Selesai berbicara, Kelly langsung mengejar langkah Sonia.Frida juga ikut berdiri. Hanya saja, dia tidak berbicara apa-apa. Frida hanya mengambil jaket dan kunci mobilnya, lalu berjalan keluar ruangan.Melihat bayangan punggung Frida, Johan pun merasa ragu. Pada akhirnya, dia tidak mengikuti langkah Frida.Jason pun tersenyum. “Kalau begitu, malam ini sampai di sini saja!”Tiba-tiba Gina mengambil sebotol anggur, lalu meneguknya. Johan segera menghalangi Gina. “Kak Gina!”Sementara, yang lain juga spontan mengerumuni Gina, mencoba untuk membujuknya.Raut wajah Gina terlihat pucat, dan tampak air mata berlinang di dalam matanya. Dia pun berkata dengan sedih, “Apa salahku? Hanya sebuah permainan saja, ‘kan? Apa perlu dia melindungi Sonia dan mempermalukanku?”Jason menoleh untuk melirik Gina sekilas. Dia lalu berpesan kepada Johan, “Antar Gina pulang.”Gina menggeleng. “Nggak usah, aku ingin sendirian. Kalian pergi sana!”“Aku temani kamu!” Johan segera membalas, lalu memalingkan kepalan
Setelah Kelly pergi, pintu lift ditutup, dan lift lanjut bergerak ke lantai atas.Reza menundukkan kepalanya, dan tidak berbicara apa-apa. Entah apa yang sedang dipikirkannya.Setelah tiba di rumah, Sonia membuka pintu, lalu mereka berdua melepaskan sepatu. Keduanya berjalan ke dalam ruang tamu dengan terdiam. Sonia sedang berjalan di depan. Tiba-tiba terdengar suara lelaki dari belakang. “Sonia.”Sonia spontan memalingkan kepalanya, dan tampak ekspresi gugup di wajah si lelaki. Sonia pun merasa terkejut.Reza menatap Sonia, lalu berkata dengan perlahan, “Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Gina. Kamu percaya sama aku.”Kali ini Sonia sungguh terkejut. Ternyata mereka diam di sepanjang perjalanan karena mereka berdua merasa tegang.Sonia berjalan mendekat, lalu memeluk pinggang si lelaki. “Aku tahu, aku hanya merasa agak menyesal.”Sekujur tubuh Reza spontan menegang. Dia mengerutkan keningnya, lalu berkata, “Kenapa menyesal? Kalau kamu berani mengalah, dan kasih aku kepada orang lai
Frida melirik Johan sekilas. “Kenapa kamu nggak pulang?”Johan membalas dengan ekspresi muram. “Aku berantem sama ibuku!”Kali ini, Frida mendengus. “Kamu bawa mobil? Apa kamu nggak tahu kamu sudah minum alkohol?”Johan terbengong dan merasa agak terharu. “Frida, rupanya kamu perhatian sama aku!”“Perhatian kepalamu! Kalau kamu nabrak orang, bukannya orang itu akan sangat kasihan!” balas Frida dengan memelototi Johan sekilas.Johan terdiam membisu. Beberapa saat kemudian, dia baru bersuara dengan memelototi Frida. “Frida, hatiku penat sekali. Bisa nggak kamu jangan omeli aku lagi?”Frida mendengus. “Penat gara-gara Gina? Itu kan kamu cari sendiri. Jangan harap aku akan menghiburmu.”Johan memasang wajah cemberut. “Aku tahu kamu akrab sama Sonia, tapi Kak Gina sangat amat suka sama Kak Reza!”“Apa gunanya suka? Yang disukai Reza itu Sonia. Kalau setiap orang harus mendapatkan apa yang disukainya, bukankah dunia ini akan kacau balau?!” ucap Frida dengan ekspresi datar.Bukan semua keingi
Frida menjawab dengan santai, “Nggak pernah!”Kemudian, Frida menatap Johan. “Memangnya kamu pernah ciuman?”Johan langsung bersikap angkuh. “Tentu saja, entah sudah berapa kali!”Suara Frida terdengar agak datar. “Sepertinya kamu cukup berpengalaman.”“Tentu saja!” Johan yang mabuk itu menyipitkan matanya. “Gimana kalau aku ajari kamu? Aku rela berkorban.”Frida spontan memalingkan kepalanya untuk menatap kedua mata Johan. Dia berdiri, lalu duduk di hadapan Johan dengan kedua tangan menindih di atas sofa. “Ayo!” Nada bicara Frida terdengar agak menantang.Kedua mata Johan langsung terbelalak. Pikirannya agak kacau sekarang. “Kamu serius?”Frida mencondongkan tubuhnya mendekatkan jarak kedua orang. Nada bicaranya terdengar agak tinggi. “Nggak berani?”“Kata siapa aku nggak berani!” Johan menatap wajah indah dan dingin si wanita. Dia menelan air liurnya, lalu meraih pakaian di depan dadanya, mulai mencium bibir Frida.Johan yang sedang mabuk itu terlihat semakin tampan lagi. Bulu mata l
Pada hari Senin.Sonia pergi ke studio untuk membahas sedikit urusan dengan Mandy. Sore harinya, dia baru pergi ke lokasi syuting.Kehadiran Sonia membuat Darren merasa sangat gembira. Dia mencocokkan pekerjaan untuk beberapa hari ke depan. Kemudian, dia menyerahkan sekotak cokelat dengan gembira. “Tadi siang, Tuan Jivan datang lagi dan beliin banyak cokelat. Ini aku sengaja simpan untuk kamu.”Demi mendapatkan Siska, Jivan terus berkunjung ke lokasi syuting, dan membelikan banyak makanan dan minuman lezat. Siska pun merasa semakin terpandang.Sonia menolak dengan halus, “Terima kasih, tapi nggak usah. Pacarku nggak suka aku makan yang manis-manis.”Darren terbengong sejenak. Dia paham sebenarnya Sonia sedang memberitahunya bahwa dirinya sudah punya pacar. Hanya saja, Darren merasa agak kecewa. Dia pun bertanya dengan senyum canggung, “Kamu sudah punya pacar? Teman kuliahmu?”“Bukan!” Sonia tersenyum santai. Hanya saja, dia tidak bersedia untuk berbicara banyak. “Aku sudah dua hari ngg
Gina melirik Sonia dengan tatapan tajam. Dia merasa wanita di hadapannya ini terlalu tenang. Sikap tenang ini tidak seharusnya dimiliki oleh wanita seumurannya.“Sonia, mungkin kamu nggak tahu, Reza … dia pernah menikah.”Sonia tidak terkejut seperti yang dibayangkan Gina. Dia malah menjawab dengan acuh tak acuh, “Aku tahu!”Malah Gina yang terkejut. Dia kembali berkata, “Kamu pasti nggak tahu kenapa dia bisa menikah?”Sonia menatap Gina dengan penasaran. Jangan-jangan bukan karena perjanjian dengan Keluarga Dikara, melainkan karena alasan lain?“Kenapa?”Gina membalas dengan perlahan, “Aku sudah kenal Reza, Jason, dan Johan sejak umur 5 tahun. Boleh dikatakan kita besar bersama. Sewaktu aku kuliah, kami sudah saling menyukai satu sama lain, tapi nggak ada yang mengutarakan perasaan. Waktu itu, aku masih terlalu kecil. Aku hanya menyukai perasaan dilindungi dan disayang oleh Reza. Kemudian, empat tahun lalu saat aku tamat kuliah, tiba-tiba Reza melamarku.”Sonia terkejut. Reza pernah m
Selesai berbicara, Gina langsung berdiri dan berjalan pergi tanpa menoleh sama sekali. Dia hanya berkata, “Aku sudah bayar. Kamu bisa renungkan ucapanku!…Sonia berdiri, lalu berjalan ke depan jendela menatap hujan di luar sana. Pelayan kafe memayungi Gina ke dalam mobil. Dia sedang mengenakan masker. Jadi, Sonia tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Setelah memasuki mobil, mobil pun melaju pergi.Empat tahun silam?Waktu itu adalah pernikahannya dengan Reza. Ternyata waktu itu Reza sedang berencana untuk melamar wanita lain. Sayangnya, Reza malah ditolak dan jatuh ke dalam tangannya.Apa Reza benar-benar menyetujui pernikahan itu gara-gara ingin membuat Gina emosi?Tiba-tiba ponsel Sonia berdering. Sonia melihatnya sekilas, lalu mengangkat panggilan.Suara Reza terdengar sangat lembut. “Sudah selesai kerja? Lagi hujan, nanti aku jemput kamu saja.”Sonia membalas, “Emm, aku akan kirim titik lokasiku.”“Kamu nggak lagi di lokasi syuting?”“Nggak, aku lagi di luar.”“Emm, kirim lokas
Reza terdiam beberapa saat, lalu berbicara dengan santai, “Kami sudah bersama sejak kecil. Dia sering main ke rumahku. Ibuku selalu bercanda ingin dia jadi menantunya. Mungkin karena aku sering dengar ucapan itu, aku pun mengira kami pasti akan bersama. Tapi kami nggak pernah bahas masalah hubungan kami. Selanjutnya, ayahku ingin aku menikah dengan putri dari Keluarga Dikara. Aku nggak bersedia. Jadi aku melamar Gina di saat dia tamat kuliah.”“Waktu itu aku mengira seandainya aku bisa menikah dengan Gina, ayahku pasti nggak bakal paksa aku untuk menikahi putri Keluarga Dikara! Tapi dia malah nolak aku! Aku juga nggak salahin dia, soalnya aku agak gegabah waktu itu.”Sonia akhirnya mengerti kronologis cerita!Ternyata Reza bisa melamar Gina demi menentang pernikahannya dengan Keluarga Dikara ….Setelah dipikir-pikir, perbedaan kedua versi cerita ini sangatlah jauh.Sonia pun merasa terhibur.Reza tidak mendengar balasan Sonia. Dia pun merasa gugup langsung mencubit dagu Sonia memaksany
Regan menunduk dengan panik, lalu menjelaskan dengan suara kecil, “Setelah datang ke sini, hidup kita sudah nggak ada pilihan lagi. Kalau aku tidak bermanfaat sama sekali, aku pun sudah dibunuh ketika membantu Hallie untuk menyelamatkanmu.”Sonia mengangguk. Kali ini, dia tidak mengatakan apa pun, langsung meninggalkan kamar.Setiap orang memiliki pengalaman hidup dan pilihan masing-masing. Tidak ada orang yang bisa benar-benar merasakan pengalaman hidup orang lain, juga tidak bisa menilai benar atau salahnya pilihan hidup orang lain!Tiba-tiba Regan berkata, “Nona Sonia, aku harap kamu tidak beri tahu masalah ini kepada Hallie. Biarkan dia mengira aku serakah dan sudah mengecewakannya.”Sonia berucap, “Oke, aku akan bantu kamu rahasiakan masalah ini!”Tatapan Sonia kelihatan berkilauan. “Aku sungguh berterima kasih karena sudah menyelamatkanku. Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa mencariku kapan saja!”Ekspresi Regan kelihatan sedikit linglung. Dia mengangguk dengan perlahan. “Aku t
Pohon Natal setinggi belasan meter kelihatan berkilauan di tengah istana. Rayden menyuruh pelayannya untuk menggantung hadiah berupa emas, perak asli, dan perhiasan lainnya di bagian teratas. Ada banyak orang ingin memanjat ke bagian teratas untuk merebut berlian sepuluh karat itu. Mereka semua saling memukul, tidak sedikit orang terjatuh dari paling atas.Ketika Sonia dan Theresia melewati, mereka melihat ada yang terjatuh hingga muntah darah, tetapi tidak ada yang menyelamatkan mereka. Mereka malah diinjak oleh yang lain demi bisa memanjat ke atas.Theresia berkata dengan tersenyum, “Orang-orang di sini bagai nggak punya arwah saja.”Hanya ada rasa serakah di diri mereka.Sonia berucap, “Apa kamu nggak merasa Rayden sengaja memperbesar rasa serakah mereka?”Theresia mengangkat-angkat alisnya. “Memang begitu. Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?”Sonia menggeleng. “Aku hanya merasa orang itu aneh sekali!”Malam hari ini, Rayden melakukan jamuan. Bondala dan Kase diundang. Sonia dan
Sonia memutar bola matanya. Angin sepoi-sepoi mengembus rambut di samping telinga Sonia. Rambut itu melayang ke pipi putih mulus Sonia. Kelembutannya sungguh meluluhkan hati orang-orang yang melihatnya.Pada saat ini, Sonia menggigit bibirnya sembari tersenyum. “Kalau nggak, kamu cari dia untuk bahas soal energi terbarukan.”Reza tersenyum dingin. “Aku lebih ingin bahas soal papan nama Suki di altar persembahan kediamannya!”Sonia menarik napas dalam-dalam. “Kamu sudah tahu?”Reza menyipitkan matanya. “Ternyata kamu juga tahu! Kamu beri tahu dia kalau kamu itu Suki?”Sonia segera menggeleng. “Nggak!”Suki sudah “meninggal”. Sonia tidak mungkin mengungkitnya terhadap siapa pun!Tatapan Reza masih kelihatan dingin. “Sebelumnya kalian sudah saling kenal? Apa kalian punya hubungan dekat sewaktu di medan perang?”Sonia berpikir sejenak. “Jujur saja, sebelum bertemu dengan dia, aku sama sekali nggak mengingatnya.”“Bagaimana setelah bertemu dengannya? Ketika melihat dia membangun altar untuk
Kase berkata dengan serius, “Banyak sekali pekerjaanku, contohnya mesti menghadapi wajah muram si Rayden setiap hari.”Sonia terdiam membisu. Ketika melihat wajah Kase, tiba-tiba Sonia kepikiran dengan sosok Melvin.Tidak! Melvin jauh lebih imut daripada Kase!…Sore harinya, Sonia menghubungi Johan dan Frida. Dia menyuruh mereka untuk tetap tinggal di Hondura dan jangan bertindak gegabah. Sonia sudah menemukan sasarannya. Dia akan mulai menyusun rencana pembunuhannya. Kemudian, dia akan mengutus orang untuk memasukkan Firda dan Johan ke dalam Istana Fers.[ Eka: Bos, apa Kak Reza marah sekali? Dia tidak persulit kamu, ‘kan? ][ Ariel: Kamu lagi mencemaskan Bos? Tapi kenapa sekarang kamu kelihatan sangat bersemangat? Apa maksudmu? ][ Eka: Kenapa kamu membongkarku? ][ Ariel: Aku hanya nggak berharap Bos dikelabui saja! ]Tidak ada lagi yang bersuara. Beberapa menit kemudian, Eka baru mengirim pesan lagi.[ Kita bahas soal serius dulu! Bos, bagaimana dengan sasaran kita? ][ Sonia: Sed
Kaki panjang Reza menindih Sonia. Lengannya menopang di samping wajah si wanita. Dia memberi ciuman hangat dan membara kepada Sonia. Saking lamanya ciuman yang diberikan Reza, sekujur tubuh Sonia terasa lemas. Dia mengangkat tangannya untuk menahan wajah Reza, menggigit bibirnya dengan perlahan dengan mata berlinang air mata.“Reza, pergilah! Tinggalkan Istana Fers! Kamu bisa tunggu aku di Hondura. Setelah misiku selesai, aku akan pergi mencarimu.”Lantai B12 itu bukanlah tempat yang sederhana. Demi menghalangi kepergian Tensiro, Rayden pasti bukan hanya mengandalkan bujukan dan iming-iming.Begitu senjata gelombang mikro diaktifkan, seluruh Istana Fers akan berubah menjadi puing-puing.Sonia memiliki firasat kuat jika Rayden benar-benar diprovokasi, dia akan melakukan tindakan yang sangat gila. Ini adalah misi yang dijalankan Sonia. Dia juga tidak berharap gara-gara dirinya, semuanya akan terjebak dalam bahaya.Reza menyandarkan dagunya di atas kening Sonia, seolah-olah dia tahu apa
Tidak lama kemudian, Rayden menyadari Bondala sedang menatapnya. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu menyuruh Winston untuk mempersiapkan data energi terbarukan.Tatapan Reza menjadi suram, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.…Saat kembali ke vila tempat tinggal sementara Reza, Theresia menutupi pintu. Nada bicaranya seketika menjadi santai. “Mau minum apa? Gimana kalau alkohol?”“Tidak usah, cukup air saja!” ucap Sonia dengan suara lembut.“Kalau begitu, kopi saja, deh. Rayden suruh anggotanya untuk antar biji kopi berkualitas tinggi. Aromanya cukup wangi!” Theresia berjalan ke depan meja, lalu mulai membuatkan kopi untuk Sonia.Sonia duduk di kursi tinggi depan meja bar sembari menatap Theresia yang sedang menimbang biji kopi dan menggilingnya. Gerakannya kelihatan sangat santai dan elegan.Saat pertama kali bertemu, kesan Sonia terhadap Theresia sangat bagus. Pada saat itu, dia kira Theresia adalah temannya Ranty.Saat bertemu kali ini, dia baru menyadari sebenarnya semua
Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa
Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba
Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau