Ponsel yang diletakkan Sonia di atas kursi, tiba-tiba menyala. Di atasnya, masuk sebuah pesan WhatsApp dari Ranty, “Sayang, kamu dijemput sama Reza, yah? Selamat bersenang-senang.”Akan tetapi tidak ada orang yang memedulikannya, sehingga layar ponsel Sonia pun dengan cepat kembali menjadi gelap.Mobil yang mereka kendarai memasuki perkotaan dengan cepat. Setengah jam kemudian, mobil itu pun memasuki parkir bawah tanah dari Imperial Garden. Reza memeluk Sonia turun dari mobil dan langsung menaiki lift.Setelah sampai di atas dan masuk ke dalam rumah, tanpa sempat menyalakan lampu, Reza langsung meletakkan perempuan itu di atas meja bar dan kembali menciumnya. Ciuman membara milik pria itu menyebar, dari samping wajahnya hingga ke bawah telinga Sonia. Tiba-tiba saja pria itu bertanya dan mengeluarkan suaranya yang memikat, “Apa yang kamu bicarakan dengan Siska?”Sonia menarik napas dalam-dalam, mencoba kembali mengingat-ingat pembicaraan mereka dan berkata dengan pelan, “Dia tanya apak
Keesokan harinya, ketika Sonia bangun, hari sudah terang. Reza tidak ada dan dia sendirian di tempat tidur.Ketika dia turun dari tempat tidur untuk mencari pakaiannya, pahanya bergetar. Dia hampir terjatuh. Dia menghela napas, merasa seolah telah kembali ke masa di mana dia mengikuti pelatihan intensif.Dia mengira Reza sudah pergi, jadi dia membuka pintu dan keluar dari kamar. Namun, dia melihat pria itu duduk di kursi yang ada di balkon dengan secangkir kopi di tangan, sambil melihat komputernya.Reza berpakaian kasual, terlihat tampan dan berwibawa seperti biasa, bahkan lebih energik dari kemarin.Reza mendengar suara dan menoleh. Sonia pun menyapa sambil tersenyum, “Selamat pagi, Pak Reza!”Setelah dia mengatakan itu, dia baru menyadari bahwa suaranya agak serak. Tiba-tiba, telinganya terasa panas. Dia pun berhenti tersenyum karena malu.Ekspresi Reza normal, seolah tidak menyadari rasa malu yang Sonia rasakan. Dia berkata dengan lembut, “Aku sudah pesan sarapan. Kamu mandi dulu,
Hana tampak canggung. Dia berkata sambil mencibir, “Dulu aku selalu dapat nasihat dari Tante setiap ada kesulitan, jadi aku ingin menanyakan pendapatnya juga kali ini.”Tandy berkata dengan acuh tak acuh, “Lalu nanti kalau kamu mau menikah, apa kamu masih akan bertanya pada nenekku?”Hana tersipu dan melirik Reza dari ujung matanya, lalu berkata, “Tentu saja!”Tandy menghela napas, “Kalau begitu, hati-hati saja. Nenekku paling suka orang yang bermain biola di bawah jembatan. Bisa jadi kamu akan dijodohkan dengan orang itu.”Hana, “....”Sonia menahan senyum dan memasukkan sayuran ke mulutnya.Reza sekilas tersenyum kecil, lalu berpura-pura marah, “Anak kecil nggak boleh bicara waktu makan.”Ekspresi di wajah mereka semua berbeda-beda, tetapi hanya ekspresi Hana yang paling masam.Setelah hening sejenak, Hana berbicara lagi. Kali ini, dia hanya berbicara dengan Reza, “Reza, temanku membuka klub malam. Aku sudah pernah pergi ke sana dan dekorasinya cukup bagus. Gimana kalau kita ke sana
Cuaca di Jembara sudah mulai memanas di bulan Mei. Semester akan segera berakhir dan mahasiswa di Jembara University semakin sibuk.Siswa semester akhir sibuk mencari pekerjaan, mempersiapkan diri untuk sidang skripsi dan sibuk mengucapkan selamat tinggal, sedangkan Sonia dan teman-temannya juga sibuk mempersiapkan diri untuk ujian dan magang.Pada Kamis malam, kelas Sonia akan mengadakan pesta. Hari itu adalah hari ulang tahun ketua kelas mereka dan kebetulan adalah saat yang tepat bagi semua orang untuk bersantai dan menghilangkan stress yang timbul karena belajar akhir-akhir ini.Saat makan siang, Yeni bertanya kepada Sonia apakah dia akan pergi malam ini?Dia berkata dengan bersemangat, “Kali ini ketua kelas kita yang traktir. Tempat kumpul kita malam ini di Kasen. Aku nggak pernah pergi ke Kasen, jadi aku harus pergi.”Sonia memasukkan cabai ke dalam mie dengan menggunakan sendok dan berkata pelan, “Aku nggak pergi.”“Setiap kali ada acara kelas, kamu selalu nggak ikut. Aku tahu k
Wanita itu memandang Yeni. Matanya merah dan air mata mengalir turun di wajahnya, seolah-olah dia yang di-bully.Beberapa orang di sekitar datang untuk melerai pertengkaran, menarik Yeni, dan menghibur teman perempuan mereka yang menangis itu.Sonia memegang tangan Yeni dan berbisik, “Duduklah, jangan bersikap impulsif.”Yeni mendengus dingin, “Aku sangat muak dengan perempuan gatal yang sok baik.”Wanita yang menangis itu pergi. Teman-teman lainnya membujuk Yeni, “Vero kalau bicara memang begitu. Sonia jangan diambil ke hati, ya. Yeni, kamu juga jangan marah lagi!”Sonia terlihat tidak terganggu dengan hal itu, lalu menyuruh Yeni untuk lanjut bermain dengan yang lainnya dan jangan sampai hal ini memengaruhi suasana hatinya.Semua orang membuat suasana di tempat itu kembali hidup dan bersiap apa yang barusan terjadi hanyalah hal yang tidak penting.Untungnya, ruangan itu sangat ramai dan terbagi menjadi beberapa kumpulan, sehingga orang-orang lain tidak menyadari apa yang terjadi di si
Reza melirik pria itu dan berkata, “Jangan jadi pengecut. Kamu juga bisa.”Jason menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, lalu menghela nafas, “Aku sudah tua, sudah aku kehilangan sikap impulsif yang kumiliki ketika masih muda dulu. Kadang-kadang, ketika aku melihat wanita di tempat tidur, aku merasa mereka semua sama.”Reza berkata dengan tenang, “Harganya kan beda!”Jason tertawa keras.Setelah kedua orang itu pergi, perhatian Andre kembali tertuju pada Sonia, “Bagaimana perasaanmu melihat aku dan Melia jadian? Apa kamu menyesal? Kalau kamu menyesalinya, kita ....”“Andre!” Sonia memotongnya, “Apa aku harus memanggil Melia?”Andre menatapnya dengan kaget. Sorot matanya terlihat terluka dan tidak percaya, “Sonia, apa kamu nggak punya perasaan?”Ekspresi Sonia menjadi muram. Dia seperti melihat sosok seorang wanita melalui pria yang terluka itu. Wanita itu menjambak rambutnya, membantingnya ke dinding, dan memarahinya, “Kamu bodoh, ya? Sebenarnya apa aku benar-benar yang melahirkanmu?
Sonia mengangguk dan duduk di sofa di samping Reza.Ini adalah pertama kalinya dia memasuki kamar tidur utama, yang jauh lebih besar dari kamar tidur lainnya. Ada ruang kecil yang terpisah di sebelah balkon, yang isinya hanya ada sofa dan rak buku.Reza menyesap tehnya, menoleh untuk menatap Sonia, dan bertanya dengan lembut, “Waktu di koridor itu hari ini, pria itu menyatakan cintanya padamu?”Sofa di kamar Reza sangat lebar. Sonia mengangkat kakinya ke atas sofa dan mengangguk, “Iya.”Reza menyesap tehnya lagi, sepertinya mengingat momen itu dan berkata, “Pria itu sangat tampan. Apa kamu setuju untuk jadian dengannya?”Sonia berkata dengan tenang, “Nggak.”Pria itu bertanya, “Kenapa? Kamu nggak menyukainya?”Ekspresi Sonia masih datar, “Aku takut kalau aku menerimanya, aku akan kehilangan rumah yang hanya mengharuskan aku membayar uang sewa sebesar 10 juta ini.”Reza tersenyum kecil. Suaranya dalam, lembut dan sangat enak didengar karena baru minum alkohol.Dia mendekati Sonia, menga
Dia sepertinya mengiyakan hal itu di telepon.Sonia mengerutkan kening. Kewaspadaan jauh lebih rendah dari sebelumnya sekarang. Apa karena dia terlalu lelah kemarin?Pestanya hari Sabtu. Dia mau izin satu hari dengan Reza.Seusai kelas, Sonia menelepon Reza. Setelah berdering dua kali, pria itu pun menjawab, “Halo?”“Ini aku, Sonia!” kata Sonia.Reza tersenyum, “Aku tahu. Kamu pernah menggunakan nomor ini untuk meneleponku sebelumnya.”Sonia membeku sejenak, teringat akan malam ketika dia menemani Kelly ke Altena. Dia ingin menelepon Ranty, tetapi malah menghubungi Reza. Wajahnya memanas ketika mengingat hal itu.Pria itu bertanya, “Ada apa?”Sonia tersadar dari lamunannya dan berkata dengan lembut, “Aku ada urusan di hari Sabtu, nggak bisa mengajar Tandy, jadi aku minta izin satu hari.”“Oke, nggak apa-apa. Aku akan memberitahu dia,” kata Reza dengan tenang.“Makasih, bye!”“Sama-sama!”Setelah menutup telepon, raut muka Sonia berubah menjadi serius. Hubungan mereka ini seperti apa?P
Seekor beruang tinggi berdiri di tempat. Kedua matanya tertuju pada diri Sonia.Sonia berdiri dengan perlahan sembari menggenggam erat pisau di tangan. Dia bertatapan dengan beruang itu. Asalkan beruang itu tidak memprovokasinya, dia pasti tidak akan melukai si beruang.Sepertinya beruang juga merasa Sonia tidak menyimpan niat buruk. Ia pun menjerit, lalu duduk di tempat. Sonia juga ikut duduk.Di dalam kegelapan, kedua pasang mata saling bertatapan.Tatapan beruang terus tertuju pada diri Sonia. Sepertinya ia kelihatan tidak senang, tapi ia juga tidak menyerang.Sonia merasa ada yang aneh. Terlintas sebuah pemikiran di benaknya, sepertinya dia memahami sesuatu. Sonia menunjuk ke sisi jerami, lalu bertanya, “Ini tempatmu?”Kemudian, Sonia melanjutkan, “Apa kamu bisa mengerti bahasaku? Kalau kamu nggak mengerti, aku bisa ngomong dengan bahasa lokalmu.”Sepertinya si beruang mengerti. Ia langsung bersin-bersin, seolah-olah sedang mengatakan, ‘Akhirnya kamu sadar juga!’Sonia sungguh keha
Sonia melakukan serangan kuat ke alat vital orang itu. Sepuluh menit kemudian, sekelompok orang yang menghalangi Sonia sudah tidak bisa berdiri dengan tegak lagi.Saat ini, Sonia melepaskan kacamatanya, lalu menginjak orang-orang itu. Ketika melewati pria yang ditusuknya dengan jarum, Sonia menyadari pria itu sudah kehilangan kesadarannya. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mencabut jarum itu, lalu mengelap tangannya di atas pakaian si pria. Tatapan Sonia kembali tertuju pada jarum tajam itu, Sonia pun menunjukkan ekspresi tersenyum menyeringai.Ban mobil balap sudah bocor. Sonia menemukan sebuah mobil yang masih bisa digunakan di antara dua mobil lainnya. Dia melompat masuk ke mobil, lalu mengendarai mobil dengan melindas beberapa orang tersebut. Dalam sekejap, mobilnya menghilang tanpa jejak.Jalan raya membentang tanpa batas. Tidak terlihat satu pun motel di sekitarnya.Saat siang hari, Sonia menghentikan mobil di pinggir jalan, mengambil sepotong roti dari tasnya untuk makan siang. S
Dua orang pria di belakang menatap Sonia lekat-lekat. Si pria berkulit putih menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. Dia masih belum melepaskan tangannya, malah mengelus leher Sonia. “Cewek cantik, kamu tidak usah bayar ongkos perjalananmu. Kamu cukup temani kami saja, ya?”Nada bicara Sonia sangat dingin. “Aku ulangi sekali lagi. Lepaskan tanganmu!”Si pria berkulit putih mengeluarkan raut wajah licik. Tiba-tiba muncul sebatang jarum di telapak tangannya. Dia langsung menusukkan jarum ke pundak Sonia.Saat jarum tajam itu hampir mengenai kulit Sonia. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya, kemudian meraih pergelangan tangan si pria. Si pria spontan merasa kaget. Tetiba terdengar suara keretekan keras. Disusul, pergelangan tangan pria itu langsung patah. Dia ditarik Sonia, lalu dibuang ke luar mobil.“Ahh!” jerit si pria berkulit putih. Dia jatuh menghantam jalan raya, lalu bergulir beberapa kali.Ekspresi mereka berdua langsung berubah. Pengemudi menginjak rem dengan kuat, menyebabkan
Sonia menopang dagu dengan satu tangannya. “Kakek takut aku kedinginan. Dia buka penghangat di dalam rumah. Jadi, aku kepanasan, lebih enakan di luar.”Mereka berbincang-bincang sejenak. Sonia memberi tahu Reza bahwa Jemmy mencarinya. Dia pun mengakhiri panggilan.Reza mengesampingkan ponselnya untuk pergi membasuh tubuh. Saat melepaskan pakaiannya, dia mengambil ponselnya untuk melihat cuaca di Kota Atria. Sekarang memang sedang hujan. Reza pun tersenyum, lalu menutup layar ponselnya. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Keesokan harinya.Saat Sonia berjalan keluar bandara Hondura, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari terik sudah menggantung di atas langit. Baru saja Sonia keluar bandara, rasa pengap pun menyerang dirinya. Perbedaan cuaca di Hondura dan Atria berbeda drastis. Sonia menurunkan topinya, lalu berjalan keluar bandara dengan perlahan. Dia berjalan ke sisi pangkalan taksi di pinggir jalan, kemudian bertanya-tanya dengan bahasa asing.Sopir melambaikan tangannya. “
“Tenang saja!” balas Sonia dengan tenang.Jemmy mengambilkan sayuran untuk Sonia. “Jangan ungkit masalah dia lagi. Meski tidak ada dia, aku juga akan melewatkan Tahun Baru dengan sangat gembira. Dia hanya perlu jaga dirinya dengan baik saja.”Sonia tidak berbicara lagi. Dia menyantap sayuran yang diambil Jemmy, lalu memuji dengan berlagak santai, “Enak! Masakan koki semakin enak saja?”“Oh, ya?” Jemmy tersenyum. “Dia tahu makanan kesukaanmu. Bisa jadi dia diam-diam belajar demi kamu!”“Kalau begitu, Kakek mesti kasih bonus yang lebih banyak buat dia!”“Baik! Baik!”Mereka berdua makan sembari mengobrol santai. Makan siang sangatlah menyenangkan.Selesai makan, Sonia menemani Jemmy untuk minum teh. Setelah itu, dia kembali ke kamar untuk membereskan barang bawaannya. Dia meletakkan tablet yang diberikan Frida di atas meja baca, lalu berpamitan dengan Jemmy.Saat keluar kamar, Indra sedang menunggu di depan pintu. Dia berpesan, “Nona, cuaca sangat dingin. Kamu mesti berpakaian lebih teba
Malam harinya, Reza melakukan panggilan video dengan Sonia.Tadi baru saja turun hujan lebat di Kota Atria. Selesai makan malam, Sonia menemani Jemmy untuk mengobrol di dekat api unggun. Saat Sonia sedang berjalan kembali ke rumah, dia pun menerima panggilan video dari Reza.Reza baru saja menyelesaikan mandinya keluar dari kamar mandi. Ketika melihat mantel yang dikenakan Sonia di dalam layar, keningnya seketika berkerut. Dia pun berkata, “Sepertinya kita tidak berada di satu dimensi saja.”Sonia tertegun sejenak, lalu memahaminya. Dia mengusap bordiran di mantelnya, kemudian berkata dengan tersenyum hangat, “Setiap tahunnya Kakek akan bikinin beberapa potong mantel buat aku. Katanya buat hangatin badan.”“Kalau begitu, tiap tahun aku juga akan buatkan mantel buat kamu!” ujar Reza.Sonia tersenyum. Saat melihat latar di belakang Reza adalah Imperial Garden, Sonia mengernyitkan keningnya. “Bukannya aku suruh kamu tinggal di Kediaman Keluarga Herdian?”“Ada aromamu di sini.” Reza tersen
Reza bertanya, “Kenapa anak perempuannya Tuan Aska tidak pulang?”Raut wajah Jemmy berubah serius. “Dia salah paham dengan Aska. Sewaktu muda dulu, dia suka dengan teman sekolahnya yang agak miskin. Aska tidak setuju, lalu bertengkar hebat dengannya.”“Kemudian, Chiara mengandung dan diam-diam melahirkan anak itu. Aska merasa marah langsung putus hubungan dengan putrinya.”“Pada akhirnya, pria yang dicintai Chiara mendapat beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Demi pendidikan dan masa depannya, pria itu memilih untuk melepaskan Chiara. Chiara merasa sangat sedih. Dia pun membawa anaknya meninggalkan Kota Jembara.” “Sekitar tiga tahun kemudian, Aska masih sangat merindukan Chiara, juga khawatir dia akan hidup menderita karena mesti membesarkan anak sendirian di luar sana. Jadi, dia mengutus orang untuk membawa Chiara pulang.”“Chiara melahirkan anak perempuan. Anak itu sangat cantik, mirip sekali dengan Chiara. Perlahan-lahan, Aska juga sudah mulai membuka simpul di hati. Dia sangat m
Sonia berkata dengan tersenyum, “Makan bersama Kelly.”Suara Reza terdengar lembut. “Di mana? Aku pergi jemput kamu!”Sonia memberi tahu alamat.Setelah panggilan diakhiri, Sonia berkata dengan tersenyum, “Yana lagi di rumahnya Jason. Aku nggak berpamitan sama dia lagi, ya. Nanti tolong kabari Yana.”Kelly berbicara dengan nada bercanda, “Dia pasti sedih banget karena kehilangan teman makan permennya.”“Tunggu kepulanganku. Aku akan beliin permen paling banyak buat dia.”Mereka berdua mengobrol beberapa saat. Reza pun menelepon mengatakan bahwa dia sudah tiba.Sonia berdiri. “Aku pamit dulu. Kamu pergi bekerja sana!”Kelly mengangguk. “Jangan sampai kehilangan kontak, ya. Aku tunggu kepulanganmu.”“Oke!”Mereka berdua berjalan keluar restoran. Reza menuruni mobil, lalu membukakan pintu untuk Sonia.Sonia berpamitan dengan Kelly, lalu berjalan ke sisi mobil.Kelly masih berdiri di tempat hingga mobil melaju pergi. Kemudian, dia baru berjalan ke dalam gedung sembari minum teh susu. Saat
Sonia tersenyum datar. “Ini bukan pertama kalinya aku menjalankan misi. Aku tahu apa yang seharusnya aku lakukan!”“Setiap misi itu berbeda. Kamu juga sudah lama tidak ke sana. Intinya, kamu mesti lebih waspada!” Suara Johan terdengar sesak. Dia menarik napas dalam-dalam. “Kalau kamu butuh bantuan, kamu mesti segera beri tahu aku. Aku akan langsung ke sana!”Frida mengulurkan tangannya. “Aku harap kali ini kita bertiga ada kesempatan untuk menjalankan misi bersama. Aku doakan kamu bisa kembali dengan selamat!”Sonia dan Johan juga menempelkan tangannya di atas punggung tangan Frida. Ketiga tangan saling bergenggaman dengan erat, seperti hubungan pertemanan mereka yang tidak bisa dihancurkan!…Setelah Johan dan Frida pergi, Sonia membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pergi. Pakaian ganti tadi malam ditaruh di kamar mandi. Pelayan akan mencucinya.Namun, kostum yang Sonia pesan secara mendadak itu agak merepotkan. Sonia memutuskan untuk mencucinya sendiri, mengeringkannya,