Siang harinya, Ranty telah dijemput oleh Matias. Saat Sonia pulang ke rumah, dia menerima pesan dari aplikasi Aquila.[ Eka: Bos, aku mau jalankan misi! Misi apa pun juga boleh! ]Soia berjalan sambil membalas. [ Kenapa tiba-tiba menggila? ][ Eka: Aku dicampakkan! Aku malah dicampakkan! ][ Sonia: Oh. ][ Eka: Atas dasar apa dia campakkan aku? Aku bahkan nggak komentar ketika dia mesra-mesraan sama cowok lain. Bahkan ketika dia tiduri aku, aku juga nggak berkomentar. Jadi, atas dasar apa dia mencampakkanku? ]Sonia terdiam.[ Eka: Dia nggak perbolehin aku buat cari dia. Kalau begitu, aku akan pergi sejauh-jauhnya. Sekarang aku ingin menjalankan misi dan meninggalkan Jembara. Aku nggak mau kembali lagi! ][ Sonia: Aku lagi rayain hari raya, nggak ada waktu luang! ][ Eka: Bos! Aku nggak pernah mohon apa-apa sama kamu. Apa kamu nggak bisa bantu aku? Aku nggak akan terima sepeser pun dari misi ini. Semuanya untuk kamu dan Ariel saja. ]Sonia bersandar di koridor sambil tersenyum.[ Kala
“Nggak, dia nggak ngomong apa-apa sama aku,” ucap Johan. Dia langsung berjalan ke lantai atas.…Sore harinya, Sonia bersama Indra menempel ornamen di depan halaman. Pelayan rumah yang ingin pulang kampung telah diliburkan, hanya tersisa seorang koki, sopir, dan Indra saja.Indra masih melajang. Jemmy sudah menganggapnya sebagai anggota keluarganya. Jadi, setiap tahunnya Indra tidak akan meninggalkan Kediaman Bina.Indra juga telah berumur. Sonia tidak mengizinkannya untuk memanjat. Dia pun mengambil bangku, memanjat, lalu menempel pajangan di atas sana.Ponsel Sonia diletakkan di dalam kamar. Setelah dia kembali ke kamar, dia menyadari Reza mengirim banyak pesan dan juga ada tiga panggilan tidak terjawab.Baru saja Sonia ingin membalas pesan Reza, dia menerima panggilan dari Reza.Begitu panggilan diangkat, terdengar suara panik lelaki dari ujung telepon. “Kamu ke mana saja? Kenapa kamu tidak angkat telepon?”Sonia menjelaskan, “Tadi aku pergi dekor halaman. Aku nggak bawa ponsel.”Re
Makan besar hari ini disajikan di ruang makan yang luas dengan suasana yang klasik. Tercium aroma bunga plum bercampur dengan wangi kayu cendana yang sangat menyegarkan hati dari ruangan terang benderang ini.Namun, tak lama kemudian aroma lembut ini tertutupi oleh aroma harum dari hidangan makan malam.Indra membawa hidangan Buddha Jump Over the Wall dan meletakkannya di atas meja sambil tersenyum. “Sup ini dimasak selama enam jam. Coba Pak Jemmy cicipi bagaimana rasanya?”Jemmy mencicipi dengan perlahan, lalu mengangguk dengan perlahan, “Kuahnya cukup kental!”“Nona paling suka makan daging di dalam sup ini. Aku ambilkan satu mangkuk untuk dia.”Jemmy pun tersenyum. “Kamu tidak perlu menghiraukan dia. Biarkan dia ambil sendiri saja. Lagi pula dia juga bukan anak kecil.”Indra pun tersenyum. “Sudah bertahun-tahun Nona tidak merayakan hari raya di rumah. Biarkan aku menganggapnya sebagai anak kecil, ya.”Sonia membawa alkohol ke dalam ruang tamu, lalu berkata dengan tersenyum, “Anak ke
Pesan ucapan selamat hari raya dikirim dari Thalia, Darren, Jason, dan yang lain. Tak peduli pesan itu dikirim secara pribadi atau di grup, Sonia membalas satu per satu. Kemudian, dia menduplikat salah satu ucapan selamat yang lumayan panjang, lalu mengirimkannya kepada Reza.Reza membalas pesan dengan cepat. [ Apa kamu sedang mewakili Tere untuk mengucapkan selamat hari raya kepadaku? ]Sonia terbengong sejenak. Kemudian, dia membaca kembali pesan yang dikirimnya kepada Reza tadi. Memang ada nama Tere di bagian bawah.Ucapan selamat hari raya itu sangat panjang. Sonia tidak membacanya hingga selesai. Jadi, dia tidak sadar dengan nama yang dibubuhkan di baris paling bawah.Reza mengetik.[ Awalnya aku sungguh terharu melihatmu mengirim ucapan selamat yang begitu panjang. Sekarang aku malah merasa sakit hati. ]Sonia membalas. [ Maaf, aku akan copy ulang dan revisi bagian nama pengirimnya. ]Reza pun tidak tahu harus berkata apa lagi.Saat ini, mereka sedang mengirim hadiah angpau di
Gina berdiri, lalu berjalan keluar dari pintu samping. Dia berjalan beberapa saat, baru menemukan ternyata Reza sedang duduk di bangku panjang.Si lelaki mengenakan pakaian berwarna putih dipadukan dengan celana panjang berwarna krim. Dia bersandar di bangku dengan menyilangkan kakinya. Di bawah pancaran cahaya lampu, si lelaki terlihat semakin tampan lagi.Pose duduk yang sangat biasa malah terasa sangat memesona. Gina memperlambat langkahnya sembari menatap lelaki yang sedang duduk di kejauhan.Pria itu telah menyingkirkan sifat angkuhnya di saat masih muda dulu. Dia kelihatan lebih stabil saat ini. Seiring berjalannya waktu, dapat terasa aura dewasa dari diri lelaki itu. Bahkan hanya dengan menunjukkan ekspresi tenangnya, dia masih bisa membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.Sebelumnya Gina hanya merasa tertarik pada pemuda itu. Namun sekarang, dia telah sepenuhnya jatuh cinta pada pria itu.Gina semakin yakin kelak dia tidak akan bertemu dengan pria yang lebih luar biasa di
Sonia langsung membalas. [ Nggak bisa, aku mau nonton acara. ]Reza malah mengatakan. [ Lebih enak lihat aku atau nonton acara? ]Sonia mengetik. [ Acara ini hanya bisa ditonton di saat malam hari raya. Sementara, aku bisa melihatmu setiap hari. ]Reza tidak tahu harus berkata apa lagi.Mereka mengobrol sambil menonton acara televisi. Saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Sonia pergi menemani Kakek Jemmy yang masih belum tidur. Dia pun menyuruh Reza untuk tidur dulu.Reza membalas.[ Aku belum ngantuk. Nanti kita tidur bersamaan saja. ]Reza mendengar suara obrolan dari lantai bawah, sepertinya anggota Keluarga Tanadi sedang berpamitan.Saat waktu menunjukkan tepat pukul 12, Indra menyalakan petasan. Pembawa acara di dalam televisi juga sedang hitung mundur untuk menyambut hari raya tahun baru.Suara petasan yang keras ditambah lagi dengan suara sorakan dari dalam televisi. Mereka sama-sama hitung mundur, satu, nol! Pada saat ini, Sonia menerima angpau kiriman Reza. Kedua mata
Pagi harinya, Sonia dibangunkan oleh suara petasan yang memekakkan telinga. Semalam dirinya dipaksa Reza untuk mengobrol hingga jam dua subuh. Saat ini, langit pun masih belum terang. Sonia merasa sangat ngantuk dan tidak bisa melebarkan matanya. Dia memaksakan dirinya untuk tidur di dalam suara yang keras ini.Setelah bangun dari tidurnya, matahari pun telah terbit. Sinar matahari menyinari ke dalam jendela. Ponsel yang diletakkan di atas meja pun berdering. Sonia melihatnya dan semuanya adalah ucapan selamat hari raya.Bondan mengirim angpau ke dalam grup. Kemudian, ada sebuah grup asing yang bernama “Pelaut Kuat” juga mengirim banyak pesan.Seingat Sonia, dia tidak pernah bergabung dengan grup itu. Dia membukanya, baru menyadari ternyata isinya adalah anggota dari Restoran Steamboat Kuat. Grup itu dibuat oleh Tasya. Dia pun sekalian memasukkan Sonia ke dalam grup.Awalnya di dalamnya berisi ucapan selamat hari raya. Grup yang awalnya sangat tenang itu jadi heboh akibat angpau yang
“Bagaimana dengan kamu? Apa kamu merindukanku?” tanya Reza dengan suara rendah. “Apa kita boleh video call?”“Kakek sudah memanggilku!” Sonia membenamkan kepalanya di atas bantal.Reza terdiam beberapa saat, baru membalas dengan tersenyum, “Apa perlu aku telepon Kakek untuk ucapin selamat hari raya!”“Nggak usah, deh! Aku takut dia jantungan di hari pertama hari raya!” balas Sonia dengan lembut.“Tahun depan, aku akan pergi mengunjungi Kakek,” ucap Reza.“Oke,” balas Sonia. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku tutup dulu.”“Emm.” Nada bicara Reza sangatlah lembut. “Sayangku, aku mencintaimu!”Detak jantung Sonia langsung berdegup kencang. Dia mengiakan dan terdiam beberapa saat, baru bersedia mengakhiri panggilan.Setelah panggilan diakhiri, Sonia baru menyadari, sebenarnya dalam beberapa detik keheningan itu, Reza sedang menunggu balasannya.Sonia sungguh menyesal langsung mengakhiri panggilannya. Dia berbaring di atas ranjang memandang ke luar jendela. Matahari di luar sana sangat
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi