Gina tidak bisa menahan hasratnya lagi. Jari tangannya meraba ke bagian bawah. Dia memejamkan matanya, menunduk untuk mencium bibir si lelaki.“Tok tok tok!”Di malam yang hening ini, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu yang sangat keras. Gina terkejut langsung melihat ke sisi pintu. “Siapa?”“Bibi Gina, ya? Ini aku!”Gina mengerutkan keningnya. Tandy!Gina menarik napas dalam-dalam, merapikan pakaiannya, lalu menyelimuti Reza. Kemudian, dia baru pergi membuka pintu.Tandy berdiri di depan pintu dengan memegang secangkir teh. Dia menjerit dengan hormat, “Bibi Gina!”Gina tersenyum lembut. “Tandy, sudah semalam ini, masih belum tidur?”“Tadi Paman Fadin bilang Paman Reza pulang dalam keadaan mabuk. Aku suruh pelayan seduhin teh buat Paman!” jelas Tandy.Senyuman Gina semakin ramah lagi. “Tandy memang sangat pengertian. Pantas saja Paman Reza sangat menyayangimu!”“Bu Sonia yang suruh aku jagain Paman Reza,” ucap Tandy sambil menatap Gina.Senyuman di wajah Gina langsung menjadi kaku.
“Kenapa bisa putus?”Tatapan si lelaki menjadi dingin. Dia berkata, “Putus dengan damai. Tidak ada yang benar maupun yang salah.”Jason mencoba untuk mencari tahu, “Kamu tidak menyukainya lagi?”Reza terdiam sejenak, baru mengiakan.Jason pun tertawa. “Sebelumnya kamu sangat menyukainya, bahkan rela mengorbankan nyawamu. Sekarang kamu malah mengatakan kamu tidak menyukainya lagi?”Reza tidak menghiraukan sindiran Jason. Dia berkata dengan dingin, “Apa kamu berhak untuk mengataiku? Kamu sendiri sudah putus berapa kali?”Jason menghela napas. “Kita berbeda. Aku tidak pernah serius.”Terlintas ekspresi muram di tatapan Reza. “Meski serius, juga bisa tidak serius lagi!”“Sudahlah! Aku kira kamu benar-benar sedang sedih karena patah hati! Kalau begini, aku juga tidak usah mencemaskanmu lagi. Aku hanya turut berduka cita untuk Sonia. Perasaannya sudah disia-siakan!”Reza tersenyum sinis. “Dia tidak perlu doamu. Dia sendiri bahkan tidak jelas dengan perasaannya sendiri!”“Apa maksudmu?” Terde
Pekerjaan di lokasi syuting sudah selesai. Sonia meminta izin dari studio dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia ingin mendesain gaun pengantin untuk Ranty. Jadi, dia ingin fokus pada desain kali ini. Sejak bangun tidur, Sonia pun tidak santai sedetik pun.Terkadang Sonia akan terbengong di tengah menggambar desain. Dia melamun menatap kejauhan.Sonia juga terus memimpikan Reza. Dia kepikiran waktu itu, saat dia kembali ke kota Atria. Malam-malam Reza datang untuk mencarinya. Mereka berdua saling berpelukan di tengah jalan dengan mobil lalu lalang di sisi mereka.Setelah Ranty mengetahui kabar putus mereka, dia pun marah hendak memberi pelajaran kepada Reza. Namun, Sonia menghalanginya.Mencari masalah setelah putus tidak bisa membuat Reza kembali padanya. Yang ada, Reza akan semakin membencinya. Sonia telah melihat contoh nyata dari diri mantan-mantan kekasih Jason.Reza mengatakan dirinya sudah bosan. Dia sudah tidak menyukai Sonia lagi.Ranty membawa alkohol ke vila. Mereka berdu
Sonia berkata dengan datar, “Aku nggak ingin lupain dia!”Kenapa harus melupakannya? Hanya dengan mengingatnya, Sonia baru bisa sadar dengan kesadisannya.Ranty sungguh kehabisan akal. “Di mana harga dirimu?”Sonia tidak menjelaskan. Dia membiarkan si penata rias mengembangkan kreasi di tubuhnya.Pada akhirnya penata rias memilih kaus polo hitam sepinggang dipadukan dengan rok hitam yang sangat pendek. Sonia yang berkulit putih itu semakin memukau dengan perpaduan pakaian seperti ini.Sonia juga tidak diberi riasan yang terlalu tebal dan dioleskan lipstik berwarna delima. Dia kelihatan semakin seksi saja!Ranty spontan menjerit, “Aku ingin sekali suruh Reza lihat penampilan kamu yang sekarang. Biar dia tahu betapa bodohnya dia!”Sonia meliriknya sekilas. “Apa kamu kira nggak ada cewek cantik di sekitar Reza?”Ranty mengangkat-angkat alisnya. “Kalau ada pemilihan Miss Universe, Sayangku pasti juara satu!”Sonia melihat orang di dalam cermin dengan sangat asing. Saat hendak keluar, dia p
Tatapan Sonia menjadi dingin. “Siapa bosmu?”“Itu yang sebelah sana!” Si lelaki memiringkan badannya, lalu menunjuk.Ranty mengikuti arah tunjuk si lelaki, lalu tampak ada belasan lelaki sedang duduk di area VIP. Lelaki di tengah yang mengecat rambutnya menjadi keabuan kelihatan berumur 30-an tahun. Ketika menyadari kedua wanita sedang melirik ke sisinya, dia mengangkat gelas alkohol di tangannya!Ranty tersenyum. “Dia mau ajak kami ke sana? Dia kira dia itu siapa?”Raut wajah si lelaki spontan menjadi dingin. Dia berkata dengan nada mengancam, “Bos kami jarang mengajak orang lain untuk minum bersama. Jadi, jangan nggak tahu diri!”Evan mengerutkan keningnya. “Aku harap kamu bisa bicara dengan sopan. Kalau kedua nona ini nggak mau ke sana, kenapa kamu malah memaksa mereka? Sekarang ini zaman hukum!”Si lelaki bertato menatap Evan dengan tatapan sinis. “Jangan ikut campur!”Evan berdiri di hadapan kedua wanita hendak melindungi mereka. “Memangnya kenapa kalau aku ikut campur dalam masal
Sonia menatap Ranty yang dibawa pergi oleh orang-orang, lalu memalingkan kepalanya melihat kedua lelaki yang sedang menjaganya. Wajah si wanita yang cantik itu terlihat sangat diam. Dia hanya lanjut meminum alkohol saja.Kedua lelaki yang menjaga Sonia saling bertatapan. Dia membatin, ‘Besar sekali nyali cewek ini? Atau dia nggak sadar dirinya lagi dalam bahaya?’Tak lama kemudian, orang di ujung sana mulai berkelahi. Ranty mengambil botol bir, lalu menghantamnya ke kepala si lelaki bertato. Kemudian, dengan satu tendangan, dia berhasil menendang Riandy yang hendak menyerangnya.Kedua lelaki yang menjaga Sonia pun terkejut. Dia segera berlari pergi untuk melakukan penyelamatan!Sonia melirik sekilas. Meski Ranty mengenakan sepatu hak tinggi, semua itu juga tidak berdampak dalam melawan yang lain. Tanpa menunda waktu, dia segera menendang ketiga orang. Gerakan Ranty sangatlah keren!Tamu di sekitar segera melangkah mundur. Bahkan, ada yang menjerit ketakutan!Setelah perkelahian sengit,
Bondan dan Jason sedang minum di Altena. Ketika melihat video yang dikirim, dia pun melihat sebanyak dua kali, baru memberi tahu Jason. “Dia itu Sonia, ‘kan?”Cahaya lampu di dalam bar remang-remang. Ditambah lagi, cara berpakaian Sonia yang sangat seksi. Jika bukan karena wajah yang sangat mirip itu, dia juga tidak percaya wanita itu adalah Sonia!Jason mengerutkan keningnya. Dia berpikir sejenak, lalu mengirim video ke grup bersama mereka. Dia mengetik.[ Sonia, ini kamu, ya? Keren sekalI! Apa kamu butuh bantuan? ]Jason tahu Sonia pasti tidak bisa membaca pesan saat ini. Tentu saja, Jason mengirim pesan itu bukan untuk diperlihatkan kepada Sonia, melainkan diperlihatkan kepada Reza! Jason ingin tahu apakah dia sudah melepaskan Sonia atau belum!…Saat ini Reza sedang makan malam di rumah. Gina juga sedang bersamanya.Belakangan ini, frekuensi kedatangan Gina ke rumah Reza semakin tinggi saja. Tadi siang dia menyuruh orang mengirim daging sapi dari luar negeri ke rumah Reza. Jadi, Ly
Saat mereka berdua tiba di dalam bar, tampak ada mobil polisi berhenti di depan sana. Reza menuruni mobil, lalu berjalan ke dalam dengan cepat.Situasi di dalam bar sangatlah berantakan. Sonia dan Ranty sedang duduk di sofa. Mereka sedang diinterogasi oleh beberapa polisi. Sementara, di samping mereka berbaring belasan lelaki yang sedang merintih kesakitan. Dari penampilan mereka, dapat diketahui bahwa cedera mereka tidaklah ringan!Reza tidak berjalan maju. Dia hanya melihat dari kejauhan. Si wanita mengenakan topi bebek menunjukkan setengah wajah indahnya. Dia menunduk duduk dengan tenang di sana. Hanya Ranty saja yang sibuk menjelaskan kepada pihak kepolisian.Sonia mengenakan kaus pendek memamerkan bagian perutnya, ditambah lagi dengan rok super mini yang memamerkan kedua kaki langsing dan panjangnya. Reza yang melihat pun spontan menjadi murung.Penampilan apa itu?Kenapa Sonia berpakaian seperti ini di klub? Apa yang ingin dia lakukan?Sebenarnya Sonia memang sudah liar dari dulu
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m