Di depan pintu toilet terdapat satu pot tumbuhan yang lumayan tinggi. Sonia bersembunyi di belakang. Jadi, Stella tidak menyadarinya. Dia pun membalas senyuman Mina. “Kalian juga makan di sini?”Mina membalas dengan tersenyum, “Iya, hari ini ada reuni sama teman SMA.”Stella berkata dengan tersenyum, “Aku lagi makan bareng orang tuaku!”Saat SMA 1, Mina sudah mengenal Stella. Stella sangatlah cantik, pintar, dan juga berbakat. Dia tergolong tokoh terkemuka di dalam OSIS. Mina adalah penggemar Stella, dia pun memilih untuk bergabung dengan OSIS.Berhubung lama tidak berjumpa, Mina merasa sangat gembira ketika bertemu dengan Stella lagi. “Kak Stella, dengar-dengar kamu sudah punya studio sendiri, ya? Hebat sekali!”Stella tersenyum ramah. “Baru dibuka saja!”“Hebat sekali!”Stella pun bertanya dengan nada perhatian layaknya seorang kakak senior, “Kamu kuliah di mana?”“Di Mindara University!”“Oh di sana!”Mereka berbincang-bincang beberapa saat. Tiba-tiba Mina berkata, “Kak Stella, kam
Ternyata sejak saat itu, Stella sudah mulai merencanakan semuanya untuk mengusir Sonia dari Kediaman Dikara! Ditambah lagi dengan provokasi yang dilakukan Stella, alhasil sikap Reviana terhadap dirinya semakin ketus saja.Waktu itu, Sonia masih sangat polos. Dia tidak kepikiran bahwa Stella adalah wanita bermuka dua. Dia mengira perubahan sikap Stella baru terjadi pada belakangan waktu ini saja.Leher Stella dicekik. Dia pun terkejut spontan meronta. “Sonia, lepaskan aku! Lepaskan!”“Stella!” Tiba-tiba terdengar suara panik dari belakang. Tanpa menoleh, Sonia juga tahu itu suara Reviana.Sonia langsung menjatuhkan Stella ke lantai. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Reviana.Saat ini, Reviana sedang memapah Stella. “Stella, kamu baik-baik saja, ‘kan?”Stella langsung menangis tersedu-sedu. “Ibu, Kakak … dia ingin membunuhku!”Reviana spontan melayangkan tatapan marah ke sisi Sonia. “Apa yang ingin kamu lakukan?”“Apa yang telah terjadi?” Hendri juga berlari keluar ruan
Sonia melihat Reviana. “Sebelumnya Stella berbohong dan menjiplak hasil karyaku, tapi kalian malah memilih untuk mengabaikan masalah ini. Itu yang dimaksud lugu?”“Tentu saja!” Reviana langsung menimpali, “Stella itu anaknya baik hati. Justru karena dia baik hati, makanya dia baru bisa ditindas sama kamu!”“Kalau begitu, aku akan beri tahu kalian, semua itu hanya sandiwaranya saja!” Selesai berbicara, Sonia langsung menatap Stella. “Aku akan ulangi sekali lagi alasan kenapa aku bisa memukulmu!”Stella menyeka air matanya, lalu menunjukkan wajah lugunya. “Aku juga nggak tahu kenapa Kakak tiba-tiba bisa marah.”Sonia tersenyum sinis. Dia berkata pada Reviana dan Hendri, “Ingat ucapanmu dan sikapmu sekarang!”“Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?” Reviana sudah tidak bisa bersabar lagi.Sonia mengeluarkan ponselnya. Kebetulan Reza mengirim pesan kepadanya.[ Sayang, kenapa kamu masih belum kembali? ]Sonia membalas pesannya dulu.[ Sebentar lagi. ]Selesai membalas pesan, Sonia membuka
Sonia berjalan keluar ruangan. Tiba-tiba terdengar suara jerit Hendri yang sedang memanggilnya. Namun, dia tidak menoleh sama sekali.Begitu Sonia keluar ruangan, kebetulan tampak Reza sedang membelok ke arahnya. Dia sedang menelepon Sonia. Sonia pun mengangkat ponselnya dan menggoyangnya di hadapan Reza.Reza berjalan mendekat, lalu bertanya dengan senyum hangat, “Kamu ke mana? Kenapa selama ini?”Sonia menatap lelaki tampan dan tinggi di hadapannya. Dia pun tidak segalak tadi lagi. Sonia tersenyum langsung memeluk Reza tanpa menghiraukan di mana mereka sekarang dan … kemungkinan akan dipergoki oleh Diana.“Paman Reza.”Tatapan Reza seketika berubah tajam. Dia membelai rambut lembut si wanita. Suaranya juga melembut. “Kenapa?”“Nggak kenapa-napa!” Sonia membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Reza, lalu menggeleng.Reza menunduk melihat Sonia. “Kamu ketemu sama siapa?”Sonia pun membalas, “Teman masa SMA dulu. Mereka nggak suka sama aku. Sekarang aku baru tahu mereka nggak suka sama ak
Reviana melanjutkan, “Stella itu anak baik-baik. Semua ini bermula dari kepulangan Sonia! Mereka berdua itu bukan saudara kandung, wajar kalau mereka sering beda pendapat. Kalau kita menginginkan Sonia, itu berarti kita harus mengusir Stella. Sebaliknya kalau kita menginginkan Stella, kita harus mengusir Sonia!”Hendri mendengar ucapan Reviana dengan saksama. Dia tahu ucapan Reviana sangat masuk akal. Dia pun mengerutkan keningnya. “Jadi, kamu lebih memilih Stella daripada Sonia?”Reviana mengambil tisu menyeka air mata yang menetes. “Setelah kejadian hari ini, aku hanya bisa memilih satu di antara mereka. Aku tahu Sonia sangat menderita, tapi aku sudah menghabiskan waktu dan tenagaku di diri Stella. Aku tidak mungkin menghabiskan tenaga ekstra untuk mendidik Sonia lagi. Lagi pula, persyaratannya juga lebih jelek daripada Stella!”“Kalau ada yang ingin disalahkan, semuanya itu salah orang tua asuhnya meninggal terlalu dini. Orang yang mengasuhnya di kemudian hari mendidiknya dengan ter
Malam harinya, saat menjelang pukul 12 malam.Reza membantu Sonia mencuci rambutnya, lalu menggendongnya ke atas ranjang, mulai mengeringkan rambutnya. Setelah itu, dia mengoleskan krim ke tubuh Sonia.Sonia yang berbaring di atas ranjang itu sudah mulai mengantuk. Reza memijat belakang punggung Sonia. Kulit tubuh Sonia sangat putih, apalagi dengan perawatan yang diberikan Reza, kulitnya semakin mulus dan putih bagai kulit bayi saja. Justru karena itu, setiap bekas memar akan terlihat jelas di kulitnya.Reza membantu Sonia menekan-nekan bagian memar. Tiba-tiba Sonia memalingkan kepalanya, lalu berkata, “Reza, kalau kamu memanjakanku seperti ini, sepertinya aku nggak usah ngapa-ngapain lagi?”Reza mencondongkan tubuhnya, lalu membalas dengan suara rendah, “Inilah yang aku inginkan. Dengan begitu, kamu tidak akan bisa meninggalkanku meski hanya satu hari saja.”Sonia menahan tawanya.Saat Reza memijat bagian pundak Sonia, dia menggeser rambut Sonia ke sebelah. Suaranya spontan menjadi le
“Dibuka setelah kamu sampai rumah!” pesan Reza, lalu mengecup kening Sonia. “Ingat, kamu harus merindukanku. Kamu harus merindukanku setiap hari!”Sopir dan pengawal yang berada di samping sedang menatapnya. Sonia merasa malu, lalu berbisik, “Aku pergi dulu!”“Aku akan menjemputmu di saat kamu kembali.”“Oke!”Sonia membalikkan badannya, lalu berjalan menaiki pesawat. Tiba-tiba Sonia memalingkan kepalanya, lalu berkata, “Selamat hari raya!”Reza mengangkat kepalanya menatap wanitanya. Tatapannya terlihat sangat dalam.Setelah pesawat lepas landas hingga pesawat tidak terlihat bayangannya, Reza baru meninggalkan bandara.Reza duduk di dalam mobil melihat pemandangan kota di luar sana. Berhubung kekurangan pendamping, tiba-tiba kota ini terasa sangat hampa.Sonia telah tiba di kota Atria. Ranty sudah menunggu di bandara dari tadi. Ketika menyadari kedatangan Sonia, dia langsung melebarkan kedua lengannya, lalu berkata dengan tersenyum, “Hei, cantik, cepat peluk aku!”Ujung bibir Sonia me
Sonia membiarkan Jemmy mengobrol dengan Ranty. Dia membawa barang bawaannya kembali ke kamar. Saat Sonia memasukkan beberapa potong pakaian yang dibawa pulang ke dalam lemari, tiba-tiba dia kepikiran dengan hadiah yang diberikan Reza tadi. Dia mengeluarkan kotak dari saku jaketnya, lalu membukanya. Sonia sungguh terkejut. Isinya adalah sebuah kunci. Di bagian bawah terdapat selembar kartu yang tertulis “Vila Jalan Yurim nomor 22”.Jadi, Reza menghadiahkannya sebuah vila sebagai hadiah hari raya?Sebelumnya Sonia memiliki dua rumah di Jembara. Mengenai vila di jalan Yurim, Sonia juga mengetahuinya. Vila itu adalah vila di kawasan elite. Setiap vila di sana bernilai 200 miliar.Sonia terbengong sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan singkat kepada Reza.[ Sepertinya hadiahmu terlalu mahal? ]Reza membalas dengan cepat.[ Bukankah kamu menginginkan rumah? Asal kamu bersedia, kamu bisa menjemput kakekmu untuk tinggal di vila itu. ]Tiba-tiba Sonia teringat. Saat mereka
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m