Sonia menunjukkan isyarat tangan oke, lalu lanjut bekerja.Setelah Sonia keluar, dia bertemu beberapa kru di lokasi syuting. Sikap mereka semua pun sudah berbeda.Tadi mereka semua bersembunyi tidak berani berinteraksi dengan Sonia. Namun sekarang, mereka semua malah tersenyum begitu ramah terhadap Sonia, bagai sedang tersenyum pada teman lama mereka saja.Seperti biasanya, Sonia membalas sapaan semua orang dengan tersenyum dan mengangguk sedikit kepalanya.Setelah dia duduk di bangkunya, ada yang berlari ke sisinya. “Nona Sonia!”Sonia mengangkat kepalanya, dan spontan mengerutkan keningnya. Orang itu dari tim produksi.Ekspresinya juga berubah drastis. Dia menenteng kotak makanan, lalu tersenyum dengan sangat ramah. “Nona Sonia, aku minta maaf atas kejadian tadi siang. Tadi Tuan Jivan sudah berpesan, aku juga nggak berani menentangnya. Kamu tahu sendiri aku juga pekerja di sini. Hanya saja, aku merasa sangat bersalah. Ini aku beliin beberapa makanan untuk kamu. Entah cocok nggak sama
Gina tidak mengungkit masalah Reza dengan Sonia, dan bahkan tidak mengungkit nama Sonia. Dia pernah berpikir jika Keluarga Herdian mengetahui Reza telah jadian bersama Sonia, kemungkinannya hanya ada dua. Satunya, mereka akan setuju. Satunya lagi, mereka akan menentang. Namun berdasarkan dengan temperamen Reza, sepertinya semakin ditentang, dia akan semakin bersama dengan Sonia.Gina sangat memahami Reza!Jadi, tidak ada kondisi yang menguntungkan Gina. Sebaliknya, dia malah akan mempublikasikan hubungan Sonia dengan Reza. Bisa jadi, Gina yang akan mengantar Sonia masuk ke dalam Kediaman Herdian.Gina tidaklah bodoh!Memanfaatkan keluarganya untuk menekan Reza. Rencana ini bukannya tidak bisa dijalankan. Hanya saja, masalah ini tidak ada gunanya bagi Reza.*Sewaktu Reza turun ke lantai bawah, Gina masih berada di rumah. Dia hanya berpamitan dengan ibunya, lalu berjalan pergi.Baru saja berjalan di halaman, Gina pun mengejar langkah Reza. “Reza!”Reza menghentikan langkahnya, lalu mem
Wajah Sonia merona. “Kamu bawa mobil dulu.”Tatapan Reza terlihat tajam. Dia pun tersenyum. “Kenapa buru-buru? Nggak ada gunanya untuk buru-buru. Sekarang aku harus kembali ke perusahaan, masih ada rapat.”“Kata siapa aku buru-buru?” Sonia memelototi Reza. Selesai berbicara, dia baru merespons, “Kamu mau ke perusahaan?”“Emm. Sore hari nanti ada kontrak akuisisi yang perlu aku tanda tangani.” Reza mengendarai mobilnya. “Kamu temani aku.”Sonia menggerakkan matanya. “Aku ke perusahaan? Ngapain aku ke sana?”“Nggak usah ngapa-ngapain. Cukup temani aku saja!” Reza memalingkan kepalanya untuk melihat Sonia. Tidak dipungkiri, dari sudut pandang ini, Reza terlihat sangat tampan. Sonia menggigit bibir bawahnya sambil memandang ke luar jendela. “Baiklah. Lagi pula, nanti siang aku juga nggak ada kerjaan.”Reza membawa Sonia untuk makan siang, baru pergi ke Gedung Herdian Group.Setelah mereka berdua memasuki gedung, resepsionis pun terkejut ketika menyadari Reza membawa seorang wanita.Raut w
Celine duluan berjalan keluar ruang rapat. Baru saja dia kembali ke meja kerjanya, dia pun mendengar gosipan Kally dengan asisten yang satu lagi, Erline.“Benarkah? Pak Reza bawa dia ke sini?”“Iya!” Kally membalas dengan kegirangan, “Dia cantik sekali! Bahkan, cewek juga bakal deg-degan ketika melihatnya! Pak Reza suruh aku untuk antar teh susu buat dia. Dia bahkan berpesan untuk jangan terlalu manis, cukup sekitar 30% saja. Sejak kapan kamu lihat Pak Reza pernah perhatian begini?”“Wah, entah cewek terkenal mana, ya? Selama ini, aku kira Pak Reza sukanya sama Gina, ternyata bukan!”Kally kegirangan. “Cewek itu bahkan lebih cantik daripada si Gina. Bukan cuma lebih cantik, bahkan lebih muda lagi!”“Lebai banget?!” Erline tidak memercayainya. Bagaimanapun, Gina adalah wanita cantik yang diakui semua orang!“Nanti kamu akan lihat sendiri!”Raut wajah Celine berubah muram. Dia berjalan menghampiri mereka berdua, lalu bertanya, “Kalian lagi ngomongin siapa?”Erline lekas menjawab, “Tadi k
Tatapan Celine semakin dingin lagi. Dia lalu bertanya, “Rapat akan selesai selesai. Nanti ketika Pak Reza datang, jangan bilang kalau kita saling kenal.”Celine tidak ingin Sonia memanfaatkannya untuk menjalin hubungan baik dengan Reza.Sonia juga tidak mengangkat kepalanya. “Kamu tenang saja. Aku juga nggak ingin dia tahu!”Celine mendengus. Jelas sekali dia tidak percaya dengan omongan Sonia. Dia hanya berkata, “Bagus kalau begitu! Kamu jangan selalu berharap ingin mengandalkan koneksi saja!”Saat mereka berdua sedang berbicara, pintu kayu didorong, dan Reza berjalan memasuki ruangan.Reza mengenakan jas rapi dengan memegang beberapa dokumen di tangannya. Dia terlihat sangat tampan dan sekujur tubuhnya memancarkan wibawa yang dingin.Sonia mengangkat kepalanya untuk melihat. Ini pertama kalinya Sonia melihat Reza yang sedang bekerja. Dia kelihatannya agak berbeda.Celine sudah berdiri dengan membelakangi Sonia. “Pak Reza!”Reza melonggarkan ikatan dasinya sambil melirik Sonia dengan
Reza menggigit Sonia menghukumnya lantaran tidak konsentrasi. Dia lalu berkata dengan suara serak, “Aku nggak ingin makan lagi. Aku ingin langsung pulang.”Reza sudah menahan hasratnya dari tadi siang. Sepertinya karena tahu Sonia sedang di ruangannya, Reza bahkan sempat beberapa kali tidak fokus saat rapat tadi. Sonia sudah mengacaukan konsentrasi Reza. Reza juga tidak bisa mengendalikan dirinya.Mereka sudah jadian selama setengah tahun lebih. Selama beberapa bulan ini, selain datang bulan, setiap malamnya mereka berdua pun akan berhubungan intim. Hanya saja, Reza masih merasa tidak cukup.Sonia merasa napas si lelaki sangatlah berat. Melihat lift sudah hampir tiba di lantai satu, dia pun mendorong Reza dengan panik. “Reza!”Salah satu tangan Reza menopang dinding. Dia berdiri tegak, lalu kembali mengecup ujung bibir si wanita.“Ting!”Pintu lift dibuka. Sonia segera memalingkan kepalanya untuk melihat keluar.Untung saja hari ini adalah hari Sabtu. Selain pekerja yang datang untuk
Saat Celine tiba di Kediaman Dikara, langit pun sudah gelap. Pembantu sedang menunggu di depan rumah. Melihat Celine menuruni mobil, dia segera menyambut kepulangan Celine. “Nona Celine, Bapak dan Ibu sedang menunggumu di dalam. Cepat masuk sana.”Celine mengenakan luaran berwarna krim dengan rambut bergelombang. Dia lalu berjalan ke dalam kediaman dengan terburu-buru.Lampu di dalam vila sangatlah terang. Tampak semua orang sedang berkumpul di dalam sana. Ketika melihat kepulangan Celine, Tobias dan Sutini duluan berdiri. Kemudian, yang lain juga ikut berdiri untuk menyambut Celine. Mereka memperlakukan Celine bagai dia telah melakukan jasa besar saja.Sutini menggenggam tangan Celine, lalu berbicara dengan tersenyum, “Lembur lagi? Capek, nggak?”Selesai berbicara, dia berpesan kepada pembantu, “Bawakan satu mangkuk sup ayam ginseng yang sudah aku masak kepada Celine.”Aminah berkata dengan tersenyum, “Ibu, Celine itu sekretaris pribadinya Reza. Dia punya banyak asisten. Dia nggak bak
“Cih!” Tiba-tiba Cindy berdiri. Dia mengambil segelas jus, lalu menyiramnya ke wajah Stella. “Kamu memang nggak tahu malu!”“Ahh!” jerit Stella sambil mengelak.Reviana segera mengambil tisu untuk menyeka wajahnya. Dia lalu mengomel, “Cindy, kamu lagi ngapain?”Hani juga pergi menarik Cindy. “Cindy, apa kamu sudah gila?”Tobias pun sudah marah. “Kurang ajar! Apa kamu tidak punya sopan santun? Harun, gimana kamu didik anakmu?”Cindy mendorong Hani, lalu menatap Stella yang berlagak lugu. “Sonia nggak mungkin jiplak hasil desainmu! Sebenarnya aku nggak mau bilang, tapi karena kamu nggak tahu diri, aku juga nggak ingin merahasiakannya lagi!”Cindy menatap semua orang, lalu menjerit, “Kenyataannya adalah Stella sudah menjiplak hasil karya Sonia. Sekarang dia sudah dipecat dari Arkava Studio!”Semua orang terbengong, dan seluruh ruang makan menjadi hening dalam seketika.Stella menatap Cindy dengan kegugupan. “Kamu … kamu sembarangan bicara!”Celine pun berkata dengan mengerutkan keningnya,
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m