Saat Celine tiba di Kediaman Dikara, langit pun sudah gelap. Pembantu sedang menunggu di depan rumah. Melihat Celine menuruni mobil, dia segera menyambut kepulangan Celine. “Nona Celine, Bapak dan Ibu sedang menunggumu di dalam. Cepat masuk sana.”Celine mengenakan luaran berwarna krim dengan rambut bergelombang. Dia lalu berjalan ke dalam kediaman dengan terburu-buru.Lampu di dalam vila sangatlah terang. Tampak semua orang sedang berkumpul di dalam sana. Ketika melihat kepulangan Celine, Tobias dan Sutini duluan berdiri. Kemudian, yang lain juga ikut berdiri untuk menyambut Celine. Mereka memperlakukan Celine bagai dia telah melakukan jasa besar saja.Sutini menggenggam tangan Celine, lalu berbicara dengan tersenyum, “Lembur lagi? Capek, nggak?”Selesai berbicara, dia berpesan kepada pembantu, “Bawakan satu mangkuk sup ayam ginseng yang sudah aku masak kepada Celine.”Aminah berkata dengan tersenyum, “Ibu, Celine itu sekretaris pribadinya Reza. Dia punya banyak asisten. Dia nggak bak
“Cih!” Tiba-tiba Cindy berdiri. Dia mengambil segelas jus, lalu menyiramnya ke wajah Stella. “Kamu memang nggak tahu malu!”“Ahh!” jerit Stella sambil mengelak.Reviana segera mengambil tisu untuk menyeka wajahnya. Dia lalu mengomel, “Cindy, kamu lagi ngapain?”Hani juga pergi menarik Cindy. “Cindy, apa kamu sudah gila?”Tobias pun sudah marah. “Kurang ajar! Apa kamu tidak punya sopan santun? Harun, gimana kamu didik anakmu?”Cindy mendorong Hani, lalu menatap Stella yang berlagak lugu. “Sonia nggak mungkin jiplak hasil desainmu! Sebenarnya aku nggak mau bilang, tapi karena kamu nggak tahu diri, aku juga nggak ingin merahasiakannya lagi!”Cindy menatap semua orang, lalu menjerit, “Kenyataannya adalah Stella sudah menjiplak hasil karya Sonia. Sekarang dia sudah dipecat dari Arkava Studio!”Semua orang terbengong, dan seluruh ruang makan menjadi hening dalam seketika.Stella menatap Cindy dengan kegugupan. “Kamu … kamu sembarangan bicara!”Celine pun berkata dengan mengerutkan keningnya,
Ucapan Ferdi membuat Hendri semakin malu lagi. Semuanya juga hanya tersenyum, dan tidak berbicara lagi.Setelah hening selama beberapa saat, Celine berdiri dengan ekspresi muram. “Setiap kali kita semua berantem hanya gara-gara Sonia. Bisa nggak kita jangan ungkit nama dia lagi? Aku nggak ada waktu untuk dengar perdebatan kalian. Aku masih ada urusan. Aku pamit dulu!”Selesai berbicara, Celine pergi dengan membawa tasnya.Sutini lekas mengejar langkah Celine. “Celine, kamu pasti masih belum kenyang, ‘kan? Aku suruh pembantu untuk bawain kue kering untukmu.”Raut wajah Tobias semakin muram lagi. Dia mengomeli Hendri, “Kamu bahkan tidak bisa didik anakmu sendiri. Aku rasa kelak kamu tidak usah ikut campur dengan masalah bisnis keluarga lagi! Lain kali jangan bawa Stella atau Sonia ke sini! Bikin aku kesal saja!”Hendri semakin canggung saja.*Saat perjalanan pulang Harun dan keluarganya, mereka masih membahas masalah kericuhan malam hari tadi.Cindy juga malas mendengar perdebatan merek
Keesokan paginya, Reza sudah pergi. Sepertinya dia sedang sibuk dengan masalah akuisisi semalam.Sonia dijemput sopir Keluarga Dikara untuk pergi mengajar Tandy.Selesai bimbel, Tandy bertanya, “Aku sudah janjian sama temanku untuk main pingpong. Gimana kalau kamu ikut aku ke sana?”“Ngapain aku ke sana?” tanya Sonia sambil membereskan barang bawaannya.“Temanku panggil kakaknya untuk semangati dia. Dia bilang kakaknya cantik sekali. Jadi, aku nggak mau kalah!” Tandy mendengus.Sonia pun tertawa. “Aku juga bukan kakakmu!”“Kamu bisa menyamar untuk sementara waktu. Belakangan ini kakakku sibuk dan susah untuk dijumpai. Sepertinya dia lagi pacaran!”“Tebakanmu salah! Kakakmu lagi kerja paruh waktu. Dia lagi sibuk kerja.”Tandy mengerutkan keningnya. “Sebenarnya kamu mau pergi atau nggak?”“Pergi!” balas Sonia dengan langsung, “Tentu saja pergi, mana mungkin aku akan bikin kamu kalah!”Tandy tersenyum lebar. “Kamu memang setia kawan!”Sonia bertanya, “Aku pulang dulu. Kamu beri tahu aku a
Berhubung masih ada waktu, Sonia duluan kembali ke Imperial Garden, baru naik taksi ke balai olahraga.Sesampainya di sana, Sonia menghubungi Tandy, lalu menanyakan keberadaannya.Tandy memberi tahu Sonia untuk naik ke ruangan VIP di lantai tiga. Saat ini Tandy sedang bermain pingpong dengan temannya. Sementara, kakaknya si teman sedang bersorak menyemangati adiknya dari samping.Tak hanya kakaknya saja, dia juga membawa dua temannya. Mereka bertiga kelihatannya sekitar umur 16-17 tahun. Mereka mengangkat bendera kecil sambil bersorak. Tingkah mereka bagai sedang menghadiri acara perlombaan Olympics saja.Sonia pun sempat terbengong sejenak, baru melanjutkan langkahnya.“Kak!” Tandy sengaja menjerit, lalu segera berlari ke sisi Sonia dengan terengah-engah. “Kakak sudah datang!”“Minum air!” Sonia membuka tutup botol untuk Tandy. Dia lalu melanjutkan dengan ragu, “Apa aku juga perlu teriak slogan? Aku nggak bawa bendera.”Tandy yang sedang minum hampir saja tersedak. “Nggak usah, kampun
“Boy, kamu bawa dia ke tempat parkir!” pesan si lelaki dengan nada dingin. Kemudian, dia berkata kepada Sonia, “Jangan bermain trik dan jangan coba lapor polisi. Ada kamera tersembunyi di pakaian Boy. Kalau sampai kami menyadari kejanggalan dari dirimu, kami akan langsung bunuh adikmu!”Si lelaki bernama Boy mengenakan seragam pelatih. Dia berjalan pergi, lalu mengulurkan tangannya mulai meraba tubuh Sonia. Tatapannya pun mengintip bagian dada Sonia.Sonia langsung menepis tangan Boy, lalu mengeluarkan ponselnya. “Jangan lukai Tandy, dan jangan sentuh aku! Aku akan ikuti kemauan kalian!”Tangan yang ditepuk Sonia terasa sangat sakit. Boy langsung menonaktifkan ponselnya, lalu menatap Sonia dengan kesal. “Menarik! Ikuti aku!”Sonia memberi isyarat mata terhadap Tandy menyuruhnya untuk tidak khawatir. Kemudian, Sonia pergi bersama si Boy.Boy membawa Sonia masuk ke dalam mobil Audi. Orang yang sedang duduk menunggu di dalam mobil langsung mengikat kaki dan tangan Sonia, lalu menyumpal mu
Setelah mereka berjalan pergi, Sonia menyenggol-nyenggol tubuh Tandy, lalu duduk di sampingnya. Sonia mengisyaratkan Tandy untuk jangan membuang-buang tenaga lagi.Tandy melihat ke sisi Sonia. Dia mengerutkan keningnya, dan menggerakkan matanya.Mereka sudah bersama dalam waktu yang cukup panjang. Mereka cukup sehati. Jadi, Sonia mengerti apa maksud Tandy tadi. Dia memberi tahu Sonia, jangan takut, Paman Reza pasti akan menyelamatkan mereka!Sonia mengangguk dengan perlahan, lalu bersandar di dinding sambil menunggu dengan tenang.Sonia bukan sedang menunggu Reza, tapi sedang menunggu dalang di balik penculikan ini. Dia ingin tahu, sebenarnya siapa yang sudah merencanakan penculikan ini.Apa yang ingin mereka lakukan?*Reza sedang rapat saat menerima panggilan dari Robi. “Pak Reza, Tuan Tandy diculik sewaktu di balai olahraga!” Suara Robi terdengar dingin.Raut wajah Reza langsung berubah muram. Dia segera berjalan keluar. “Siapa pelakunya?”Semua petinggi di dalam ruang rapat bertuka
Pada waktu yang sama, rekaman CCTV di dalam gedung memperlihatkan dua orang petugas kebersihan berjalan keluar toilet dengan menarik sebuah tong sampah yang sangat besar. Tong sampah ditarik ke area parkiran. Kemudian, Tandy juga dilempar ke dalam mobil Audi tersebut.Setelah semuanya menaiki mobil, mobil Audi langsung melaju kencang meninggalkan balai olahraga.Awalnya rute mobil itu masih bisa dilacak. Namun, berhubung mobil Audi mengganti plat mobil. Mereka juga kesusahan untuk mencarinya lagi.Reza yang melihat rekaman CCTV itu terkaku di tempat. Dia terus menatap Sonia, lalu bertanya, “Gimana kondisi sekarang?”Robi menjawab, “Yose masih menyelidiki mobil itu!”“Utus dua orang lagi untuk menyelidikinya!” pesan Reza dengan ketus.“Baik!” balas Robi. Kemudian, dia segera mencari orang yang profesional dalam bidang teknologi. Mereka membantu Yose untuk menyortir semua mobil Audi hitam di seluruh kota!…Sore harinya, anggota kru lokasi syuting ada sedikit urusan ingin mencari Sonia.
Sonia tersenyum datar. “Ini bukan pertama kalinya aku menjalankan misi. Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan!”“Setiap misi itu berbeda. Kamu juga sudah lama tidak ke sana. Intinya, kamu mesti lebih waspada!” Suara Johan terdengar sesak. Dia menarik napas dalam-dalam. “Kalau kamu butuh bantuan, kamu mesti segera beri tahu aku. Aku akan langsung ke sana!”Frida mengulurkan tangannya. “Aku harap kali ini kita bertiga ada kesempatan untuk menjalankan misi bersama. Aku doakan kamu bisa kembali dengan selamat!”Sonia dan Johan juga menempelkan tangannya di atas punggung tangan Frida. Ketiga tangan saling bergenggaman dengan erat, seperti hubungan pertemanan mereka yang tidak bisa dihancurkan!…Setelah Johan dan Frida pergi, Sonia membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi. Pakaian ganti tadi malam ditaruh di kamar mandi. Pelayan akan mencucinya.Namun, kostum yang Sonia pesan secara mendadak itu agak merepotkan. Sonia memutuskan untuk mencucinya sendiri, mengeringkannya,
Keesokan harinya, Reza dan Sonia telah janjian di saat sarapan. Reza pergi ke perusahaan untuk mengurus sedikit pekerjaan. Dia akan kembali sebelum makan siang untuk mengantar Sonia ke rumah Aska. Kemudian, dia baru mengantar mereka berdua ke bandara.Sonia memberi tahu Reza. Pagi harinya dia kembali ke Gedung Anggrek untuk membereskan barang-barangnya. Dia juga berpesan kepada Reza untuk tidak mengkhawatirkannya dan bekerja dengan tenang!Sebelum berangkat kerja, Reza memeluk Sonia. “Setelah kamu kembali nanti, kita tinggal di sini saja!”Terdapat lebih banyak kenangan kebersamaan mereka di Imperial Garden. Kali ini, Sonia tidak bisa membantah, melainkan mengangguk dengan patuh. “Oke, aku dengar apa katamu!”“Kenapa kamu sepatuh ini?” Reza mencium telinganya. “Saking patuhnya, aku jadi tidak tega untuk melepaskanmu!”Sonia memeluk Reza sejenak. “Pergi kerja sana!”“Emm!” Reza menunduk, lalu mencium keningnya. Setelah itu, Reza pun meninggalkan rumah.Sonia terbengong melihat pintu ya
Sonia menggenggam erat tangan Reza. “Malam ini kita ke Imperial Garden saja!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia melirik Sonia sekilas. “Apa kamu ingin mengenang kembali?”Sonia berlagak tenang. “Iya, sejak aku kembali, aku belum pernah ke Imperial Garden!”Reza bertanya, “Bagaimana dengan kostum yang kamu pesan?”Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia malah melupakannya!“Kamu lupa?” Reza menatap Sonia dengan tatapan tidak berdaya dan manja. “Biar aku saja?”“Nggak usah. Aku pesan sekarang!” Sonia segera mengeluarkan ponselnya. Lebih baik Sonia pesan sendiri saja. Jika Reza yang memesan pakaian itu, bisa jadi bos toko akan mengira Reza membuka toko grosir!Saat Sonia sedang membuka foto, dia pun semakin syok hingga kedua mata terbelalak lebar.Reza mengintip sekilas, lalu menunjuk salah satu foto di atas. “Yang ini!”“Nggak mau!” Sonia langsung menolak. Kostum yang dipilih Reza malah lebih kekurangan bahan daripada yang diberikan Ranty.“Bukannya kamu bilang kamu akan turuti kemauanku?
Jemmy kembali ke ruang baca. Begitu memasuki ruangan, dia melihat Aska yang sedang menunjukkan ekspresi menyindir. Emosi Jemmy semakin meluap saja. “Penerus Keluarga Dikara memang tidak berguna!”Aska malah kelihatan gembira. “Siapa suruh kamu bersikeras ingin menemui mereka? Rasakan!”Jemmy menggeleng, lalu berkata dengan serius, “Temperamen Sonia terlalu tidak bagus. Dia tidak gampang dekat dengan orang yang tidak akrab dengannya. Tadinya aku berpikir apa ada salah paham di antara Keluarga Dikara terhadapnya, biar aku bisa menghangatkan hubungan mereka. Sonia tidak punya ibu sejak kecil. Mana mungkin dia tidak mengharapkan kasih sayang dari seorang ibu?”Namun ketika melihat Reviana yang arogan, Hendri yang takut terkena masalah, dan juga Tobias yang hanya mengutamakan keuntungan, Jemmy tahu harapannya tidak mungkin akan terkabulkan.Aska menatap Tobias dengan tatapan dingin. “Terkadang ada hal yang tidak bisa dipaksakan. Cukup kita saja yang menyayangi Sonia!”Lysa berkata dengan te
Ketika Reviana menyadari Tobias tidak berbicara lagi, dia pun buka suara untuk membantu, “Mungkin Tuan Jemmy tidak tahu. Keluarga Dikara sudah menghabiskan banyak dana dan tenaga dalam proyek Kota Kibau. Tadinya proyek itu berjalan lancar, tapi gara-gara ulah Sonia, kami pun terkena dampaknya. Keluarga Tamara tergolong sangat berkuasa di Kota Kibau. Kami yang berasal dari luar kota itu tentu tidak bisa mengalahkannya.”Kening Hendri spontan berkerut. Dia menarik ujung pakaian Reviana, menyuruhnya untuk jangan berbicara kebanyakan.Jemmy mengangkat kepalanya melihat ke sisi Reviana. Dia berkata tanpa gusar, “Apa kamu merasa masalah ini salah Sonia?”Reviana langsung membalas, “Tentu saja salah dia!”Ketika Tobias menyadari ada yang aneh dengan sikap Jemmy, dia langsung meneriaki Reviana, “Kamu nggak berhak untuk bicara di sini!”Raut wajah Reviana kelihatan sangat muram. Dia langsung bungkam.Kali ini, wajah Jemmy kelihatan dingin. “Kamu itu ibunya Sonia. Saat dia ditindas oleh Keluarga
Di luar gerbang, ketika mereka bertiga tahu kabar Jemmy bersedia menemui mereka, mereka merasa sangat syok dan juga gembira. Mereka bertiga bergegas mengikuti pelayan berjalan ke dalam rumah.Mereka juga tidak fokus dengan pemandangan di sekitar taman bunga, hanya terus mengikuti langkah si pelayan saja, menuju ke ruang baca.Sesampainya di depan pintu, si pelayan membuka pintu ruangan, kemudian berkata dengan hormat, “Tuan Jemmy, tamu sudah datang!”Jemmy duduk di sofa sembari meletakkan gelas teh. “Masuklah!”Ketiga anggota Keluarga Dikara berjalan ke dalam ruangan dengan penuh rasa hormat. Tobias berjalan di paling depan. Tobias yang mengenakan jas kelihatan sangat bugar. Hanya saja, dia masih kalah telak jika dibandingkan dengan wibawa Jemmy.Tobias mengulurkan tangan kanannya, lalu berkata dengan sopan, “Tuan Jemmy, aku dengar kabar kamu berkunjung ke Kota Jembara. Aku tidak berkesempatan untuk menyapamu ketika di acara resepsi pernikahan semalam. Jadi, hari ini kami sengaja datan
Juno berkata, “Masuklah! Dingin!”Baru saja Sonia membalikkan tubuhnya, tiba-tiba seorang pelayan berlari ke sisinya. “Nona Sonia!”Juno bertanya dengan datar, “Ada masalah apa?”Pelayan menjawab, “Di luar sana ada yang mengaku sebagai ayahnya Nona Sonia. Katanya, dia ingin bertemu sama Nona Sonia!”Raut wajah Sonia berubah datar. Anggota Keluarga Dikara masih menunggu di luar?Tadi Juno juga sudah melihatnya. Raut wajahnya masih kelihatan datar. “Kasih tahu mereka, Nona Sonia tidak akan bertemu mereka!”Pelayan segera mengiakan, lalu membalikkan tubuh.Juno melihat ke sisi Sonia. “Kelak jangan bertemu dengan anggota Keluarga Dikara lagi.”Sonia menunjukkan ekspresi lembut. “Aku mengerti.”“Ayo, pergi!”Juno merangkul pundak Sonia, lalu berjalan ke sisi taman bunga.Saat Sonia memasuki taman, tiba-tiba dia menerima sebuah pesan masuk. Dia membacanya, ternyata ada pesan masuk dari Melvin. Dia menghela napas ringan. Dia hampir saja melupakan Melvin!Melvin mengirim pesan.[ Sonia, masih a
Di dalam taman bunga, Devin sedang duduk di atas bangku panjang sembari merokok.Rose berjalan mendekatinya, lalu membungkus tubuh Devin dengan jasnya. “Kenapa kamu nggak pakai jasmu? Apa kamu nggak kedinginan?”“Ada matahari. Aku merasa cukup hangat.” Devin mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok.“Kenapa kamu nggak ngobrol di dalam? Malah keluar?” Rose bersandar di tubuh Devin. Dulu Rose paling tidak suka dengan bau rokok. Sekarang gara-gara Devin, dia pun mulai menyukai bau itu.Mungkin karena merintis pekerjaan terlalu banyak rintangan, Devin pun semakin sering merokok.Devin membalas, “Tuan Reza dan Tuan Matias tidak merokok. Mungkin mereka juga tidak suka dengan bau ini.”“Mereka semua merokok, kok!” ucap Rose.Tatapan Devin seketika berubah tajam. “Tadi mereka menolak rokok pemberianku. Sepertinya mereka tidak suka dengan rokokku.”Rose tertegun sejenak, lalu segera menjelaskan, “Bukan, dulu mereka memang merokok. Sekarang mungkin mereka lagi program anak, makanya ….”“Kamu
Sekarang teknik kecerdasan buatan yang dikuasai Herdian Group boleh dikatakan terdepan di seluruh dunia, juga telah memonopoli pasar. Seandainya ada yang ingin mendapatkan keuntungan dari bidang ini, mereka pun mesti menjalin hubungan baik dengan Herdian Group.Ekspresi Reza kelihatan lembut. Tidak kelihatan ekspresi spesial lainnya. “Bakal ada kesempatan.”Saat mereka sedang mengobrol, beberapa kali Devin tidak bisa berbaur dalam perbincangan mereka. Dia pun mencari alasan untuk pergi, lalu berjalan pergi melalui pintu samping taman bunga.Rose sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika menyadari Devin berjalan pergi, dia segera mengambil jas Devin, kemudian mengikuti langkah Devin.Ranty melihat bayangan punggung mereka berdua sembari mengunyah kacang. “Si Devin itu nggak pantas untuk bersama Rose.”“Emm?” Sonia memilih permen. Usai mendengar, dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Sonia jarang bertemu dengan Devin. Hanya saja, di mata Sonia, Devin adalah seorang pria yang ambisius da