Setibanya di acara pesta, semua orang terus bersulang terhadap Reza. Reza juga tidak menolak ajakan mereka. Dalam waktu singkat, dia pun sudah minum 7 hingga 8 gelas.Melihat begitu banyak orang yang mengerumuninya, Reza terpaksa mencari alasan untuk hirup udara segar di taman.Dekorasi halaman di hotel ini sangatlah romantis. Terdapat banyak bunga bermekaran dan lampu kelap-kelip di sana.Di bawah pohon sana ada banyak lelaki dan wanita berpelukan dan berciuman. Reza mencari bangku kosong, lalu mengeluarkan mancis dan mengelusnya.Ini adalah hadiah satu-satunya yang pernah diberikan Sonia untuk Reza. Sebenarnya mancis ini juga bukan dibeli untuk Reza.Semakin Sonia mengabaikannya, semakin terpikat pula Reza terhadapnya. Sekarang dia kepikiran dirinya pergi mengendarai mobil berjam-jam ke Atria demi bertemu dengannya.Apa Sonia menggunakan intrik ini terhadap semua orang? Juno, Yandi, dan juga … Melvin!Si lelaki tak berhenti menyindir. Sebenarnya ada banyak rahasia di diri Sonia, sepe
Reza menyuruh Robi mengantarnya ke Imperial Garden.Sekarang sudah jam sebelas malam. Reza tidak menuruni mobil. Dia tinggal beberapa saat di mobil, lalu menghubungi Sonia, “Sudah tidur?”Nada bicara Sonia terdengar agak malas. “Baru saja berbaring. Kamu belum pulang?”Reza tertegun sejenak, lalu berkata dengan suara datar, “Belum, mungkin hari ini agak malam. Kamu tidur dulu, tidak usah menungguku!”“Oke, jangan minum terlalu banyak,” balas Sonia.“Emm, aku tutup dulu!”Robi mengintip Reza dari spion tengah. Wajah yang tadinya tidak berekspresi mulai mengerutkan keningnya.Reza bersandar di tempat duduk beberapa saat. Kemudian, dia menyuruh Robi mengantarnya ke Kediaman Herdian. Saat ini Reza perlu menenangkan dirinya. Dia harus kembali memikirkan hubungannya dengan Sonia.Tommy masih belum tidur. Menyadari Reza pulang, dia juga tidak menanyakan masalah Sonia. Dia hanya berkata, “Baru saja aku mau telepon kamu. Kamu tinggal di rumah saja untuk sementara waktu ini!”Reza sedang berjala
Namun Reza seolah-olah tidak dapat merasakan Sonia sedang merindukannya. Dia membalas, “Tidak usah, semuanya sudah disediakan.”“Oke, nanti kabari aku setelah kamu sampai!”Panggilan diakhiri. Sonia pun tidak selera makan lagi. Dia sedang memikirkan masalah Reza. Dia merasa masalah perusahaan di Berline sangatlah serius. Itulah sebabnya Reza terlihat sangat aneh. Hanya saja, Sonia mesti memercayai Reza. Dia pasti bisa mengatasi masalah ini. Dia hanya perlu menunggu kepulangan Reza saja.Di Kediaman Herdian.Reza meletakkan ponselnya, lalu memandang ke luar jendela dalam waktu lama. Kemudian, dia baru berjalan turun ke lantai bawah.Tandy baru saja pulang dari lari pagi. Dia sedang bermain gim ponsel dengan keringat di wajahnya. Ketika menyadari kedatangan Reza, dia pun menyapa, “Paman!”Reza berbicara dengan nada datar, “Akhir pekan ini kamu belajar sendiri. Mulai minggu depan, akan ada guru bimbel baru yang mengajarimu!”Kali ini Tandy spontan mengangkat kepalanya. “Guru bimbel baru?
Hari ini Darren sangatlah santai. Dia melihat akun Instagram-nya, lalu menyadari Thalia mengunggah postingan pada jam 12 malam dengan akun rahasianya. Thalia mengunggah foto dirinya menghadiri suatu acara pesta.Latar di belakang foto selfie-nya adalah aula dari sebuah hotel mewah. Kemudian, tampak seorang lelaki berbadan tegap berdiri di belakang Thalia. Lelaki itu terlihat sangat familier.Darren memperbesar foto, lalu melihat bayangan punggung si lelaki dengan saksama. Semakin dilihat-lihat, lelaki itu semakin mirip dengan Reza.Namun saat Sonia datang ke lokasi syuting pada dua hari lalu, cuaca sangatlah buruk. Thalia bertanya apakah Pak Reza akan datang menjemputnya atau tidak. Sonia malah menjawab Reza sedang dinas. Dia akan kembali sekitar satu minggu kemudian.Jika Reza sedang dinas, kenapa dia bisa muncul di dalam foto Thalia?Setelah dipikir-pikir, Darren berencana untuk bertanya pada Thalia.Saat Thalia sedang istirahat, Darren memanggilnya, lalu memperlihatkan foto kepadany
Jika terjadi salah paham di antara sepasang kekasih, pasti akan ada sedikit keretakan di hubungan mereka. Seiring berjalannya waktu, bisa jadi kedua sejoli akan berpisah!Setelah Sonia putus dengan Reza nanti, Thalia akan mengejar Reza. Dengan begitu, Thalia tidak tergolong merebut lelakinya Sonia. Dia juga tidak melakukan hal yang bersalah pada Sonia!Thalia menyimpan ponselnya. Dia pun pergi bekerja dengan gembira.…Sore harinya, saat Reza tidak berada di rumah, Welly kembali mengunjungi Kediaman Herdian.Setelah memasuki pintu gerbang, tampak Max sedang bermain di atas rerumputan. Dia langsung berjalan ke sisinya, bagai sedang masuk ke rumahnya sendiri saja.Max menggonggong kuat, alhasil menarik perhatian para pelayan.Kali ini, orang yang keluar bukanlah pelayan waktu itu. Dia tidak kenal dengan Welly. Jadi, dia pun bertanya siapa si Welly?“Aku adalah adik dari istri bos kalian!” jawab Welly dengan blak-blakan. Tiba-tiba, dia mengangkat jarinya menunjuk pelayan berambut pendek l
Wajah Tasya menjadi merona. Belum sempat Yandi menjawab, dia duluan melambaikan tangannya. “Bukan, kami hanya teman biasa!”“Jadi, yang tadi itu baru pacarmu?” Rasa ingin tahu si dokter cukup tinggi. “Cantik juga. Kamu sungguh beruntung!”Yandi tersenyum datar. “Terima kasih!”Tasya sungguh kecewa ketika mendengar balasan Yandi. Dia menunduk dan tidak berkata apa-apa.Setelah dokter berjalan keluar, Tasya baru berkata dengan tersenyum, “Sebelumnya kamu bilang kamu nggak tertarik sama wanita. Ternyata kamu sukanya sama Sonia. Pantas saja kamu baik banget sama dia!”Yandi menurunkan pakaiannya. Awalnya dia ingin mengatakan dirinya malas menjelaskan panjang lebar kepada dokter. Tiba-tiba Yandi berubah pikiran. “Kita sudah berhubungan lama, wajar kalau ada perasaan. Apa ada yang aneh?”“Nggak aneh! Lagi pula, Sonia memang cantik!” Tasya duduk di seberangnya sambil menggoyangkan kedua kakinya. Hatinya merasa agak gugup. Dia melihat si lelaki, lalu memastikan sekali lagi. “Apa benar kamu suk
Reza menatap ke depan. Wajahnya terlihat sangat marah saat ini. Dia berkata, “Sonia, mari kita bicara!”Kali ini Reza memanggilnya “Sonia”.Sonia merasa kaget dan memiliki firasat buruk. Dia pun mengangguk dengan perlahan. “Oke!”Mereka berdua kembali ke Imperial Garden. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara sama sekali.Setibanya di rumah, Sonia akhirnya mengerti. Dia bertanya pada Reza, “Kamu nggak dinas, ‘kan?”Reza menatap Sonia dengan datar. “Sonia, aku beri kamu satu kesempatan. Beri tahu aku, sebenarnya ada berapa banyak hal yang kamu rahasiakan dari aku!”“Kesempatan?” Sonia menatap si lelaki dengan merengut. “Apa maksudmu? Mengenai masalah Yandi? Aku sudah jelaskan sebelumnya. Hubungan aku sama dia cuma teman saja, nggak lebih dari itu.”“Oke!” Nada bicara Reza sangat dingin. “Kalau begitu, coba beri tahu aku bagaimana kalian bisa saling kenal? Sudah kenal berapa lama?”Reza yang seperti ini sangatlah asing bagi Sonia. Dia menggeleng. “Apa kamu sedang interogasi aku?”
Satu kata “bosan” membuat Sonia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia melihat si lelaki dengan tatapan tidak percaya. Dia berdiri dengan perlahan, lalu berjalan mundur dengan kedua mata merah. Dia terlihat sangat sakit hati.Sebenarnya Sonia sudah menyadari masalah ini, ‘kan? Sejak Reza tidak tidur sambil memeluknya, ditambah lagi Reza tidak pulang setelah acara pesta, semua itu sudah terasa aneh bagi Sonia.Hanya saja, Sonia tidak menyangka badai akan datang secepat ini! Tak disangka, hati seseorang akan berubah dengan secepat ini!Ternyata Reza tidak dinas. Dia hanya tidak ingin bersama dengan Sonia lagi. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana mengajukan putus. Itulah sebabnya dia bersembunyi!Reza melihat tatapan sedih si wanita. Hatinya hampir saja luluh. Pada saat yang sama, dia berpikir lagi, apa Sonia benar-benar sedih atau sedang berakting?Jadi, mereka sudah tidak bisa bersama lagi. Sebab, mereka saling mencurigai satu sama lain. Sudah saatnya hubungan ini berakhir. Jika hubungan in
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m