Saat Sonia kembali ke Imperial Garden, langit pun sudah gelap. Baru saja memasuki rumah, Sonia pun menerima panggilan dari Reza. “Lagi di mana?”“Di rumah?” balas Sonia sambil melepaskan sepatu.“Apa yang kamu lakukan hari ini?” Suara Reza terdengar lembut.“Keluar sebentar.”Reza langsung bertanya, “Ke mana?”Sonia tersenyum datar. “Nanti aku kasih tahu sewaktu kamu pulang!”Reza tersenyum. “Malam ini aku pulangnya agak telat. Tapi aku sudah bantu pesan makan malam buat kamu. Kamu harus habiskan semua, nggak boleh pilih-pilih.”“Emm!” balas Sonia.Ketika mendengar suara manis Sonia, hati Reza pun terasa gatal. “Kamu tunggu aku di rumah. Aku akan segera pulang.”“Emm!” Setelah panggilan diakhiri, Sonia pergi mandi. Baru saja dia keluar dari kamar mandi, terdengar bel pintu rumah berbunyi. Makanan yang dipesan Reza sudah tiba.Seperti biasa pelayan restoran yang mengantarkan makanan langsung ke rumah. Mereka menyajikan kotak makanan ke atas meja, baru berpamitan.Sonia mengeringkan ram
Begitu kembali ke kamar, Kelly langsung mengunci pintu kamar, baru mengganti pakaian tidurnya.Untung saja tidur Kelly tidak terganggu. Dia bisa tidur dibarengi dengan suara gaduh di luar sana.…Di Imperial Garden.Saat Reza kembali, Sonia masih belum tidur. Dia masih membaca buku di luar balkon.Reza langsung menggendongnya ke ranjang, lalu mengecup bibir Sonia, dan berkata, “Tunggu aku, aku mandi dulu.”Sonia mengangguk, lalu menengadah kepalanya untuk mencium dagu Reza.Reza sudah menunggu selama beberapa hari. Saat ini sekujur tubuhnya terasa tegang, bahkan suaranya juga sudah terdengar serak. “Sebentar saja!”Setelah Reza pergi ke kamar mandi, Sonia meletakkan bukunya di atas nakas. Kemudian, dia menyetel lampu ruangan menjadi agak redup. Sonia berbaring menunggu kedatangan Reza.Tak sampai sepuluh menit, Reza pun keluar dari kamar mandi. Dia langsung naik ke atas ranjang, mencubit pelan dagu Sonia, dan mulai menciumnya.…Selesai berolahraga, Sonia yang sudah mengantuk itu bersa
Kelly yang sedang mandi itu mendengar sepertinya ada yang sedang mendorong pintu. Dia spontan merasa gugup, lekas mengenakan pakaiannya, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Siapa?”Orang di luar sana tidak berbicara, dia terus mencoba untuk mendorong pintu. Berhubung pintu masih tidak bisa dibuka, orang di luar mengerahkan tenaga yang lebih kuat lagi.Saat kursi di belakang pintu terdorong sedikit, air di atas baskom pun meluber.Kelly segera berlari pergi menahan pintu, lalu bertanya, “Siapa?”Orang di luar sana berhenti, lalu berbicara dengan berlagak terkejut, “Kelly, kamu lagi di dalam? Aku kira pintunya rusak! Celana dalamku digantung di dalam. Kamu nampak nggak? Tolong keluarin, dong!”Kelly merasa marah dan takut. Dia berkata, “Kamu pergi dulu. Aku akan segera keluar!”“Aku mau pakai sekarang. Biarkan aku masuk sebentar!”Michael berkata dengan tersenyum, lalu terus mendobrak pintu.Kelly berusaha sekuat tenaganya untuk menahan pintu, lalu berkata dengan suara gemetar, “Kalau k
Bondan melirik gedung kuno sekilas, lalu bertanya dengan lembut, “Kenapa kamu tinggal di sini? Kalau kamu nggak bersedia tinggal di rumah Kak Jason, aku ada rumah kosong, kok. Kamu bisa tinggal di sana!”Kelly segera berkata, “Nggak usah. Terima kasih, Kak Bondan!”Bondan tidak berkata lain, dia hanya bisa berkata dengan tersenyum, “Apa aku boleh ngobrol di rumahmu?”Kelly berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. “Aku tinggal sama seorang cewek. Nggak enak sama dia!”“Baiklah kalau begitu!” Bondan tersenyum, lalu pergi membuka bagasi mobilnya untuk mengambil dua kantongan belanjaan yang sangat besar.Bondan menyerahkannya kepada Kelly. “Berhubung aku nggak bisa ke atas, kamu bawa sendiri!”Kelly melihat ada sarang burung walet, kolagen, dan produk wajah merek terkenal di dalamnya. Dia segera menggelengkan kepalanya. “Aku nggak butuh. Kak Bondan, kamu bawa pulang saja!”Bondan tersenyum. “Hanya beberapa suplemen saja. Nggak mahal, kok! Produk krim wajah ini juga pemberian teman.
Setelah menjelaskan dengan jelas, mereka berdua pun terasa lebih santai. Bondan berkata dengan tersenyum, “Kelak aku nggak akan telepon kamu lagi. Tapi aku berharap kamu tetap memanggilku Kak Bondan!”“Tentu saja!” balas Kelly dengan gembira.“Kalau begitu, cepat pulang sana. Rambutmu masih belum kering. Jangan sampai masuk angin. Aku juga sudah mau pergi!”“Sampai jumpa, Kak Bondan!”“Sampai jumpa!”Bondan kembali meletakkan barang bawaannya ke dalam bagasi mobil. Dia memasuki mobil, lalu melambaikan tangannya untuk berpamitan dengan Kelly.Kelly juga melambaikan tangannya. Dia berdiri di tempat sambil melihat mobil melaju pergi.Jason duduk di dalam mobil sambil melihat Kelly yang begitu “tidak merelakan” kepergian Bondan. Raut wajahnya semakin muram lagi.Setelah mobil Bondan sudah pergi jauh, baru saja Kelly hendak kembali ke rumah, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil. Kelly spontan memalingkan kepalanya ke arah suara klakson.Hari sudah gelap. Kelly tidak bisa melihat orang di
“Aku nggak akan pacaran! Meskipun aku pacaran, pacarku juga nggak bakal coba menerobos ke kamar mandi di saat wanita lain lagi mandi!” Tatapan Kelly berubah sinis.“Apa katamu?” Monica memicingkan matanya. “Apa maksudmu?”“Sepertinya omonganku sudah sangat jelas!” ucap Kelly. Dia tidak meladeni Monica, langsung berjalan ke atas.Saat Monica kembali ke rumah, dia segera mengeringkan rambut dan menyisir rambutnya. Ketika Kelly hendak keluar rumah, dia pun mendengar Monica sedang bertengkar dengan pacarnya.Kelly tidak meladeninya, langsung turun ke bawah.Setelah masuk ke mobil Jason, Jason langsung mengendarai mobil, membawa Kelly ke Restoran Buana. Mereka berdua tidak berbicara di sepanjang perjalanan.Jason tidak berbicara. Jadi, Kelly juga sengaja menjaga jarak.Setelah memasuki ruangan VIP, ruangan sangatlah gelap. Baru saja Kelly hendak menoleh untuk bertanya pada Jason, tiba-tiba terlihat cahaya lilin di tengah-tengah meja. Kemudian, terdengar alunan lagu ulang tahun.Kelly terben
Setelah minum beberapa gelas, wajah Kelly pun mulai merona, dan dia pun tersenyum lebar. “Tentu saja karena kalian merayakan ulang tahunku!”Kali ini raut wajah Jason tidak sedingin tadi lagi. “Minumnya yang pelan. Nanti dikira kami yang mabukin kamu!”Suasana di dalam ruangan tidak setegang tadi lagi. Mereka semua mengobrol seperti ketika di Imperial Garden dulu. Beberapa saat kemudian, Kelly merasa sedikit mabuk. Dia berdiri hendak ke toilet, Sonia pun langsung mengikutinya.Sewaktu di koridor, kebetulan Johan dan Frida sedang berjalan bersama. Raut wajah mereka berdua terlihat sangat datar. Setelah masalah kencan buta waktu itu, mereka berdua sudah “resmi berpacaran”. Jadi, saat akhir pekan, ibunya Johan memaksa Johan untuk berkencan dengan Frida. Johan sudah berusaha untuk menolaknya. Hanya saja, ibunya bersikeras memaksanya untuk keluar dengan Frida.Jadi, di bawah “pengawasan” ibunya, Johan terpaksa menelepon Frida untuk mengajaknya makan bersama.Tanpa berbasa-basi, Frida pun
Pantas saja!Frida melirik Johan sekilas, lalu berkata pada Sonia, “Perkenalkan, dia pacarku, Johan!”Johan tersenyum sinis. “Kamu seharusnya perkenalkan dengan lebih jelas lagi. Aku itu pacar gadunganmu!”Raut wajah Frida masih terlihat datar seperti biasa. “Aku nggak banyak macam kayak kamu!”“Aku banyak macam? Jelas-jelas ini kenyataan!” Kedua mata Johan terbelalak.“Kalau begitu, kamu tulis saja di keningmu ‘pacar gadungan’, gitu!”Johan terdiam membisu.Melihat mereka berdua sedang adu mulut, Sonia refleks ingin tersenyum, tapi dia berusaha menahannya!Frida melihat Sonia. “Kami nggak ganggu waktu kamu lagi! Kami permisi dulu!”Selesai berbicara, Frida langsung menyeret Johan meninggalkan pantri.Johan masih tidak ingin pergi. “Masih ada yang ingin aku bicarakan sama dia!”“Mau bicara apa lagi?” Frida berusaha menyeret Johan. “Kalau kamu nggak mau pergi, aku akan telepon ibumu!”“Kamu mau aduin aku ke ibuku? Memangnya kamu itu anak-anak?”“Aku memang bukan anak kecil, tapi aku itu
Juno berkata, “Masuklah! Dingin!”Baru saja Sonia membalikkan tubuhnya, tiba-tiba seorang pelayan berlari ke sisinya. “Nona Sonia!”Juno bertanya dengan datar, “Ada masalah apa?”Pelayan menjawab, “Di luar sana ada yang mengaku sebagai ayahnya Nona Sonia. Katanya, dia ingin bertemu sama Nona Sonia!”Raut wajah Sonia berubah datar. Anggota Keluarga Dikara masih menunggu di luar?Tadi Juno juga sudah melihatnya. Raut wajahnya masih kelihatan datar. “Kasih tahu mereka, Nona Sonia tidak akan bertemu mereka!”Pelayan segera mengiakan, lalu membalikkan tubuh.Juno melihat ke sisi Sonia. “Kelak jangan bertemu dengan anggota Keluarga Dikara lagi.”Sonia menunjukkan ekspresi lembut. “Aku mengerti.”“Ayo, pergi!”Juno merangkul pundak Sonia, lalu berjalan ke sisi taman bunga.Saat Sonia memasuki taman, tiba-tiba dia menerima sebuah pesan masuk. Dia membacanya, ternyata ada pesan masuk dari Melvin. Dia menghela napas ringan. Dia hampir saja melupakan Melvin!Melvin mengirim pesan.[ Sonia, masih a
Di dalam taman bunga, Devin sedang duduk di atas bangku panjang sembari merokok.Rose berjalan mendekatinya, lalu membungkus tubuh Devin dengan jasnya. “Kenapa kamu nggak pakai jasmu? Apa kamu nggak kedinginan?”“Ada matahari. Aku merasa cukup hangat.” Devin mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok.“Kenapa kamu nggak ngobrol di dalam? Malah keluar?” Rose bersandar di tubuh Devin. Dulu Rose paling tidak suka dengan bau rokok. Sekarang gara-gara Devin, dia pun mulai menyukai bau itu.Mungkin karena merintis pekerjaan terlalu banyak rintangan, Devin pun semakin sering merokok.Devin membalas, “Tuan Reza dan Tuan Matias tidak merokok. Mungkin mereka juga tidak suka dengan bau ini.”“Mereka semua merokok, kok!” ucap Rose.Tatapan Devin seketika berubah tajam. “Tadi mereka menolak rokok pemberianku. Sepertinya mereka tidak suka dengan rokokku.”Rose tertegun sejenak, lalu segera menjelaskan, “Bukan, dulu mereka memang merokok. Sekarang mungkin mereka lagi program anak, makanya ….”“Kamu
Sekarang teknik kecerdasan buatan yang dikuasai Herdian Group boleh dikatakan terdepan di seluruh dunia, juga telah memonopoli pasar. Seandainya ada yang ingin mendapatkan keuntungan dari bidang ini, mereka pun mesti menjalin hubungan baik dengan Herdian Group.Ekspresi Reza kelihatan lembut. Tidak kelihatan ekspresi spesial lainnya. “Bakal ada kesempatan.”Saat mereka sedang mengobrol, beberapa kali Devin tidak bisa berbaur dalam perbincangan mereka. Dia pun mencari alasan untuk pergi, lalu berjalan pergi melalui pintu samping taman bunga.Rose sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika menyadari Devin berjalan pergi, dia segera mengambil jas Devin, kemudian mengikuti langkah Devin.Ranty melihat bayangan punggung mereka berdua sembari mengunyah kacang. “Si Devin itu nggak pantas untuk bersama Rose.”“Emm?” Sonia memilih permen. Usai mendengar, dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Sonia jarang bertemu dengan Devin. Hanya saja, di mata Sonia, Devin adalah seorang pria yang ambisius da
Reaksi Reviana sangat cepat. “Dia itu muridnya Tuan Aska!”“Iya!” Tobias mengangguk. “Mungkin kita bisa mengandalkan hubungan itu agar bisa menemui Tuan Jemmy.”Namun, Reviana merasa harapan itu tidaklah besar. Dia berkata dengan nada dingin, “Dengan karakter Sonia, apa dia akan membantu kita?”“Apa kalian punya cara lain?” Kening Tobias berkerut. Tiba-tiba dia kepikiran dengan Stella. “Bagaimana hubungan Stella dengan gurunya, Tuan Welmus?”Raut wajah Reviana semakin muram saja. Dia terdiam membisu.Setelah Stella terkenal waktu itu, dia mengatakan kata-kata yang arogan dan sempat terjadi hal tidak menyenangkan dengan Welmus. Sejak saat itu, mereka berdua sudah putus hubungan.Sepertinya Welmus juga tidak menganggap Stella sebagai muridnya lagi. Jika mereka pergi mencari Welmus, seharusnya tidak ada harapan juga!Begitu melihat ekspresi mereka berdua, Tobias juga tidak menaruh harapan di diri Stella lagi. Dia semakin gusar saja. “Cepat atau lambat kalian akan hancur di tangan Stella!”
Tommy juga berkata, “Sepertinya terlalu lama?”Reza berkata dengan tersenyum datar, “Tidak lama. Hanya diundur beberapa bulan saja.”Lysa merasa gelisah. “Berarti masih harus menunggu beberapa bulan lagi. Pemandangan musim dingin di Kota Jembara juga sangat cantik, kok!”Lysa masih ingin mengadakan resepsi pernikahan sebelum Tahun Baru. Dengan begitu, mereka bisa merayakan hari raya bersama Sonia!Jemmy bertanya dengan serius, “Ini ide siapa?”Sonia ingin menjawab, tetapi Reza malah menggenggam tangan Sonia, lalu berkata dengan suara lembut, “Semua ini ideku. Perusahaan sangat sibuk di akhir tahun. Aku takut aku tidak ada waktu untuk mempersiapkan pernikahan. Aku tidak ingin mengecewakan Sonia. Jadi, aku butuh waktu yang lebih panjang untuk mengaturnya.”Sonia mengintip raut wajah Jemmy. Dia takut Jemmy akan menyalahkan Reza. Dia pun segera menimpali, “Aku juga berpikir seperti itu. Semua ini usulan aku dan Reza.”Jemmy tidak berbicara. Suasana di ruang makan menjadi berat. Pada saat i
Suasana di rumah Aska sangat ramai hari ini lantaran kedatangan banyak tamu. Ada Tommy, Lysa, Ranty, Matias, Rose, dan juga kekasihnya, Devin. Selain itu, juga kedatangan Reza dan Sonia.Begitu Reza dan Sonia datang, mereka langsung disindir oleh Ranty. Sonia dan Ranty adalah buah hati Jemmy. Dia pun menyaksikan dengan tersenyum.Aska membela, “Sonia bisa datang juga karena menghormatiku. Aku sungguh gembira!” Aska memalingkan kepalanya untuk melihat Tommy. “Jangan terlalu keras terhadap anak muda!”Tommy menyesap tehnya, lalu berkata dengan tersenyum, “Sonia bisa seunggul ini juga berkat diajari guru unggul seperti Tuan Aska!”Aska tertawa terbahak-bahak. “Jangan bicara seperti ini. Nanti ada yang cemburu!”Jemmy yang berdiri di samping mendengus dingin. “Jangan semakin tidak tahu diri! Kamu malah sengaja buat orang-orang merasa betapa sempitnya hatiku!”Semua orang spontan tertawa. Pelayan berjalan kemari, lalu mengatakan makan siang sudah dipersiapkan. Mereka semua bersama-sama ber
“Hah?” Sonia mengangkat kepalanya dengan syok.Reza berkata dengan perlahan, “Tadi pagi Ayah dan Ibu telepon. Mereka mau mengunjungi Kakek. Jadi, mereka tanya apa kita mau ikut. Aku bilang kamu masih tidur, tidak usah tunggu kita.”Kedua mata Sonia terbelalak lebar. “Kenapa kamu nggak bangunin aku? Bukannya aku jadi kelihatan nggak sopan?”Reza tersenyum tipis. “Memangnya sopan lebih penting daripada tidurmu? Lagi pula, kita itu sekeluarga. Kamu tidak usah berpikir terlalu banyak. Mereka sama seperti Kakek, sama-sama menyayangimu!”Sonia merasa alangkah baiknya untuk bersikap lebih sopan di hadapan senior. Hanya saja, berhubung mereka sudah telat, Sonia juga tidak mempermasalahkannya lagi. Dia hanya bertanya, “Ada urusan apa mereka mencari Kakek?”Reza membalas, “Tentu saja … ada urusan yang sangat penting!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa?”“Soal pernikahan kita!”Sonia terdiam membisu. Dia menarik pergelangan tangan Reza. “Kita laksanakan setelah Tahun Baru, ya?”“Tidak!” Reza langsu
Akhirnya Sonia mulai bangun. Dia melirik Reza sekilas, lalu bertanya pada Ranty, “Apa kamu sibuk banget hari ini?”“Nggak, kok. Aku lagi di rumahnya Matias. Aku nggak ada kerjaan sama sekali. Apa nanti kalian berencana untuk mengunjungi Kakek? Aku juga mau ikut,” ucap Ranty.Sonia kepikiran sesuatu. Hari ini dia mau bertemu dengan Jemmy. Namun, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Sonia menggaruk rambutnya. “Kalian pergi dulu. Nanti kita ketemuan di rumah Pak Guru!”“Oke, sampai jumpa!” balas Ranty dengan nada bicara manis. Setelah itu, dia pun mengakhiri panggilan.Reza menyingkirkan ponselnya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi ciuman di bibir Sonia.Sonia mengelak. “Belum gosok gigi. Lagi pula, sekarang sudah saatnya untuk bangun. Kalau aku nggak sampai rumah Pak Aska sebelum makan siang, aku pasti akan dimarah Kakek.”“Tidak apa-apa. Kalaupun dimarah, aku yang akan dimarah!” Reza suka melihat Sonia yang malas untuk bangun itu. Dia mencium Sonia beberapa saat,
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow