Berhubung ada yang membantu untuk membersihkan rumah, Kelly dan Sonia pun pergi ke swalayan untuk membeli seprai, selimut, dan barang kebutuhan sehari-hari.Saat membayar, Sonia merebut untuk membayarnya.Setelah keluar dari swalayan, Kelly bersikeras hendak mengembalikan uang itu kepada Sonia, tapi Sonia tidak menerimanya. Dia berkata dengan tersenyum, “Anggap saja ini hadiah pindah rumah. Aku juga nggak sempat sediain apa-apa.”Kelly menatap Sonia dengan tatapan penuh rasa terima kasih. “Sonia, aku nggak tahu harus berkata apa lagi!”Sonia tersenyum dengan lembut. “Kamu nggak usah ngomong apa-apa. Kita itu teman, nggak usah perhitungan!”Kelly mengangkat belanjaan dari tangan Sonia. Dia merasa sangat terharu. Dia pun tersenyum hingga tampak kedua lesung pipinya. “Nanti aku traktir kamu makan, ya. Kamu nggak boleh rebutan sama aku!”Sonia tersenyum. “Oke!”Mereka berdua naik ke lantai atas. Para tukang jasa bersih rumah sudah hampir selesai membersihkan rumah. Pekerja profesional mema
Sewaktu si lelaki memasuki mobil hingga mobil melaju pergi, Monica dan pacarnya masih terbengong di tempat.Mobil sudah tidak kelihatan lagi. Si lelaki pun menunjukkan ekspresi terbengong. Dia menebak, jangan-jangan cowok tadi itu gig*lo? Pasti begitu! Kalau dia kaya, masa dia mengendarai mobil sendiri?…Saat ini Reza yang diduga merupakan “gig*lo” itu sedang mengantar “majikannya” kembali ke Imperial Garden. Dia menggenggam tangan Sonia sambil berkata, “Kelly sudah pindah. Kelak nggak ada yang masakin makan malam buat kamu. Aku akan pekerjakan pembantu.”“Nggak usah!” jawab Sonia sambil memalingkan kepalanya.“Penolakanmu nggak diterima! Aku hanya lagi beri tahu kamu saja!” Reza menatap ke depan, dan membalas dengan datar.Sonia memiringkan kepalanya untuk menatap Reza. “Kamu juga mau paksa aku pindah dari Imperial Garden?”Reza mengerutkan keningnya, melirik Sonia sekilas. “Pindah? Nanti malam waktu perutmu sakit, kamu ulangi ucapanmu sekali lagi.”Sonia memalingkan kepalanya untuk
Sonia mengerutkan keningnya. “Sebentar lagi aku sudah bisa jadi koki restoran bintang lima!”Reza sangat menyukai rasa percaya diri Sonia. Dia mengelus kepala Sonia, lalu berkata, “Jangan bangga dulu! Ini hanya pengetahuan umum saja!”“Mendingan daripada kamu nggak bisa apa-apa!” ucap Sonia, lalu mendengus.Reza tersenyum, lalu menggandeng Sonia ke area lainnya.Bahan masakan yang dibutuhkan sudah lengkap semuanya. Ketika melewati area es krim, Sonia langsung menghentikan langkahnya. Namun, dia tidak berani meminta untuk dibelikan. Pada akhirnya, dia memilih untuk berjalan pergi.Kali ini Sonia mengubah pikirannya, dia pergi ke area makanan ringan untuk mencari cokelat.Saat Sonia mengambil cokelat, dia menyadari Reza sedang memilih buah-buahan. Dia sedang bertanya kepada pegawai di sekitar, buah-buahan mana saja yang tidak boleh dikonsumsi dan bagus dikonsumsi wanita ketika halangan.Si pegawai terlihat gugup ketika berhadapan dengan Reza yang tampan. Dia merasa iri lantaran pria tamp
Sonia memasukkan beberapa potong tomat ke dalam mangkuk, lalu mengaduknya dengan gula.Reza langsung bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan?”“Ini enak banget!” balas Sonia dengan tersenyum.Reza mengerutkan keningnya. “Tomat itu masih belum dimasak.”Sonia langsung menyuapi Reza. “Dicoba dulu!”Reza memang menatap Sonia dengan tatapan meragukan, tapi dia tetap membuka mulut untuk menyantap tomat itu. Hmm, rasanya manis dan juga segar. Rasanya sungguh berbeda dengan tomat yang sudah matang.“Enak?” tanya Sonia dengan kedua mata berkilauan.“Satu suap lagi!” Reza ketagihan.Sonia spontan tersenyum. Tak lama kemudian, tomat itu pun sudah tidak bersisa lagi.Reza sedang menumis tomat. Sementara, Sonia sedang memotong brokoli dan wortel di sebelah. Reza menyadari Sonia memotongnya dengan sangat lambat dan tidak beraturan, dia pun spontan tersenyum. Namun, Reza juga tidak menghiraukannya.Daging asam manis sudah selesai dimasak. Reza mulai memasak telur goreng tomat, lalu menggoreng ayam g
“Mata pelajaran di perkuliahan tahun keempat sudah nggak banyak lagi. Apa kamu nggak berencana bekerja di studio?” tanya Juno.“Aku lagi pikir!” balas Sonia.“Studio lagi berencana merekrut dua asisten desainer. Bukannya kamu ingin mulai bekerja dari dasar, bagaimana kalau kamu melamar posisi ini? Anggap saja magang untuk perkuliahanmu?”Sonia mengerutkan keningnya. “Usulanmu bagus juga!”“Kalau begitu, kamu datang dalam dua hari ini. Kebetulan beberapa hari ini aku akan ke studio. Biar aku wawancarai kamu!”Sonia tersenyum. “Aku merasa sangat terhormat!”Mereka berdua berbincang-bincang sejenak. Akhirnya Sonia menyetujui usulan Juno. Dia setuju untuk “diwawancarai” Juno besok siang!Selesai mengakhiri panggilan, Sonia pun tersenyum. Sepertinya cukup seru untuk menjadi asisten desainer dari studionya sendiri!Baru saja Sonia meletakkan ponselnya, dia pun menerima panggilan dari Yandi. Yandi memanggil Sonia untuk makan di rumahnya.Sonia meregangkan tubuhnya, lalu mengesampingkan krayon
Yandi menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya. Beberapa saat kemudian, Yandi baru bersuara, “Nggak usah! Dia menganggap aku sudah mati. Sekarang dia juga sudah punya istri dan anak perempuan. Jadi, nggak ada gunanya aku pulang!”Sonia menggigit bibirnya. Dia tidak mahir dalam menghibur, dia hanya berkata, “Ikuti kata hatimu saja!”Yandi melirik Sonia, lalu bertanya, “Bagaimana denganmu? Apa kamu bahagia bersama Reza?”“Emm, bahagia,” balas Sonia tanpa ragu sama sekali.“Baguslah kalau begitu!” Yandi tersenyum, lalu menepuk-nepuk pundak Sonia. “Ayo, makan!”Tiba-tiba Sonia menatap Yandi, lalu bertanya, “Apa kamu masih benci sama aku?”Pertanyaan Sonia membuat Yandi tertegun sejenak. Yandi mencubit tubuhnya sendiri, memaksakan diri untuk tersenyum. “Semalam sewaktu aku beli rokok di bawah, aku nampak ada seorang ayah sedang memarahi putrinya. Tapi si ayah malah panik ketika anaknya menangis. Terakhir dia langsung menggendong anaknya dan berusaha untuk membujuknya!”Sonia tidak menger
Ayahnya Johan, Charles Gunawan, berbicara dengan berlagak serius, “Lagi ada tamu, kenapa kamu malah jerit-jerit!”Wanita yang kerap di sapa Bi Intan langsung tersenyum. “Biasanya anak muda memang seperti itu.”Ibunya Johan, Maria, berkata, “Dia itu masih kayak anak-anak, beda dengan Frida!”Johan duduk di sofa sambil menatap gadis yang duduk di hadapannya. Si gadis berambut pendek, mengenakan kemeja berwarna putih dan celana hitam Penampilannya hampir mirip dengan pegawai toko kue saja. Sebenarnya wajahnya cukup cantik, hanya saja sikapnya sangat dingin. Saat ini Intan pun tersenyum. “Frida anaknya terlalu serius, nggak mirip anak cewek. Aku lebih suka karakter Johan!”Maria langsung berkata, “Nggak masalah, kok. Aku suka anak serius seperti Frida. Tapi, kalau Frida bisa bergaul dengan Johan, bisa jadi Frida akan lebih periang.” “Alangkah baiknya kalau bisa seperti itu!”Ketika mendengar mereka berdua saling memuji satu sama lain, akhirnya Johan mengerti. Ternyata dia dipanggil pulan
Frida menjawab dengan dingin, “Tenang, aku nggak tertarik dengan cowok dengan wajah pas-pasan!”Kedua mata Johan langsung terbelalak. “Apa maksudmu? Wajahku pas-pasan? Memangnya kamu itu cantik banget? Kalau ibuku nggak bilang, aku kira kamu itu cowok!”“Sepertinya sudah saatnya kamu ke rumah sakit!” balas Frida dengan santai.“Untuk apa ke rumah sakit?” tanya Johan.“Cek matamu!”Amarah Johan seketika membara. “Tenang, aku itu cowok nggak boleh bertengkar sama cewek.”Selesai berbicara, Johan langsung berjalan pergi.“Berhenti!” Raut wajah Frida terlihat sangat serius. “Apa yang ingin kamu katakan lagi?” Johan melirik Frida dengan sinis.Frida juga membalas tatapan sinis Johan. “Kalau kamu berani pergi, nanti aku akan bilang sama Bibi Maria kalau aku suka sama kamu!”Kali ini ekspresi Johan langsung berubah muram. Dia dengan sangat terpaksa berjalan kembali. “Kamu memang kejam!”Johan menyilangkan kakinya dengan kedua tangan direntangkan di atas bangku. “Katakanlah, ada masalah apa?”
Sekarang teknik kecerdasan buatan yang dikuasai Herdian Group boleh dikatakan terdepan di seluruh dunia, juga telah memonopoli pasar. Seandainya ada yang ingin mendapatkan keuntungan dari bidang ini, mereka pun mesti menjalin hubungan baik dengan Herdian Group.Ekspresi Reza kelihatan lembut. Tidak kelihatan ekspresi spesial lainnya. “Bakal ada kesempatan.”Saat mereka sedang mengobrol, beberapa kali Devin tidak bisa berbaur dalam perbincangan mereka. Dia pun mencari alasan untuk pergi, lalu berjalan pergi melalui pintu samping taman bunga.Rose sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika menyadari Devin berjalan pergi, dia segera mengambil jas Devin, kemudian mengikuti langkah Devin.Ranty melihat bayangan punggung mereka berdua sembari mengunyah kacang. “Si Devin itu nggak pantas untuk bersama Rose.”“Emm?” Sonia memilih permen. Usai mendengar, dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Sonia jarang bertemu dengan Devin. Hanya saja, di mata Sonia, Devin adalah seorang pria yang ambisius da
Reaksi Reviana sangat cepat. “Dia itu muridnya Tuan Aska!”“Iya!” Tobias mengangguk. “Mungkin kita bisa mengandalkan hubungan itu agar bisa menemui Tuan Jemmy.”Namun, Reviana merasa harapan itu tidaklah besar. Dia berkata dengan nada dingin, “Dengan karakter Sonia, apa dia akan membantu kita?”“Apa kalian punya cara lain?” Kening Tobias berkerut. Tiba-tiba dia kepikiran dengan Stella. “Bagaimana hubungan Stella dengan gurunya, Tuan Welmus?”Raut wajah Reviana semakin muram saja. Dia terdiam membisu.Setelah Stella terkenal waktu itu, dia mengatakan kata-kata yang arogan dan sempat terjadi hal tidak menyenangkan dengan Welmus. Sejak saat itu, mereka berdua sudah putus hubungan.Sepertinya Welmus juga tidak menganggap Stella sebagai muridnya lagi. Jika mereka pergi mencari Welmus, seharusnya tidak ada harapan juga!Begitu melihat ekspresi mereka berdua, Tobias juga tidak menaruh harapan di diri Stella lagi. Dia semakin gusar saja. “Cepat atau lambat kalian akan hancur di tangan Stella!”
Tommy juga berkata, “Sepertinya terlalu lama?”Reza berkata dengan tersenyum datar, “Tidak lama. Hanya diundur beberapa bulan saja.”Lysa merasa gelisah. “Berarti masih harus menunggu beberapa bulan lagi. Pemandangan musim dingin di Kota Jembara juga sangat cantik, kok!”Lysa masih ingin mengadakan resepsi pernikahan sebelum Tahun Baru. Dengan begitu, mereka bisa merayakan hari raya bersama Sonia!Jemmy bertanya dengan serius, “Ini ide siapa?”Sonia ingin menjawab, tetapi Reza malah menggenggam tangan Sonia, lalu berkata dengan suara lembut, “Semua ini ideku. Perusahaan sangat sibuk di akhir tahun. Aku takut aku tidak ada waktu untuk mempersiapkan pernikahan. Aku tidak ingin mengecewakan Sonia. Jadi, aku butuh waktu yang lebih panjang untuk mengaturnya.”Sonia mengintip raut wajah Jemmy. Dia takut Jemmy akan menyalahkan Reza. Dia pun segera menimpali, “Aku juga berpikir seperti itu. Semua ini usulan aku dan Reza.”Jemmy tidak berbicara. Suasana di ruang makan menjadi berat. Pada saat i
Suasana di rumah Aska sangat ramai hari ini lantaran kedatangan banyak tamu. Ada Tommy, Lysa, Ranty, Matias, Rose, dan juga kekasihnya, Devin. Selain itu, juga kedatangan Reza dan Sonia.Begitu Reza dan Sonia datang, mereka langsung disindir oleh Ranty. Sonia dan Ranty adalah buah hati Jemmy. Dia pun menyaksikan dengan tersenyum.Aska membela, “Sonia bisa datang juga karena menghormatiku. Aku sungguh gembira!” Aska memalingkan kepalanya untuk melihat Tommy. “Jangan terlalu keras terhadap anak muda!”Tommy menyesap tehnya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sonia bisa seunggul ini juga berkat diajari guru unggul seperti Tuan Aska!”Aska tertawa terbahak-bahak. “Jangan bicara seperti ini. Nanti ada yang cemburu!”Jemmy yang berdiri di samping mendengus dingin. “Jangan semakin tidak tahu diri! Kamu malah sengaja buat orang-orang merasa betapa sempitnya hatiku!”Semua orang spontan tertawa. Pelayan berjalan kemari, lalu mengatakan makan siang sudah dipersiapkan. Mereka semua bersama-sama ber
“Hah?” Sonia mengangkat kepalanya dengan syok.Reza berkata dengan perlahan, “Tadi pagi Ayah dan Ibu telepon. Mereka mau mengunjungi Kakek. Jadi, mereka tanya apa kita mau ikut. Aku bilang kamu masih tidur, tidak usah tunggu kita.”Kedua mata Sonia terbelalak lebar. “Kenapa kamu nggak bangunin aku? Bukannya aku jadi kelihatan nggak sopan?”Reza tersenyum tipis. “Memangnya sopan lebih penting daripada tidurmu? Lagi pula, kita itu sekeluarga. Kamu tidak usah berpikir terlalu banyak. Mereka sama seperti Kakek, sama-sama menyayangimu!”Sonia merasa alangkah baiknya untuk bersikap lebih sopan di hadapan senior. Hanya saja, berhubung mereka sudah telat, Sonia juga tidak mempermasalahkannya lagi. Dia hanya bertanya, “Ada urusan apa mereka mencari Kakek?”Reza membalas, “Tentu saja … ada urusan yang sangat penting!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa?”“Soal pernikahan kita!”Sonia terdiam membisu. Dia menarik pergelangan tangan Reza. “Kita laksanakan setelah Tahun Baru, ya?”“Tidak!” Reza langsu
Akhirnya Sonia mulai bangun. Dia melirik Reza sekilas, lalu bertanya pada Ranty, “Apa kamu sibuk banget hari ini?”“Nggak, kok. Aku lagi di rumahnya Matias. Aku nggak ada kerjaan sama sekali. Apa nanti kalian berencana untuk mengunjungi Kakek? Aku juga mau ikut,” ucap Ranty.Sonia kepikiran sesuatu. Hari ini dia mau bertemu dengan Jemmy. Namun, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Sonia menggaruk rambutnya. “Kalian pergi dulu. Nanti kita ketemuan di rumah Pak Guru!”“Oke, sampai jumpa!” balas Ranty dengan nada bicara manis. Setelah itu, dia pun mengakhiri panggilan.Reza menyingkirkan ponselnya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi ciuman di bibir Sonia.Sonia mengelak. “Belum gosok gigi. Lagi pula, sekarang sudah saatnya untuk bangun. Kalau aku nggak sampai rumah Pak Aska sebelum makan siang, aku pasti akan dimarah Kakek.”“Tidak apa-apa. Kalaupun dimarah, aku yang akan dimarah!” Reza suka melihat Sonia yang malas untuk bangun itu. Dia mencium Sonia beberapa saat,
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow
Telapak tangan Reza mengusap rambut Sonia. Dia menunduk untuk mengecup keningnya, lalu mendesak Robi untuk mengendarai mobil dengan cepat.Robi membatin, ‘Aku sudah berusaha untuk cepat, tapi kondisi lalu lintas tidak mengizinkan.’Tentu saja dengan adanya perintah Bos, Robi juga tidak boleh mencari alasan apa pun. Dia terpaksa mengeluarkan teknik mengemudinya, lalu mengebut kencang.Setibanya di Gedung Anggrek, Reza tidak membangunkan Sonia, melainkan langsung menggendongnya untuk menuruni mobil.Ada kotak hadiah yang jatuh dari tubuh Sonia. Reza melihat sekilas, lalu mengambilnya ke lantai atas.Setibanya di lantai atas, pintu dibuka, kemudian ditutup kembali. Kali ini, Reza tidak memiliki pertimbangan lain. Sonia diturunkan di atas rak sepatu. Dia menahan pinggang langsing Sonia, lalu memberinya ciuman hangat yang mendalam.Sonia merasa sangat mengantuk. Yang tidak bisa tidur terlelap selama sepuluh hari ini bukan hanya Reza saja. Semalam Sonia mengobrol panjang dengan Ranty hingga
Saskia tahu apa maksud Jason. Dia tidak segera memberi jawaban pasti, melainkan langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya boleh tidak aku bawa Yana ke rumah? Tadi ayahmu baru berpesan sama aku. Dia bahkan sudah menghafal cerita dongeng untuk diceritakan kepada Yana.”Jason berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oke, bawa Yana pulang saja. Aku akan bicara dengan Kelly.”Saskia langsung merasa gembira. Dia menggendong Yana sembari berkata, “Ayo pulang bersama Nenek. Ucapkan sampai jumpa kepada Ayah!”“Di mana Ibu?” tanya Yana.Jason memiringkan kepalanya untuk mencium pipi Kelly. “Aku pergi cari Ibu dulu. Kamu pulang dengan Nenek sana. Nanti malam kita lakukan panggilan video.”“Emm!” Yana mengangguk dengan patuhnya. “Sampai jumpa, Ayah!”“Sampai jumpa!”Jason sungguh merasa gembira. Dia menggendong Yana berjalan keluar. “Kakek suruh orang untuk bawa seekor koala dan dua ekor kelinci dari luar negeri. Semuanya cantik-cantik. Apa kamu mau melihatnya?”“Nenek!” Kening Yana berkerut.