Frida menjawab dengan dingin, “Tenang, aku nggak tertarik dengan cowok dengan wajah pas-pasan!”Kedua mata Johan langsung terbelalak. “Apa maksudmu? Wajahku pas-pasan? Memangnya kamu itu cantik banget? Kalau ibuku nggak bilang, aku kira kamu itu cowok!”“Sepertinya sudah saatnya kamu ke rumah sakit!” balas Frida dengan santai.“Untuk apa ke rumah sakit?” tanya Johan.“Cek matamu!”Amarah Johan seketika membara. “Tenang, aku itu cowok nggak boleh bertengkar sama cewek.”Selesai berbicara, Johan langsung berjalan pergi.“Berhenti!” Raut wajah Frida terlihat sangat serius. “Apa yang ingin kamu katakan lagi?” Johan melirik Frida dengan sinis.Frida juga membalas tatapan sinis Johan. “Kalau kamu berani pergi, nanti aku akan bilang sama Bibi Maria kalau aku suka sama kamu!”Kali ini ekspresi Johan langsung berubah muram. Dia dengan sangat terpaksa berjalan kembali. “Kamu memang kejam!”Johan menyilangkan kakinya dengan kedua tangan direntangkan di atas bangku. “Katakanlah, ada masalah apa?”
Johan menatap bayangan gadis itu dengan tersenyum sinis. Padahal cuma digandeng saja, reaksinya malah sebesar itu. Sepertinya dia memang penyuka sesama jenis. Kali ini Johan pun merasa tenang!Suasana hati Johan semakin bagus saja. Dia berjalan mengikuti langkah Frida. Ketika tiba di ruang tamu, dia langsung berteriak, “Ibu! Bi Intan!”Maria dapat merasakan perbedaan dari sikap Johan, dia pun diam-diam tersenyum. Sepertinya perjodohan hari ini akan berhasil.Intan melirik Frida sekilas, lalu berdiri dengan tersenyum. “Kami masih ada urusan, lain hari kami datang bertamu lagi, ya!”“Secepat ini?” Maria berusaha untuk menahan mereka. “Pembantu sudah masak makan malam. Kalian makan dulu baru pulang, ya.”“Lain kali saja!” Senyuman di wajah Intan semakin lembut lagi.Maria tahu sebenarnya Intan sudah tidak sabaran ingin pulang untuk menanyakan pendapat Frida. Dia pun jadi ingin segera bertanya pada Johan.Johan juga ikut berdiri, dan berbicara dengan sopan, “Bi Intan, Frida, aku antar kali
Sepertinya Ariel juga memiliki pertanyaan yang sama. Dia pun tidak membalas lagi.Eka mengetik. [ Bercanda, bagaimana mungkin aku bisa jadian sama seorang cewek tomboi? Kami berdua hanya pura-pura lagi pacaran untuk bohongi orang tua kami. Biar mereka nggak atur kencan buta lagi buat kami. ]Kemudian, Eka mengalihkan topik pembicaraan. [ Bos, kapan kita ada misi baru lagi? Coba Bos lihat, aku terlalu nggak ada kerjaan sampai mengikuti kencan buta! Aku bosan sekali! ]Sonia membalas.[ Sementara ini masih belum ada misi! Kamu pacaran dulu! ]Selesai mengetik, Sonia dan Ariel langsung keluar dari aplikasi.Setelah menuruni bus, gedung tinggi di seberang sana tak lain adalah Arkava Studio.Sonia naik ke lantai atas, lalu berhenti di depan resepsionis. “Halo, aku datang untuk interview!”Resepsionis bertanya dengan sopan, “Siapa nama Anda?”“Sonia.”“Ternyata Nona Sonia, ya? Bos sudah berpesan, dia suruh Anda langsung ke ruang rapat di lantai atas. Dia sudah menunggu Anda di sana!”“Teri
Ruangan rapat seketika menjadi hening. Melihat Sonia tidak melanjutkan ucapannya, Mandy pun bertanya dengan sedikit terkejut, “Nggak ada lagi?”Sonia mengangguk. “Nggak ada lagi!”Mandy sungguh terkejut. Si Winnie tidak menyembunyikan ekspresi meremehkannya sama sekali. Dia menatap Sonia, lalu berkata, “Nona Sonia salah alamat, ya? Ini Arkava Studio!”“Aku tambahkan sedikit. Aku sangat tertarik dengan desain busana dan berlian,” tambah Sonia.Winnie langsung tertawa. “Nona Sonia, kamu masih nggak mengerti, ya? Di sini adalah studio terunggul dan profesional. Kamu kira semua orang yang punya hobi desain bisa bekerja di sini?”Sonia tersenyum. “Justru karena tempat ini adalah tempat profesional, aku baru ke sini!”Winnie merasa agak lucu. Dia pun memalingkan kepalanya tidak menghiraukan Sonia.Stella juga sedang menatap Sonia dengan tatapan menghina. Dia sungguh gembira ketika melihat Sonia disindir habis-habisan oleh Winnie. Jangan-jangan setelah Reviana memuji bakat desain Stella, Son
Saat Sonia kembali ke Imperial Garden, langit pun sudah gelap. Baru saja memasuki rumah, Sonia pun menerima panggilan dari Reza. “Lagi di mana?”“Di rumah?” balas Sonia sambil melepaskan sepatu.“Apa yang kamu lakukan hari ini?” Suara Reza terdengar lembut.“Keluar sebentar.”Reza langsung bertanya, “Ke mana?”Sonia tersenyum datar. “Nanti aku kasih tahu sewaktu kamu pulang!”Reza tersenyum. “Malam ini aku pulangnya agak telat. Tapi aku sudah bantu pesan makan malam buat kamu. Kamu harus habiskan semua, nggak boleh pilih-pilih.”“Emm!” balas Sonia.Ketika mendengar suara manis Sonia, hati Reza pun terasa gatal. “Kamu tunggu aku di rumah. Aku akan segera pulang.”“Emm!” Setelah panggilan diakhiri, Sonia pergi mandi. Baru saja dia keluar dari kamar mandi, terdengar bel pintu rumah berbunyi. Makanan yang dipesan Reza sudah tiba.Seperti biasa pelayan restoran yang mengantarkan makanan langsung ke rumah. Mereka menyajikan kotak makanan ke atas meja, baru berpamitan.Sonia mengeringkan ram
Begitu kembali ke kamar, Kelly langsung mengunci pintu kamar, baru mengganti pakaian tidurnya.Untung saja tidur Kelly tidak terganggu. Dia bisa tidur dibarengi dengan suara gaduh di luar sana.…Di Imperial Garden.Saat Reza kembali, Sonia masih belum tidur. Dia masih membaca buku di luar balkon.Reza langsung menggendongnya ke ranjang, lalu mengecup bibir Sonia, dan berkata, “Tunggu aku, aku mandi dulu.”Sonia mengangguk, lalu menengadah kepalanya untuk mencium dagu Reza.Reza sudah menunggu selama beberapa hari. Saat ini sekujur tubuhnya terasa tegang, bahkan suaranya juga sudah terdengar serak. “Sebentar saja!”Setelah Reza pergi ke kamar mandi, Sonia meletakkan bukunya di atas nakas. Kemudian, dia menyetel lampu ruangan menjadi agak redup. Sonia berbaring menunggu kedatangan Reza.Tak sampai sepuluh menit, Reza pun keluar dari kamar mandi. Dia langsung naik ke atas ranjang, mencubit pelan dagu Sonia, dan mulai menciumnya.…Selesai berolahraga, Sonia yang sudah mengantuk itu bersa
Kelly yang sedang mandi itu mendengar sepertinya ada yang sedang mendorong pintu. Dia spontan merasa gugup, lekas mengenakan pakaiannya, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Siapa?”Orang di luar sana tidak berbicara, dia terus mencoba untuk mendorong pintu. Berhubung pintu masih tidak bisa dibuka, orang di luar mengerahkan tenaga yang lebih kuat lagi.Saat kursi di belakang pintu terdorong sedikit, air di atas baskom pun meluber.Kelly segera berlari pergi menahan pintu, lalu bertanya, “Siapa?”Orang di luar sana berhenti, lalu berbicara dengan berlagak terkejut, “Kelly, kamu lagi di dalam? Aku kira pintunya rusak! Celana dalamku digantung di dalam. Kamu nampak nggak? Tolong keluarin, dong!”Kelly merasa marah dan takut. Dia berkata, “Kamu pergi dulu. Aku akan segera keluar!”“Aku mau pakai sekarang. Biarkan aku masuk sebentar!”Michael berkata dengan tersenyum, lalu terus mendobrak pintu.Kelly berusaha sekuat tenaganya untuk menahan pintu, lalu berkata dengan suara gemetar, “Kalau k
Bondan melirik gedung kuno sekilas, lalu bertanya dengan lembut, “Kenapa kamu tinggal di sini? Kalau kamu nggak bersedia tinggal di rumah Kak Jason, aku ada rumah kosong, kok. Kamu bisa tinggal di sana!”Kelly segera berkata, “Nggak usah. Terima kasih, Kak Bondan!”Bondan tidak berkata lain, dia hanya bisa berkata dengan tersenyum, “Apa aku boleh ngobrol di rumahmu?”Kelly berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. “Aku tinggal sama seorang cewek. Nggak enak sama dia!”“Baiklah kalau begitu!” Bondan tersenyum, lalu pergi membuka bagasi mobilnya untuk mengambil dua kantongan belanjaan yang sangat besar.Bondan menyerahkannya kepada Kelly. “Berhubung aku nggak bisa ke atas, kamu bawa sendiri!”Kelly melihat ada sarang burung walet, kolagen, dan produk wajah merek terkenal di dalamnya. Dia segera menggelengkan kepalanya. “Aku nggak butuh. Kak Bondan, kamu bawa pulang saja!”Bondan tersenyum. “Hanya beberapa suplemen saja. Nggak mahal, kok! Produk krim wajah ini juga pemberian teman.
Sonia menatap Reza yang berada di dalam layar mulai memejamkan matanya. Bulu mata lentiknya mulai menutup bola mata indahnya. Reza benar-benar sudah kecapekan!Sonia tahu betapa Reza mencemaskannya selama beberapa hari ini. Dia juga mengerti betapa bersabarnya Reza selama beberapa saat ini! Sonia juga tahu betapa Reza mencintainya.Sonia menatap wajah Reza yang sedang tidur. Rasa gembira dan pilu meluap di dalam hatinya. Matanya spontan menjadi basah. Kemudian, Sonia bergumam, “Suamiku, aku mencintaimu!”Kebersamaan selama dua hari dua malam di ruang rahasia bawah tanah membuat Sonia merasakan gejolak dalam hatinya, sebuah perasaan yang berbeda dari persahabatan di medan perang. Itulah sebabnya Sonia memutuskan untuk pergi ke Jembara untuk mencari jawaban atas perasaan aneh itu.Namun, saat benar-benar bertemu dengan Reza dan menghabiskan waktu bersama, Sonia baru menyadari betapa luar biasanya pria itu. Saat itulah Sonia benar-benar memahami apa yang dinamakan cinta.Perasaan itu baga
Reza semakin tidak menyukai Kase lagi. Dia pun memerintah dengan suara dingin, “Pergi! Pergi ledakkan aula persembahan itu! Hancurkan!”“Raja Bondala!” Theresia buru-buru mendekatinya. “Aku sangat memahami perasaanmu saat ini. Tapi, aku harap kamu bisa menenangkan dirimu. Jangan menimbulkan masalah baru dalam kondisi seperti ini! Kalau kamu meledakkan aula persembahan Kediaman Keluarga Milana, seharusnya Kase dan Rayden akan menyelidiki sampai ke dirimu. Kalau mereka menelusuri identitasmu, bisa jadi mereka juga akan menemukan informasi mengenai Sonia.”Suara Theresia terdengar sangat tenang. “Suki sudah ‘mati’. Sonia juga nggak akan ungkit nama itu lagi di hadapan siapa pun. Kase nggak bakal mengetahuinya. Seandainya kamu meledakkan aula persembahan itu, malah akan menimbulkan kecurigaan.”Raut wajah Reza kelihatan sangat tenang. “Maksudmu, aku mesti bersabar?”Theresia berkata, “Untuk sementara ini, kamu terpaksa bersabar dulu!”Reza memadamkan rokok ke dalam asbak, lalu mengangguk d
Setelah Sonia pergi, Reza duduk di sofa sembari mengambil sebatang rokok. Dia berkata pada Theresia, “Terima kasih. Kamu pergi istirahat sana!”Theresia menuangkan segelas anggur, lalu berjalan ke sisi jendela. Dia menatap pemandangan malam di Istana Fers. Entah di mana Morgan saat ini? Apa dia benar-benar sedang berada di Istana Fers?Pada saat ini, Theresia memalingkan kepala Reza. “Tuan, Federasi Mali yang kamu pimpin dan Barkia milik Tuan Morgan adalah tanah suci. Biarkan Hondura juga kembali menjadi tanah suci.”Dulu, Theresia pertama kali bertemu dengan Morgan di Hondura. Pada saat itu, ada sebuah tempat bernama Red Hole yang khusus melelang gadis-gadis muda. Theresia adalah salah satu dari mereka yang dilelang.Theresia dijual oleh orang tuanya, lebih tepatnya oleh orang tua asuhnya. Setelah dibawa pergi dari perbatasan, dia melewati banyak tempat, lalu pada akhirnya tiba di Hondura yang mana merupakan neraka bagi para manusia.Morgan lebih tua sepuluh tahun daripada Theresia. P
“Oh, ya?” Terlihat kilauan dalam mata Reza. “Ternyata kedudukanku di hatimu begitu tinggi!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Dulu aku mengagumimu. Sekarang aku merasa bangga!”Ternyata pahlawan itu milik Sonia!Reza mengusap pipi Sonia. “Mengenai masalah Federasi Mali, kita bicarakan detailnya lain kali.”“Aku sangat menantikannya!” Sonia mengangkat kepala untuk mengecup ujung bibirnya. “Sudah saatnya aku pergi!”Reza merangkul pinggang langsing Sonia. Terlihat tatapan serius di dalam matanya. “Jauhi Kase. Aku tidak menyukainya!”Sebelumnya Reza hanya pernah mendengar tuan muda dari Keluarga Milana, tetapi mereka tidak pernah berhubungan. Namun ketika bertemu tadi, Reza merasa tidak nyaman ketika melihatnya!“Tenang saja!” Sonia tersenyum. “Aku pergi dulu!”“Ingat, ada aku di sini. Kamu tidak usah mencemaskan apa pun!” Reza menatapnya dengan tatapan serius. “Kamu jalankan misimu saja. Aku akan membantumu untuk menemukan kakakmu. Sekarang kakakmu pasti dalam keadaan baik-baik saja!”“O
Hati Sonia terasa sakit. Pelukannya spontan semakin erat. Dia membenamkan kepalanya di dalam pelukan Reza. “Reza, aku bersalah sama kamu. Aku tahu, kok!”Reza berkata, “Kamu tidak bersalah sama aku. Aku sendiri yang mencintaimu hingga tidak bisa mengendalikan diriku!”Hati Sonia semakin sesak saja. “Kamu jangan berbicara seperti ini. Aku akan semakin merasa bersalah!”Reza menekan Sonia di dalam dekapannya, lalu berkata dengan suara rendah, “Kalau dengan membuatmu merasa bersalah, kamu pun akan memberi tahu semua masalahmu, aku akan beri tahu kamu bagaimana perasaanku selama beberapa hari ini! Biar kamu merasa bersalah!”Sonia meremas pakaian di bagian punggung Reza, lalu memeluknya dengan erat. Reza adalah cahaya bagi Sonia, juga adalah kekuatan saat Sonia berada di dalam kegelapan!Amarah di hati Reza mulai memudar. Dia mencium pipi Sonia. “Jangan takut. Aku sudah datang!”“Emm!” Sonia mengangguk dengan terisak-isak.Ketika Sonia terjebak dalam mimpi, apalagi ketika pikiran dan kekua
Reza berjalan pergi. Yang lain pun segera mengikuti langkahnya. Setelah mereka semua pergi, Sonia baru mendorong troli ke dalam lift, mulai menjalankan tugasnya untuk mengantar makanan.Sonia tahu Reza ingin bertemu dengannya. Cepat atau lambat mereka memang akan bertemu. Reza bisa bertahan sampai sekarang, tidak membongkar identitasnya di depan semua orang, sudah tergolong melindunginya.…Selesai Sonia mengantar makan malam, dia mengisi spaghetti ke dalam kotak makanan. Dia mengendarai mobil pergi ke vila yang ditempati Reza dan juga Theresia.Bel pintu ditekan. Theresia pergi membuka pintu, lalu berkata dengan tersenyum lembut, “Kami sudah menunggumu dari tadi. Silakan masuk.”Sonia mengangguk, lalu memasuki vila.Theresia menutupi pintu sembari berkata pada Sonia, “Ke atas sana. Raja Bondala sedang menunggumu di atas. Tenang saja. Semua orang di sekitar gedung ini adalah anggotanya. Tidak ada kamera CCTV juga di atas. Kamu bisa mengatakan semua yang ingin kamu katakan!”Sonia ters
Ada beberapa wanita berpakaian seksi sedang duduk di ruang tamu. Saat melihat kedatangan Kase, mereka langsung mengerumuninya.Kase yang dikerumuni para wanita itu melihat ke sisi Theresia. “Nona Lacey, apa-apaan ini?”Ujung bibir Theresia melengkung ke atas. “Aku tahu Tuan Kase suka sama cewek cantik. Ini adalah hadiah pertemuan dari Raja Bondala. Selamat menikmati!”Usai berbicara, Theresia mengangguk dengan perlahan, kemudian meninggalkan tempat.Kase sudah pasti tidak tertarik dengan wanita-wanita ini. Dia melangkah hendak berjalan pergi, tetapi dia malah dikerumuni oleh mereka.“Tuan Kase, jangan pergi!”“Kami sudah menunggumu dari tadi!”“Dengar-dengar Tuan Kase sangat perkasa, kami semua sangat penasaran.”Keenam wanita dengan berbagai warna kulit. Beberapa di antaranya berbicara dalam bahasa asing, sedangkan yang lain berbicara bahasa lokal yang logatnya aneh. Mereka semua merangkul Kase dan membawanya ke sisi sofa.Sofanya sangat besar, Kase tenggelam ke dalamnya. Sebelum dia
Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik kembali ke aula pesta. Begitu masuk, Kase segera menemukannya. Dia bertanya sambil tersenyum, "Ke mana saja? Lama sekali kamu menghilang!"Sonia menatapnya dengan tenang. Dia berujar, "Tuan Kase, hubungan kita cuma sebatas pekerjaan. Tidak akan ada hubungan lain yang tercampur di dalamnya. Selama kita berada di Kastil Fers, aku akan memastikan keselamatanmu. Tapi untuk urusan pribadiku, kamu tidak perlu ikut campur."Kase bersandar santai di tiang pilar batu putih. Dia menaikkan alisnya sambil berucap dengan nada bercanda, "Aku akui, mengkhianatimu dulu adalah kesalahanku. Aku benar-benar sudah menyesalinya di hadapan Tuhan. Aku sudah melakukan banyak hal untuk menebusnya. Bisa tidak kamu memberiku kesempatan lagi?""Tidak bisa!" jawab Sonia tegas, lalu langsung berbalik pergi.Kase buru-buru mengejarnya. Dia memberi tahu, "Ruila, aku dalam bahaya sekarang!"Sonia terus berjalan tanpa berhenti sambil bertanya, "Bahaya apa?""Raja Bondala t
Theresia membalas, "Dia punya pendirian sendiri. Justru itulah yang membuatnya begitu menggemaskan. Kalau bukan karena sifat itu, mana mungkin kamu bisa jatuh cinta padanya?"Beberapa kata sederhana darinya langsung meredakan amarah yang sebelumnya membara di hati Reza. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Theresia, lalu tiba-tiba bertanya, "Aku jadi penasaran ... kenapa dia sampai meninggalkanmu dulu?"Tatapan Theresia sedikit berubah. Matanya membeku sesaat, tetapi dia tetap tenang. Dia mengangkat gelas anggurnya dan menyesapnya perlahan.Sementara itu, Reza duduk di kursi yang tadi ditempati Sonia. Dia menatap sisa kue di piring Sonia, lalu tanpa ragu mengambil sendok dan melanjutkan memakannya dengan santai, seolah itu adalah hal yang sangat wajar.Theresia menatapnya dengan sedikit terkejut, lalu menurunkan suaranya ketika bertanya, "Bukankah ini terlalu terang-terangan?"Jelas sekali bahwa Sonia tidak ingin hubungan mereka diketahui orang lain. Ditambah lagi, Rayden masih merupak