Pagi harinya, Sonia dibangunkan oleh suara petasan yang memekakkan telinga. Semalam dirinya dipaksa Reza untuk mengobrol hingga jam dua subuh. Saat ini, langit pun masih belum terang. Sonia merasa sangat ngantuk dan tidak bisa melebarkan matanya. Dia memaksakan dirinya untuk tidur di dalam suara yang keras ini.Setelah bangun dari tidurnya, matahari pun telah terbit. Sinar matahari menyinari ke dalam jendela. Ponsel yang diletakkan di atas meja pun berdering. Sonia melihatnya dan semuanya adalah ucapan selamat hari raya.Bondan mengirim angpau ke dalam grup. Kemudian, ada sebuah grup asing yang bernama “Pelaut Kuat” juga mengirim banyak pesan.Seingat Sonia, dia tidak pernah bergabung dengan grup itu. Dia membukanya, baru menyadari ternyata isinya adalah anggota dari Restoran Steamboat Kuat. Grup itu dibuat oleh Tasya. Dia pun sekalian memasukkan Sonia ke dalam grup.Awalnya di dalamnya berisi ucapan selamat hari raya. Grup yang awalnya sangat tenang itu jadi heboh akibat angpau yang
“Bagaimana dengan kamu? Apa kamu merindukanku?” tanya Reza dengan suara rendah. “Apa kita boleh video call?”“Kakek sudah memanggilku!” Sonia membenamkan kepalanya di atas bantal.Reza terdiam beberapa saat, baru membalas dengan tersenyum, “Apa perlu aku telepon Kakek untuk ucapin selamat hari raya!”“Nggak usah, deh! Aku takut dia jantungan di hari pertama hari raya!” balas Sonia dengan lembut.“Tahun depan, aku akan pergi mengunjungi Kakek,” ucap Reza.“Oke,” balas Sonia. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku tutup dulu.”“Emm.” Nada bicara Reza sangatlah lembut. “Sayangku, aku mencintaimu!”Detak jantung Sonia langsung berdegup kencang. Dia mengiakan dan terdiam beberapa saat, baru bersedia mengakhiri panggilan.Setelah panggilan diakhiri, Sonia baru menyadari, sebenarnya dalam beberapa detik keheningan itu, Reza sedang menunggu balasannya.Sonia sungguh menyesal langsung mengakhiri panggilannya. Dia berbaring di atas ranjang memandang ke luar jendela. Matahari di luar sana sangat
Sonia menyimpan sertifikat itu. Pangsit yang dimasak koki juga sudah matang. Sonia mengambil dua mangkuk cuka, lalu menyerahkan satu mangkuk kepada Jemmy. “Kakek temani aku makan pangsit, ya.”Jemmy mencicipi cuka, lalu berkata dengan tersenyum, “Kelak setiap tahun kita rayakan hari raya seperti ini saja, lebih tenang.” Selesai Jemmy berbicara, dia kepikiran sesuatu, lalu berkata dengan menggeleng, “Belum tentu, bisa jadi tahun depan kamu akan rayain hari raya di Kediaman Herdian!”Sonia mengangkat kepalanya. “Tenang saja! Nggak peduli aku menikah dengan Reza atau tidak, setiap tahunnya aku tetap akan merayakan hari raya bersama Kakek.”“Semua wanita juga berkata seperti itu sebelum menikah. Hanya saja, setelah menikah, ada banyak hal yang tidak bisa diputuskan olehmu. Kamu juga tidak akan bisa menepati janjimu!”Kening Sonia berkerut. “Jangan-jangan Kakek nggak kenal sama aku? Aku nggak bakal memungkiri ucapanku!”Jemmy berkata dengan tersenyum, “Baik, Kakek akan mengingatnya!”Saat S
Jemmy melihat Sonia menunduk dan tidak berbicara. Sepertinya dia tahu apa yang sedang dipikirkan wanita muda ini. Dia pun berkata dengan acuh tak acuh, “Dulu sewaktu kamu pergi, kamu juga tidak bersikap seperti ini. Sekarang kamu semakin manja saja! Lakukan saja apa yang seharusnya kalian lakukan. Kalian tidak perlu memikirkanku. Aku sangat senang di rumah. Lagi pula, beberapa hari ini, rumah kita akan kebanjiran tamu lagi. Meski kamu di rumah, Kakek juga tidak bisa menemanimu!”Sonia mengangguk. “Seminggu lagi syuting akan kembali dimulai. Nanti aku akan sering-sering telepon Kakek.”“Iya!”Malam harinya Sonia menemani Jemmy untuk mengobrol dan bermain catur. Saat waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh malam, Sonia menyuruh Jemmy untuk tidur. Kemudian, dia kembali ke kamarnya sendiri.Indra mengantar Sonia kembali ke kamarnya sambil berkata dengan tersenyum, “Nona tidak perlu khawatir. Ada saya yang akan menemani Pak Jemmy. Nona bisa menyibukkan diri seperti biasa!”Sonia tersenyum ti
Keesokan paginya, Sonia berpamitan dengan Kakek Jemmy dan Kakek Indra. Sopir mengendarai mobil mengantarnya ke bandara.Saat tepat jam sembilan pagi. Sonia melihat Reza berjalan keluar dari jalur VIP. Dia mengenakan jaket berwarna hitam. Lelaki bertubuh tinggi dan berwajah tampan segera berjalan ke sisinya.Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Namun, rasanya bagai telah berabad-abad saja. Tatapan Reza terus tertuju ke diri Sonia, bagai tidak ada orang di sekitarnya. Dia melebarkan kedua tangannya untuk memeluk Sonia dalam waktu lama.Sonia melihat banyak pejalan kaki yang terus mengintip ke sisi mereka. Dia pun mengangkat kepalanya, lalu bertanya, “Kapan kita berangkat?”“Awalnya pesawat jam sepuluh. Tapi sekarang aku tidak bisa pergi lagi. “Si lelaki mengelus alis si wanita. Suaranya terdengar sangat serak. “Ke hotel waktu itu?”Telinga Sonia semakin memerah. Bahkan, lehernya juga memerah. Tatapan lembut Reza membuat Sonia tidak bisa menolaknya.Masih di hotel waktu itu dan di ka
Reza membawa Sonia ke kamar di lantai tiga. Di dalam ruangan kamar terdapat sebuah balkon yang sangat besar. Saat berdiri di depan balkon, dapat dilihat pemandangan kota Wharis yang sangat indah.Tiba-tiba Reza memeluk Sonia dari belakang. “Mau mandi dulu?”Sonia membalikkan tubuhnya untuk memeluk Reza. Kemudian, dia menjinjit ujung kakinya untuk mengecup bibir Reza.Tentu saja Reza langsung mengambil kendali. Dia menggendong Sonia, membawanya ke kamar mandi.Dari kamar mandi sampai ke atas ranjang, Sonia merasa bahwa dirinya bagai sedang di hotel kota Atria saja. Meskipun mereka telah melewati penerbangan selama belasan jam dan berada di belahan dunia yang lain, mereka pun bagai sedang pindah hotel saja.Sonia spontan ingin tertawa. Reza menahan lengan Sonia menindihnya di atas ranjang mulai menciumnya. “Kenapa kamu ketawa?”Sonia menggeleng sambil melihatnya.“Beri tahu aku, biar kita tersenyum bersama.”Suara si lelaki terdengar serak. Dia kembali mencium bibir wanitanya dan memulai
Si lelaki menatap Sonia dengan gugup. Dia pun menjelaskan dengan perlahan, “Dia kekasihku, aku sangat mencintainya! Aku ingin melewati kehidupan seperti manusia normal. Aku berharap kamu bisa melepaskanku!”Sonia membalikkan kepalanya melihat wanita berambut pirang. Menyadari si wanita menatapnya dengan gugup dan takut, sepertinya dia telah menyadari sesuatu. Air mata membasahi mata si wanita. Sepertinya dia sangat peduli terhadap lelaki itu!Dulu, Sonia pasti tidak akan melepaskan satu pun anggota yang pernah mengabdi terhadap Brown. Namun sekarang ….“Sheila!” Si lelaki memanggil nama Sonia sewaktu menjadi mata-mata. “Aku sudah meninggalkan Brown. Aku berani bersumpah, aku harap kamu bisa memercayaiku!”Sonia menatap Bach dengan dingin, lalu membalasnya dengan bahasa asing, “Lupakan kalau kamu pernah bertemu aku di sini. Kalau nggak ….”Kemudian, tatapan Sonia tertuju pada wanita berambut pirang. Dia berkata dengan dingin, “Aku akan menghilang bersamamu!”Bach mengangguk. “Tenang saj
Rumah kontrakan Kelly adalah apartemen dua lantai. Wanita tua itu tinggal di lantai bawah, sedangkan Kelly tinggal di lantai atas. Berhubung Kelly pintar dalam memasak, pemilik rumah sengaja menggratiskan biaya sewa rumah Kelly. Jadi, mereka hidup dengan saling menjaga satu sama lain. Hubungan kedua orang juga boleh dikatakan sangat harmonis.Saat Sonia dan Reza datang, si wanita tua menyambut mereka dengan ramah. Dia juga menyediakan banyak permen untuk menyambut mereka.Begitu melihat kedatangan Sonia dan Reza, Kelly pun merasa sangat gembira. Dia menggenggam tangan Sonia, tidak bersedia untuk melepaskannya.Ada banyak yang ingin Kelly katakan kepada Sonia. Jadi, mereka berdua tidur bersama malam ini. Reza pun disuruh untuk tidur di kamar sebelah.Kelly mengatakan kondisi dirinya di sini. Saat Kelly baru datang, berhubung tidak begitu menguasai bahasa negara ini, dia pun sering dipermalukan. Dia bahkan sering menangis lantaran merasa kesepian di negara yang asing baginya.Namun, semu
Hati Tasya terasa sesak. Dia merasa ragu sejenak, baru mengangguk. Pada akhirnya, Tasya membawa kue ke lantai atas.Saat tiba di lantai atas, sebelum Tasya memasuki kamar, dia menjerit, “Bos.” Namun, tidak ada respons dari dalam kamar.Tidak ada juga orang di ruang tamu. Tasya berjalan ke kamarnya. Pintu tidak ditutup dengan rapat. Setelah pintu diketuk berkali-kali, tetap tidak ada sahutan dari dalam sana.Tasya mendorong pintu kamar dengan perlahan. Tidak terlihat siapa pun di dalam sana. Ada beberapa potong pakaian diletakkan di atas ranjang dan ada juga sebuah tas ransel di sampingnya. Tasya terbengong sejenak. Apa Yandi hendak bepergian?Tasya berjalan ke dalam sembari melihat koper di atas ranjang. Tiba-tiba dia mulai merasa panik. Yandi mau ke mana? Apa dia masih akan kembali?Tasya duduk di samping ranjang. Beberapa saat kemudian, dia meletakkan kue di samping, lalu membantu Yandi untuk melipat pakaiannya.Dua potong kemeja itu sudah dicuci hingga warnanya memudar. Salah satuny
Di Kota Jembara.Makanan pesanan Frida sudah tiba. Dia menatap Johan yang sedang duduk di balkon sembari menjerit, “Makan!”Johan duduk di lantai sembari menatap kepingan salju yang bertebaran di luar. Raut wajahnya juga kelihatan dingin.Frida mendekatinya, lalu berhenti di belakangnya. “Makan!”Johan menggeleng. “Aku tidak ada selera makan. Kamu makan sendiri saja!”Frida berkata dengan suara datar, “Makan sedikit, ya. Setelah kenyang, kamu baru punya tenaga untuk membantu Bos.”Johan tertegun sejenak, lalu menoleh melihat ke sisi Frida.Frida mengangguk. “Aku sudah selidiki. Kalau mau pergi Hondura, mesti transit dua kali. Aku sudah beli tiket pesawat. Kalau cuaca besok cerah, kita bisa berangkat bersama besok pagi. Aku akan pergi bersamamu!”Johan langsung berdiri. Tatapannya tertuju pada diri Frida. “Frida ….”Frida berkata, “Tapi setelah sampai di sana, kamu jangan bertindak gegabah. Kamu mesti dengar apa kataku!”“Oke!” balas Johan dengan langsung.Kening Frida berkerut. “Sekara
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp