tampak sedang mengingat-ngingat sesuatu. "kalau malam ini kamu mulai bekerja bisa?"

Rasa senang sekaligus lega membuat Ivy tersenyum dan menggenggam tangan Lucy dengan erat. "Wahh boleh kak, aku mau. Makasih banyak kak, kalo gak ketemu kamu mungkin aku masih luntang-lantung disini dan pulang tanpa hasil."

"ahaha iyaa sama-sama, sekarang kamu aku kenalin dulu ya ke Boss.. setelah itu kamu istirahat aja di tempat tinggalku sambil nunggu jam 11 Malam."

Ivy mengangguk lalu mengikuti Lucy yang mengajaknya menuju tempat kerja barunya. Keduanya menaiki bus dari halte yang kebetulan mereka duduki tadi. Mengarah ke suatu daerah yang tampak lebih sepi dibandingkan daerah tadi. Setelah turun dari bus keduanya harus berjalan lagi menyusuri gang sempit yang hanya bisa dilalui pejalan kaki saja.

Dalam hati Ivy sedikit khawatir mengenai tempat apa yang akan ia datangi sebagai tempatnya bekerja paruh waktu. ‘Ya Tuhan, perasaanku tidak enak,’ batin Ivy.

“Kita sudah sampai, Ayo masuk!” ujar Lucy ketika keduanya telah tiba di ujung jalan. Disana terdapat sebuah gedung yang terlihat cantik namun nuansanya serba hitam dan abu-abu.

Saat mereka memasuki gedung tersebut, tercium aroma seperti rokok dan juga minuman beralkohol yang sangat menyengat. Ivy yang tak terbiasa dengan aroma seperti itu, tanpa sadar menutupi hidung dan mulutnya.

“Ada apa Vy?” Tanya Lucy ketika menyadari Ivy tampak tak nyaman dengan aroma di ruangan ini.

Ivy yang merasa hal yang dilakukannya itu tidaklah sopan, ia langsung menurunkan kembali tangannya dan berkata. “Oh gapapa kok, tadi pengen bersin tapi gak jadi hehe.”

Lucy hanya balas mengangguk. “Madam!” panggil Lucy pada seorang wanita dewasa dengan tubuh berbalut pakaian seksi tengah duduk di meja bar.

“Oh Dhea, ada apa jam segini udah datang?” ujar wanita itu

“Hehe iya Madam, kenalin ini Ivy Renata,” kata Lucy menunjukkan keberadaan Ivy di belakang tubuhnya.

"Haloo em-" Ivy terhenti, ia ragu ingin memanggil wanita di depannya dengan sebutan apa, "panggil Madam aja!" sahut wanita itu memahami dengan keterdiaman Ivy.

"Ah iya, h-halo Madam. Saya Ivy Renata, temannya kak Lucy dari desa."

Madam mengangguk, "kamu yakin ingin bekerja disini?" tanyanya. Mata Wanita itu menelusuri penampilan Ivy dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Ivy sedikit ragu. Melihat suasana tempat yang akan menjadi sumber penghasilan tambahannya ini cukup menakutkan. Namun ia juga butuh uang. “Iyaa, aku ingin bekerja disini.”

“Baiklah, malam ini kau mulai bekerja ya-” Madam terdiam sebentar lalu menjentikkan jarinya cukup kencang. “-Rika kemari!” lanjutnya.

Seorang gadis yang tengah beberes di seberang mereka tadi mulai berjalan mendekat. “Ya madam, ada apa?”

“Ini Ivy, dia akan mengisi posisi pramusaji disini. Tolong ajarkan dia apa saja yang harus dilakukan nanti malam.”

“Baik Madam,” sahutnya. Sekilas ia tampak memperhatikan Ivy dari atas sampai bawah. “Mari ikuti saya!”

Ivy mengikuti perempuan yang dipanggil Rika itu. Pandangannya melihat sebentar Lucy yang menunjukkan gestur ‘sana ikuti dia’.

.

Singkat waktu Rika sudah selesai menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan Ivy nanti malam. “Kau sudah paham kan, Ivy?”

“I-iya saya sudah paham, terima kasih banyak kak Rika.” sahut Ivy.

“Gak perlu terlalu formal. Aku pergi dulu ya.” ujar Rika lalu pergi meninggalkan Ivy yang masih berada di dalam meja bar.

“Gimana? Sudah selesai?”

Dari belakang Ivy terdengar suara Lucy yang bertanya. Tubuh Ivy berbalik, dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Lucy tadi.

“Yaudah ayo, kita istirahat ditempatku.”

Mendengar ajakan itu Ivy terdiam, “ada apa? Kok diem?” tanya Lucy memastikan.

“Eum gini, aku kesini gak bawa apa-apa. Hanya pakaian yang melekat di tubuhku. Ja-”

Lucy tertawa ringan, Ivy pun menghentikan kata-katanya karena tawa dari lawan bicaranya itu. “kamu ini khawatir banget sih! Ayo ke tempatku dulu!”

“Oh, Oke.”

Keduanya pun pergi meninggalkan tempat itu dan kembali menyusuri jalan sempit dengan penerangan yang minim. Tak butuh waktu lama, tampaknya mereka sudah sampai. “ini adalah tempat yang ku sewa untuk tinggal. Memang kecil, tapi di dalamnya rapih kok.”

Ivy tersenyum, "Kak Lucy hebat banget, bisa bertahan di kota dan memiliki tempat tinggal sendiri," katanya membanggakan gadis yang telah menolongnya itu.

...

Nami Kim

Mohon maaf banget Novel ini baru sempat ku lanjutkan, sebab tahun kemarin aku sakit dan harus menyelesaikan karya ilmiah ku dulu 🥺 Apabila ada yang aneh dengan alurnya, boleh banget tegur aku yaa.. karena aku lupa-lupa ingat sama alurnya hahaha Draftnya juga hilang bersama emailku yang ke-hack :'(

| 1

Related chapters

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 1

    Prang. Suara pecahan kaca terdengar jelas memenuhi ruangan. Pelaku yang tak sengaja menjatuhkan gelas tersebut tampak panik menatap serpihan kaca yang berserakan di lantai.“IVY SUARA APA ITU?” Pertanyaan datang dari ruangan lain membuatnya ketakutan. Gadis yang dipanggil Ivy itu segera menaruh barang bawaan yang tadi ingin ia rapikan. Dengan tangan kosong ia mengumpulkan semua serpihan itu. "Ya ampun Ivy! itu gelas kesayangan saya, kenapa bisa jatuh?!" Ivy bangkit dari lantai ketika Boss nya berada di hadapannya. "Maaf Bu, maaf.. Ivy gak sengaja senggol gelasnya tadi. Maafkan kelalaian saya Bu," kata Ivy sesekali membungkukkan tubuhnya. "Maaf, maaf! Kamu ini masih mending ya saya terima kerja disini! Jangan seenaknya kamu!" seru Bu Lia lagi. Mendengar Bu Lia berkata seperti itu, Ivy semakin merasa tidak enak. "Maaf Bu, saya akan ganti gelas nya dengan gaji saya nanti." "Ah sudahlah! Kamu pulang saja!" "Bu, saya mohon Bu jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini," kata Ivy be

    Last Updated : 2023-10-21
  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 2

    Mendengar ketukan itu, Ivy segera mendekati pintu dengan langkah cepat. Berusaha untuk tidak gegabah, Ivy perlahan membuka tirai yang menutupi jendelanya sedikit. Di pandangannya, samar-samar ia melihat beberapa pria berpakaian hitam. ‘apakah mereka orang-orang yang membuat Melviano terluka?’ batin Ivy. Jantung Ivy berdegup kencang, ia ragu ingin membukanya atau tidak. Namun suara ketukan itu makin cepat. Ia takut para tetangga terganggu dengan kedatangan orang-orang ini. “M-maaf ada yang bisa saya bantu?” tanya Ivy sedikit gemetar. Pikirannya sedikit kalut karena ia harus mencari cara agar orang-orang itu tidak mengetahui keberadaan Melviano di rumahnya. Salah satu dari mereka mulai berbicara dengan nada tegas. “kami ingin menjemput pria yang kau bawa kesini.” Kembali mengingat kejadian sebelumnya, Ivy sangat yakin tidak ada yang melihatnya membawa Melviano. Kondisi jalan desa yang sepi ditambah gelap dan hujan deras. “Pria? pria mana ya? Saya tidak membawa siapapun tadi, mun

    Last Updated : 2023-10-22
  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 3

    Setelah menghadapi kejadian menegangkan semalam, Ivy tetap kembali menjalani kehidupannya seperti hari-hari lalu. Meskipun kini ia harus lebih waspada seperti yang disarankan oleh Dave semalam. Setiap paginya ia akan datang mengunjungi sang nenek yang tengah dalam perawatan rumah sakit karena komplikasi yang dideritanya. Tepat hari ini adalah waktu yang disepakati Ivy dan pihak administrasi untuk melunasi biaya rumah sakit. "Permisi, saya ingin membayar biaya administrasi nenek saya. Atas nama Dwiyati.""Baik Nona, mohon ditunggu sebentar ya. Kami akan melakukan pengecekkan terlebih dahulu.""Baik." Ivy segera duduk di bangku terdekat. Di tangannya kini sudah ada sebuah amplop berisikan uang yang sebagian besarnya tampak lusuh. Ia berusaha merapikannya agar tidak terlalu buruk ketika dipakai untuk membayar nanti. Tak menunggu lama, nama neneknya pun dipanggil. Petugas segera memberikan lembar kertas berisikan rincian rawat inap serta obat sang nenek. Ivy memperhatikan rincian di da

    Last Updated : 2023-10-22
  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 4

    Di luar sangat menyeramkan, tapi aku sangat penasaran dengan pria tadi. Mengapa ia bisa mengetahui namaku? Padahal aku yakin kalau aku tidak mengenal siapa dia dan di baju yang kupakai pun tidak ada name tag ataupun tanda pengenal apapun. Ku harap dia bukan lah orang jahat. '- Setelah ini jangan pernah buka pintu untuk siapapun, jika kau tak kenal suaranya.' Mengingat peringatan dari pria asing yang ku obati kemarin, aku menjadi sedikit takut. Sebab dilihat dari penampilan serta luka yang di dapat Melviano bukan hanya aksi kekerasan atau pemukulan biasa. "Ivy! Apa yang kau lakukan disana?!" Dari pintu toko yang kini berjarak beberapa meter dengan posisiku saat ini, Bu Lia memanggil dengan suara tinggi. Teringat jika saat ini aku masih di jam kerja, bodoh sekali bagaimana bisa aku meninggalkan toko begitu saja. Aku langsung bergegas menghampirinya. "Maaf Bu karena tiba-tiba meninggalkan toko. Saya tidak akan mengulanginya lagi." "Iya iya. Masuk! Jangan sampai aku melihatmu tiba-tib

    Last Updated : 2023-10-22

Latest chapter

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 5 - Bertemu Teman dari Desa

    Di depan gudang yang tampak sudah usang terdapat Melviano, Dave serta pria lainnya yang tengah menunggu ‘urusan’ di dalam terselesaikan. Suara gaduh yang tadi terdengar sangat kencang dan sangat berisik kini terdengar lebih tenang. “Sudah kau pastikan semuanya sempurna Kinn?” Tanya Dave pada pria yang baru saja keluar dari Gudang. Pria itu mendengus lalu menepuk-nepuk agak keras jaketnya yang tampak di selimuti debu. “Kau meremehkanku?” Tanyanya menepuk punggung belakang Dave pelan. Namun tampaknya Dave tak sengaja menyerngit sebentar merasakan sakit yang luar biasa menjalari tubuhnya. “Hanya memastikan saja.” Jawabnya berusaha mengendalikan ekspresinya lagi. Di sisi lain Melviano tanpa sepatah kata pun berjalan meninggalkan semua orang yang ada disana. “Oi Melv, tunggu aku!” Seru Kinn dan berlari mensejajarkan langkahnya dengan Melviano. Dave sengaja tidak mengejarnya, karena ia percaya Kinn bisa menjaga Melviano sebaik dirinya. Toh mereka bertiga sudah bersama setiap hari s

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 4

    Di luar sangat menyeramkan, tapi aku sangat penasaran dengan pria tadi. Mengapa ia bisa mengetahui namaku? Padahal aku yakin kalau aku tidak mengenal siapa dia dan di baju yang kupakai pun tidak ada name tag ataupun tanda pengenal apapun. Ku harap dia bukan lah orang jahat. '- Setelah ini jangan pernah buka pintu untuk siapapun, jika kau tak kenal suaranya.' Mengingat peringatan dari pria asing yang ku obati kemarin, aku menjadi sedikit takut. Sebab dilihat dari penampilan serta luka yang di dapat Melviano bukan hanya aksi kekerasan atau pemukulan biasa. "Ivy! Apa yang kau lakukan disana?!" Dari pintu toko yang kini berjarak beberapa meter dengan posisiku saat ini, Bu Lia memanggil dengan suara tinggi. Teringat jika saat ini aku masih di jam kerja, bodoh sekali bagaimana bisa aku meninggalkan toko begitu saja. Aku langsung bergegas menghampirinya. "Maaf Bu karena tiba-tiba meninggalkan toko. Saya tidak akan mengulanginya lagi." "Iya iya. Masuk! Jangan sampai aku melihatmu tiba-tib

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 3

    Setelah menghadapi kejadian menegangkan semalam, Ivy tetap kembali menjalani kehidupannya seperti hari-hari lalu. Meskipun kini ia harus lebih waspada seperti yang disarankan oleh Dave semalam. Setiap paginya ia akan datang mengunjungi sang nenek yang tengah dalam perawatan rumah sakit karena komplikasi yang dideritanya. Tepat hari ini adalah waktu yang disepakati Ivy dan pihak administrasi untuk melunasi biaya rumah sakit. "Permisi, saya ingin membayar biaya administrasi nenek saya. Atas nama Dwiyati.""Baik Nona, mohon ditunggu sebentar ya. Kami akan melakukan pengecekkan terlebih dahulu.""Baik." Ivy segera duduk di bangku terdekat. Di tangannya kini sudah ada sebuah amplop berisikan uang yang sebagian besarnya tampak lusuh. Ia berusaha merapikannya agar tidak terlalu buruk ketika dipakai untuk membayar nanti. Tak menunggu lama, nama neneknya pun dipanggil. Petugas segera memberikan lembar kertas berisikan rincian rawat inap serta obat sang nenek. Ivy memperhatikan rincian di da

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 2

    Mendengar ketukan itu, Ivy segera mendekati pintu dengan langkah cepat. Berusaha untuk tidak gegabah, Ivy perlahan membuka tirai yang menutupi jendelanya sedikit. Di pandangannya, samar-samar ia melihat beberapa pria berpakaian hitam. ‘apakah mereka orang-orang yang membuat Melviano terluka?’ batin Ivy. Jantung Ivy berdegup kencang, ia ragu ingin membukanya atau tidak. Namun suara ketukan itu makin cepat. Ia takut para tetangga terganggu dengan kedatangan orang-orang ini. “M-maaf ada yang bisa saya bantu?” tanya Ivy sedikit gemetar. Pikirannya sedikit kalut karena ia harus mencari cara agar orang-orang itu tidak mengetahui keberadaan Melviano di rumahnya. Salah satu dari mereka mulai berbicara dengan nada tegas. “kami ingin menjemput pria yang kau bawa kesini.” Kembali mengingat kejadian sebelumnya, Ivy sangat yakin tidak ada yang melihatnya membawa Melviano. Kondisi jalan desa yang sepi ditambah gelap dan hujan deras. “Pria? pria mana ya? Saya tidak membawa siapapun tadi, mun

  • Jatuh Hati pada CEO Kejam   BAB 1

    Prang. Suara pecahan kaca terdengar jelas memenuhi ruangan. Pelaku yang tak sengaja menjatuhkan gelas tersebut tampak panik menatap serpihan kaca yang berserakan di lantai.“IVY SUARA APA ITU?” Pertanyaan datang dari ruangan lain membuatnya ketakutan. Gadis yang dipanggil Ivy itu segera menaruh barang bawaan yang tadi ingin ia rapikan. Dengan tangan kosong ia mengumpulkan semua serpihan itu. "Ya ampun Ivy! itu gelas kesayangan saya, kenapa bisa jatuh?!" Ivy bangkit dari lantai ketika Boss nya berada di hadapannya. "Maaf Bu, maaf.. Ivy gak sengaja senggol gelasnya tadi. Maafkan kelalaian saya Bu," kata Ivy sesekali membungkukkan tubuhnya. "Maaf, maaf! Kamu ini masih mending ya saya terima kerja disini! Jangan seenaknya kamu!" seru Bu Lia lagi. Mendengar Bu Lia berkata seperti itu, Ivy semakin merasa tidak enak. "Maaf Bu, saya akan ganti gelas nya dengan gaji saya nanti." "Ah sudahlah! Kamu pulang saja!" "Bu, saya mohon Bu jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini," kata Ivy be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status