Hari ini Darren sangatlah santai. Dia melihat akun Instagram-nya, lalu menyadari Thalia mengunggah postingan pada jam 12 malam dengan akun rahasianya. Thalia mengunggah foto dirinya menghadiri suatu acara pesta.Latar di belakang foto selfie-nya adalah aula dari sebuah hotel mewah. Kemudian, tampak seorang lelaki berbadan tegap berdiri di belakang Thalia. Lelaki itu terlihat sangat familier.Darren memperbesar foto, lalu melihat bayangan punggung si lelaki dengan saksama. Semakin dilihat-lihat, lelaki itu semakin mirip dengan Reza.Namun saat Sonia datang ke lokasi syuting pada dua hari lalu, cuaca sangatlah buruk. Thalia bertanya apakah Pak Reza akan datang menjemputnya atau tidak. Sonia malah menjawab Reza sedang dinas. Dia akan kembali sekitar satu minggu kemudian.Jika Reza sedang dinas, kenapa dia bisa muncul di dalam foto Thalia?Setelah dipikir-pikir, Darren berencana untuk bertanya pada Thalia.Saat Thalia sedang istirahat, Darren memanggilnya, lalu memperlihatkan foto kepadany
Jika terjadi salah paham di antara sepasang kekasih, pasti akan ada sedikit keretakan di hubungan mereka. Seiring berjalannya waktu, bisa jadi kedua sejoli akan berpisah!Setelah Sonia putus dengan Reza nanti, Thalia akan mengejar Reza. Dengan begitu, Thalia tidak tergolong merebut lelakinya Sonia. Dia juga tidak melakukan hal yang bersalah pada Sonia!Thalia menyimpan ponselnya. Dia pun pergi bekerja dengan gembira.…Sore harinya, saat Reza tidak berada di rumah, Welly kembali mengunjungi Kediaman Herdian.Setelah memasuki pintu gerbang, tampak Max sedang bermain di atas rerumputan. Dia langsung berjalan ke sisinya, bagai sedang masuk ke rumahnya sendiri saja.Max menggonggong kuat, alhasil menarik perhatian para pelayan.Kali ini, orang yang keluar bukanlah pelayan waktu itu. Dia tidak kenal dengan Welly. Jadi, dia pun bertanya siapa si Welly?“Aku adalah adik dari istri bos kalian!” jawab Welly dengan blak-blakan. Tiba-tiba, dia mengangkat jarinya menunjuk pelayan berambut pendek l
Wajah Tasya menjadi merona. Belum sempat Yandi menjawab, dia duluan melambaikan tangannya. “Bukan, kami hanya teman biasa!”“Jadi, yang tadi itu baru pacarmu?” Rasa ingin tahu si dokter cukup tinggi. “Cantik juga. Kamu sungguh beruntung!”Yandi tersenyum datar. “Terima kasih!”Tasya sungguh kecewa ketika mendengar balasan Yandi. Dia menunduk dan tidak berkata apa-apa.Setelah dokter berjalan keluar, Tasya baru berkata dengan tersenyum, “Sebelumnya kamu bilang kamu nggak tertarik sama wanita. Ternyata kamu sukanya sama Sonia. Pantas saja kamu baik banget sama dia!”Yandi menurunkan pakaiannya. Awalnya dia ingin mengatakan dirinya malas menjelaskan panjang lebar kepada dokter. Tiba-tiba Yandi berubah pikiran. “Kita sudah berhubungan lama, wajar kalau ada perasaan. Apa ada yang aneh?”“Nggak aneh! Lagi pula, Sonia memang cantik!” Tasya duduk di seberangnya sambil menggoyangkan kedua kakinya. Hatinya merasa agak gugup. Dia melihat si lelaki, lalu memastikan sekali lagi. “Apa benar kamu suk
Reza menatap ke depan. Wajahnya terlihat sangat marah saat ini. Dia berkata, “Sonia, mari kita bicara!”Kali ini Reza memanggilnya “Sonia”.Sonia merasa kaget dan memiliki firasat buruk. Dia pun mengangguk dengan perlahan. “Oke!”Mereka berdua kembali ke Imperial Garden. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara sama sekali.Setibanya di rumah, Sonia akhirnya mengerti. Dia bertanya pada Reza, “Kamu nggak dinas, ‘kan?”Reza menatap Sonia dengan datar. “Sonia, aku beri kamu satu kesempatan. Beri tahu aku, sebenarnya ada berapa banyak hal yang kamu rahasiakan dari aku!”“Kesempatan?” Sonia menatap si lelaki dengan merengut. “Apa maksudmu? Mengenai masalah Yandi? Aku sudah jelaskan sebelumnya. Hubungan aku sama dia cuma teman saja, nggak lebih dari itu.”“Oke!” Nada bicara Reza sangat dingin. “Kalau begitu, coba beri tahu aku bagaimana kalian bisa saling kenal? Sudah kenal berapa lama?”Reza yang seperti ini sangatlah asing bagi Sonia. Dia menggeleng. “Apa kamu sedang interogasi aku?”
Satu kata “bosan” membuat Sonia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia melihat si lelaki dengan tatapan tidak percaya. Dia berdiri dengan perlahan, lalu berjalan mundur dengan kedua mata merah. Dia terlihat sangat sakit hati.Sebenarnya Sonia sudah menyadari masalah ini, ‘kan? Sejak Reza tidak tidur sambil memeluknya, ditambah lagi Reza tidak pulang setelah acara pesta, semua itu sudah terasa aneh bagi Sonia.Hanya saja, Sonia tidak menyangka badai akan datang secepat ini! Tak disangka, hati seseorang akan berubah dengan secepat ini!Ternyata Reza tidak dinas. Dia hanya tidak ingin bersama dengan Sonia lagi. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana mengajukan putus. Itulah sebabnya dia bersembunyi!Reza melihat tatapan sedih si wanita. Hatinya hampir saja luluh. Pada saat yang sama, dia berpikir lagi, apa Sonia benar-benar sedih atau sedang berakting?Jadi, mereka sudah tidak bisa bersama lagi. Sebab, mereka saling mencurigai satu sama lain. Sudah saatnya hubungan ini berakhir. Jika hubungan in
Bahkan kosmetik di atas meja rias dan pakaian di dalam lemari, semuanya adalah pembelian Reza.Saat Sonia meninggalkan rumah ini, dia membalikkan kepalanya melihat tempat yang ditinggalinya selama satu tahun ini. Dia kepikiran dengan hubungan mesranya dengan Reza selama ini. Dia sungguh merasa semuanya bagai mimpi saja. Sonia tidak mengendarai mobil yang diberikan Reza kepadanya. Dia seorang diri berjalan ke Jembara University. Sonia berdiri di depan halte bus melihat mobil yang lalu lalang di hadapannya. Seketika Sonia tidak tahu dirinya harus ke mana.Ponsel di dalam saku celana berbunyi. Sonia mengambilnya, lalu mengangkat, “Yandi!”“Tadi sewaktu di rumah sakit, aku bilang aku suka kamu cuma demi hadapi Tasya saja. Aku juga tidak menyangka akan kedengaran oleh Reza. Kalian baik-baik saja, ‘kan?”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia menatap lampu rambu lintas di ujung sana, lalu berkata dengan datar, “Kami sudah putus!”Yandi terdiam sejenak, seakan-akan tidak menyangka mereka akan
Jason menyalakan lampu, lalu bergegas menghampirinya. Tampak 3-4 botol wiski kosong di atas meja!Kening Jason berkerut. Dia mengulurkan tangan merampas botol wiski dari tangan Reza. Kemudian, dia bertanya dengan serius, “Ada apa?”Reza sudah setengah mabuk. Hanya saja, masih tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya. Botol wiskinya telah direbut, dia pun mengambil botol wiski yang lain.Jason duduk di hadapan Reza. “Apa yang sedang kamu lakukan? Terakhir kali kamu minum seperti ini karena lagi berantem sama Sonia. Kali ini gara-gara apa? Di mana Sonia?”Reza menundukkan kepalanya sambil menuangkan alkohol ke gelas. “Jangan banyak omong! Kalau kamu ingin menemaniku, minum bersamaku! Kalau tidak mau, pergi sana!”Jason terus mengamati ekspresi Reza. “Apa semua ini berhubungan dengan Sonia? Kalian bertengkar?” Tiba-tiba Jason mendengus dingin. “Kalau bertengkar, kamu bujuk dia saja. Mabuk-mabukan tidak akan menyelesaikan masalah. Sonia juga bukan orang yang susah untuk diajak bicara. K
Gina membalikkan kepalanya dengan tersenyum. “Aku antar dia saja. Bibi Lysa sedang ke luar kota untuk menghadiri acara resepsi pernikahan. Dia tidak ada di rumah selama dua hari ini. Biar aku jagain Reza. Aku juga nggak tenang Reza dijaga oleh pelayan!”Jason masih ingin menghalanginya, tetapi Johan tiba-tiba mengadang di tengah-tengah mereka. Dia berkata pada Jason dengan tersenyum, “Kak, Kak Gina pasti lebih jago menjaga Kak Reza daripada kamu. Kamu nggak usah urus lagi!”Gina sudah menutup pintu mobil. Dia memerintah sopir untuk menjalankan mobil.Jason menatap mobil yang berjalan semakin jauh dengan mengernyitkan dahinya.Di dalam mobil, Gina menatap lelaki yang sedang duduk dengan memejamkan matanya. Akhirnya … setelah melakukan semua ini, akhirnya Reza menjadi miliknya kembali!Kali ini, Gina tidak akan mengizinkan siapa pun untuk merampasnya!Gina menjulurkan tangan memegang pundak Reza dengan ringan. Tatapannya sangatlah lembut. “Reza, kamu bersandar di pundakku saja. Akan lebi
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan