Gina melirik Sonia dengan tatapan tajam. Dia merasa wanita di hadapannya ini terlalu tenang. Sikap tenang ini tidak seharusnya dimiliki oleh wanita seumurannya.“Sonia, mungkin kamu nggak tahu, Reza … dia pernah menikah.”Sonia tidak terkejut seperti yang dibayangkan Gina. Dia malah menjawab dengan acuh tak acuh, “Aku tahu!”Malah Gina yang terkejut. Dia kembali berkata, “Kamu pasti nggak tahu kenapa dia bisa menikah?”Sonia menatap Gina dengan penasaran. Jangan-jangan bukan karena perjanjian dengan Keluarga Dikara, melainkan karena alasan lain?“Kenapa?”Gina membalas dengan perlahan, “Aku sudah kenal Reza, Jason, dan Johan sejak umur 5 tahun. Boleh dikatakan kita besar bersama. Sewaktu aku kuliah, kami sudah saling menyukai satu sama lain, tapi nggak ada yang mengutarakan perasaan. Waktu itu, aku masih terlalu kecil. Aku hanya menyukai perasaan dilindungi dan disayang oleh Reza. Kemudian, empat tahun lalu saat aku tamat kuliah, tiba-tiba Reza melamarku.”Sonia terkejut. Reza pernah m
Selesai berbicara, Gina langsung berdiri dan berjalan pergi tanpa menoleh sama sekali. Dia hanya berkata, “Aku sudah bayar. Kamu bisa renungkan ucapanku!…Sonia berdiri, lalu berjalan ke depan jendela menatap hujan di luar sana. Pelayan kafe memayungi Gina ke dalam mobil. Dia sedang mengenakan masker. Jadi, Sonia tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Setelah memasuki mobil, mobil pun melaju pergi.Empat tahun silam?Waktu itu adalah pernikahannya dengan Reza. Ternyata waktu itu Reza sedang berencana untuk melamar wanita lain. Sayangnya, Reza malah ditolak dan jatuh ke dalam tangannya.Apa Reza benar-benar menyetujui pernikahan itu gara-gara ingin membuat Gina emosi?Tiba-tiba ponsel Sonia berdering. Sonia melihatnya sekilas, lalu mengangkat panggilan.Suara Reza terdengar sangat lembut. “Sudah selesai kerja? Lagi hujan, nanti aku jemput kamu saja.”Sonia membalas, “Emm, aku akan kirim titik lokasiku.”“Kamu nggak lagi di lokasi syuting?”“Nggak, aku lagi di luar.”“Emm, kirim lokas
Reza terdiam beberapa saat, lalu berbicara dengan santai, “Kami sudah bersama sejak kecil. Dia sering main ke rumahku. Ibuku selalu bercanda ingin dia jadi menantunya. Mungkin karena aku sering dengar ucapan itu, aku pun mengira kami pasti akan bersama. Tapi kami nggak pernah bahas masalah hubungan kami. Selanjutnya, ayahku ingin aku menikah dengan putri dari Keluarga Dikara. Aku nggak bersedia. Jadi aku melamar Gina di saat dia tamat kuliah.”“Waktu itu aku mengira seandainya aku bisa menikah dengan Gina, ayahku pasti nggak bakal paksa aku untuk menikahi putri Keluarga Dikara! Tapi dia malah nolak aku! Aku juga nggak salahin dia, soalnya aku agak gegabah waktu itu.”Sonia akhirnya mengerti kronologis cerita!Ternyata Reza bisa melamar Gina demi menentang pernikahannya dengan Keluarga Dikara ….Setelah dipikir-pikir, perbedaan kedua versi cerita ini sangatlah jauh.Sonia pun merasa terhibur.Reza tidak mendengar balasan Sonia. Dia pun merasa gugup langsung mencubit dagu Sonia memaksany
Reza memasukkan Sonia ke dalam pelukannya, lalu mencium keningnya. “Sayang, kenapa kamu baik sekali?”“Kalau aku nggak baik, apa kamu bakal suka sama aku?” tanya Sonia dengan mengerutkan keningnya.Reza tersenyum, lalu membalas dengan lembut, “Aku malah berharap kamu nggak sebaik ini sama aku. Jadi, aku bisa nggak begitu suka sama kamu. Nggak seperti sekarang, aku merasa aku bagai kerasukan saja.”Ucapan gombal Reza datang terlalu mendadak. Sonia yang bersandar di dalam pelukan Reza pun tersenyum lebar, lalu berkata, “Tuan Reza, bisa nggak ucapan seperti ini dikatakan ketika cuma kita berdua saja?”Reza tersenyum, lalu berbisik di samping telinga Sonia, “Robi itu transparan. Aku anggap saja dia lagi nggak ada di sini.”“Apa Robi sudah punya pacar?”“Belum, dia bilang dia sudah cukup untuk lihat kemesraan kita berdua.”Sonia tersenyum menyandarkan kepalanya di atas dada Reza.Sementara itu, Robi yang sedang menonton kemesraan mereka berdua itu terdiam membisu.Robi berlagak tidak menden
Gina merasa terpukul, dan pikirannya seketika menjadi kosong. Dia menggigit bibir bawahnya, dan mulai menunjukkan kegugupannya. “Reza, apa kamu nggak merasa kamu terlalu sadis? Kamu melamar aku, lalu bikin aku jatuh cinta sama kamu selama beberapa tahun ini. Sekarang kamu malah beri tahu aku kalau kamu sudah jatuh cinta sama cewek lain?!”Reza berkata, “Maaf, aku juga nggak bisa kontrol perasaanku sendiri!”Empat tahun silam, setelah Reza ditolak oleh Gina, dia pun tidak lagi memikirkan masalah hubungan antar lelaki dan perempuan. Selama beberapa tahun ini, Reza juga sangat sibuk di luar negeri. Saking sibuknya, dia bahan melupakan dirinya sudah beristri.Setelah pulang dari luar negeri, Reza juga tidak menyangka bakal ada yang bisa menggerakkan hatinya. Akhirnya Reza mengerti perasaannya terhadap Gina dan Sonia itu berbeda.Gina memalingkan kepalanya membiarkan air mata terus membasahi wajahnya. Dia tidak menyeka, dan hanya duduk tegak saja.Setelah terdiam selama beberapa saat, Gina
Setelah Reza kembali ke Imperial Garden, dia pun menghubungi Sonia. Ternyata Sonia sedang berada di tempat Kelly. Jadi, Reza pun langsung pergi ke lantai 30.Kebetulan Jason juga sedang di sana. Dia pun mengerutkan keningnya ketika melihat Reza memasuki rumah. “Kamu malah suruh Sonia pulang sendirian dalam cuaca seperti ini. Apa kamu ingin dihukum?”Reza tersenyum. “Sewaktu Kelly nggak tinggal di sini, sepertinya kamu juga nggak serajin ini. Begitu Kelly pindah, kamu malah sering main ke sini. Apa maksudmu?”Jason mengernyitkan keningnya. “Jangan bercanda! Jangan sampai semuanya salah paham!”Reza tersenyum. “Kamu duluan!”“Pak Reza, Tuan Reza, semua ini salahku, oke?”Saat mereka berdua sedang berbicara, Sonia berjalan keluar dapur, dan kedua matanya langsung berbinar-binar ketika melihat keberadaan Reza. “Kamu sudah pulang?”“Emm, masak apa? Perlu bantuanku?” Reza melepaskan jas, lalu berjalan ke dapur.“Nggak usah, sudah hampir selesai, kok. Kamu cuci tangan saja!” Sonia juga ikut k
Saat hari sudah hampir subuh, Reza membasuh tubuhnya dan juga tubuh Sonia. Kemudian, dia menggendong Sonia kembali ke atas ranjang, memasukkannya ke dalam pelukannya.“Aku sudah bilang sama Gina, cewek yang aku suka itu kamu.” Reza memeluk Sonia sambil berbisik di samping telinganya.Sonia membuka sedikit matanya. Dia terlihat capek, hanya saja tatapannya masih terlihat lembut.Setelah Reza pergi tadi, Sonia juga sudah berpikir dengan kepala dingin. Jika Gina membongkar hubungannya dengan Reza kepada anggota Keluarga Herdian, dia pun akan memberi tahu semuanya kepada Reza.Kelak tak peduli apa pun yang terjadi, Sonia akan menghadapinya dengan optimis.“Kenapa kamu nggak bicara?” Reza menempel di punggung Sonia, lalu mengecup telinganya.Suara angin kencang dan hujan deras membuat Sonia gelisah. Dia menyandarkan diri ke dalam pelukan si lelaki, lalu berbicara dengan suara kecil, “Reza, apa kamu kepikiran untuk nikah?”Ini adalah kedua kalinya Sonia menanyakan masalah ini.Sonia tahu Rez
Posisi Jason sedang membelakangi jendela. Jadi, dia menyadari ada yang masuk ke ruangannya. Dia spontan merasa kaget menghentikan aksinya sambil menatap Kelly.Wanita yang berada di dalam pelukan Jason berbadan tinggi dan bahenol. Dia memalingkan kepalanya, dan berbicara dengan kesal, “Nggak tahu aturan, ya? Masuk tanpa ketuk pintu. Dasar nggak tahu diri!”Wajah Kelly spontan merona. Dia segera meminta maaf, dan menjelaskan dengan terbata-bata, “Maaf, tadi … aku sudah ketuk pintu. Aku kira ada asistennya Pak Jason di dalam …. Aku nggak tahu Pak Jason sudah selesai rapat. Maaf!”Selesai berbicara, Kelly langsung berjalan pergi.Kelly sungguh tidak tahu kalau Jason sedang berada di dalam ruangan. Bukannya asistennya Jason mengatakan kalau dia sedang rapat?“Sebentar!” Belum sempat Kelly berjalan keluar pintu, tiba-tiba Jason bersuara, “Kamu datang untuk antar dokumen? Bawa kemari!”Jason mendorong wanita di hadapannya, lalu berbicara dengan lembut, “Tunggu aku sebentar!”“Jangan lama-lam
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m