Sonia tinggal di rumah sakit sampai sore hari. Setelah Sandora kembali ke rumah sakit, Sonia baru berpamitan.Hari ini Sonia pulang dengan naik bus. Baru saja dia memasuki rumah, Reza pun pulang.Reza menanyakan kondisi Kelly. Sonia pun memberi tahu maksud kedatangan Gina tadi kepadanya.Reza berkata, “Kelly memang nggak seharusnya menerima uang itu. Tapi bisa jadi anggota keluarganya Kelly bakal menyalahkanmu.”Sonia menggigit bibir bawahnya, lalu berkata, “Aku merasa Kak Yvonne agak nggak puas.”“Si Yvonne itu.” Reza mengerutkan keningnya, lalu menambahkan, “Lebih baik suruh Kelly hati-hati sama dia.”“Sewaktu di rumah sakit tadi, aku lihat dia baik banget sama Kelly,” ucap Sonia.Reza memeluk Sonia untuk duduk di atas pahanya, lalu mengecup pipinya, dan berkata, “Jangan cuma lihat penampilannya saja.”Mulut Sonia langsung disumpal Reza. Dia tidak lagi melanjutkan topik pembicaraan itu, lalu membalas kecupan Reza.Reza mencubit dagu Sonia, lalu malam yang indah pun dimulai ….Keesoka
Sandora langsung menjawab, “Nggak usah, kalian semua masih harus kerja. Aku saja yang jaga Kelly!”“Ibu, Ibu nggak usah sungkan sama aku. Apa Ibu nggak menganggap aku sebagai anggota keluargamu?” Yvonne tersenyum. “Aku masih ada sisa cuti tahunan. Aku nggak tega lihat Ibu urusin Kelly, biar aku saja.”“Emm ….” Sandora merasa tidak enak hati. Yvonne dan Kenzo memang sudah tinggal bersama, tapi mereka masih belum mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA. Sekarang Yvonne malah ingin menjaga adik iparnya, wajar kalau Sandora merasa sungkan.“Nggak masalah, Bu. Aku ini kakak iparnya Kelly, sudah seharusnya aku jagain dia. Sepakat, ya!” Yvonne tersenyum, lalu lekas lanjut mencuci sayurnya.Sewaktu makan, Yvonne memberi tahu masalah dirinya akan merawat Kelly untuk sementara waktu ini.Kelly dan Kenzo merasa sangat terkejut. Kenzo terkejut lantaran Yvonne rela menghabiskan sisa cuti tahunannya demi menjaga Kelly. Padahal mereka sudah berencana menggunakan sisa cuti tahunan itu untuk berlibur. Ke
“Kak Jason, kapan kamu datangnya?” sapa Yvonne dengan tersenyum manis.Jason melirik Yvonne dengan datar, lalu berkata, “Aku kebetulan lewat. Jadi, sekalian jenguk Kelly.”Yvonne mencondongkan tubuhnya untuk menuangkan air kepada Jason. Dia memamerkan buah dadanya untuk diperlihatkan kepada Jason. “Pagi tadi Kelly masih nanya kapan kamu bakal ke sini. Eh, ternyata sudah datang.”Kelly mengerutkan keningnya. Sejak kapan Kelly mengungkit nama Jason?Jason mengambil gelas dari tangan Yvonne, lalu tersenyum hangat. “Mungkin ini yang namanya sehati!”Wajah Kelly langsung merona, tapi dia tidak bisa menjelaskannya.Jason memang melewati Imperial Garden. Dia masih ada urusan lain. Jadi, dia pun tidak tinggal lama.Yvonne mengambil inisiatif untuk pergi mengantar Jason. Dia bahkan berdiri di depan lift menemani Jason untuk menunggu lift. Yvonne membelai rambutnya, lalu menatap si lelaki, dan berkata, “Kak Jason, minta nomor WhatsApp-mu, dong! Kelak kalau terjadi apa-apa sama Kelly, aku bisa la
Gina menatap Sonia dengan tatapan menyindir. “Berarti kamu mesti panggil Reza dengan panggilan Paman Reza. Usiamu lebih kecil dari kami.”“Iya!” balas Sonia dengan tersenyum.Reza berjalan masuk dari pintu kaca dengan memegang tali yang mengikat Max. “Apa yang sedang kalian bicarakan? Kelihatannya gembira sekali?!”Ketika melihat Max, Sonia spontan mundur selangkah. Gina malah langsung berdiri, berlari untuk memeluk Max dan menciumnya!Reza menyadari Sonia sedang melangkah mundur. Dia pun menepuk kepala Max. “Main di luar sana!”Max langsung berlari keluar. “Kenapa kamu malah usir Max keluar. Padahal aku ingin main sama Max!” kata Gina dengan kesal.“Kalau begitu, kamu main di luar sana!” balas Reza.Gina menggigit bibirnya, lalu memalingkan kepalanya untuk menatap Lysa. “Bibi, kamu lihat si Reza, dia menindasku!”Lysa tersenyum berkata, “Aku nggak bisa atur dia lagi. Kelak aku serahkan dia kepadamu, ya!”Semua orang mengerti dengan maksud ucapan Lysa. Wajah Gina spontan merona, dia m
Sonia membalas dengan suara datar, “Nggak usah, nanti aku masih ada urusan. Jadi, aku harus langsung pulang.”“Baiklah kalau begitu!” Gina tersenyum ramah, lalu meninggalkan kamar.Akhirnya bimbel sudah selesai. Saat Sonia turun ke lantai satu, dia pun bertemu dengan Lysa. Dia berpamitan, lalu berjalan keluar rumah.“Sonia!”Gina mengejar ke depan pintu, lalu berkata, “Sonia, ganggu waktumu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Oke!” Sonia mengangguk.Mereka berdua berjalan ke sisi taman. Gina bertanya dengan penuh perhatian, “Bagaimana kondisi Kelly?”“Selain luka di telapak tangannya, luka yang lain sudah kering,” balas Sonia.Gina mengangguk. “Chelsea masih dikurung di kantor polisi. Pekerjaan pamanku juga terkena imbas. Sepertinya Kak Jason merasa bersalah dengan apa yang menimpa Kelly. Jadi, dia mengutus tim pengacaranya untuk menggugat Chelsea. Dia bersikeras ingin memasukkan Chelsea dan yang lainnya ke penjara. Tapi menurutku, Kak Jason sudah membesar-besarkan masal
“Aku ngerti, tapi aku nggak bisa bantu dia buat bujuk Kelly,” ucap Sonia dengan nada datar.Reza melirik Sonia sekilas dari kaca spion tengah. Tampak dia sedang menatap ke luar jendela. Reza menghentikan mobil di tepi jalan, lalu memalingkan kepalanya untuk berkata, “Duduk depan.”Sonia menuruti ucapan Reza untuk pindah ke baris depan.Baru saja Sonia memasang sabuk pengaman, tiba-tiba Reza langsung mencondongkan badannya dengan salah satu tangan menopang di tempat duduk, dan satu tangan lainnya mengelus wajah Sonia.Seketika Reza langsung mengecup bibir Sonia. Aura bossy spontan memenuhi isi mobil. Kedua mata Sonia terbelalak. Namun, pada akhirnya dia memejamkan matanya, lalu membalas kecupan yang diberikan Reza.Sekarang mereka berdua masih berada di jalan di depan vila. Jarang ada yang melewati jalan ini. Jadi, mereka bebas melakukan apa saja.Beberapa saat kemudian, Reza baru melepaskan bibir empuk Sonia. Hanya saja, tatapan tajam Reza masih tertuju pada diri wanita kesayangannya.
Gina berusaha mengendalikan ekspresinya, lalu menemani Lysa untuk makan bersama. Dia memuji kulit wajah Lysa semakin bagus saja, dan juga memuji masakan koki Keluarga Herdian lebih enak daripada sebelumnya ….Sewaktu Tandy sedang berbincang-bincang dengan mereka, dia diam-diam mengirim pesan untuk Reza.[ Paman, kamu antar Bu Sonia pulang ke rumah? ]Reza membalas dengan cepat.[ Iya, ada masalah apa? ]Tandy mengerutkan keningnya.[ Kamu nggak suka Bibi Gina? Kamu sukanya sama Bu Sonia? ]Saat ini Reza masih sedang mengendarai mobil. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Sonia sambil tersenyum. “Ternyata aku nggak pintar sembunyikan perasaanku!”Wajah Sonia seketika merona. Dia mengambil ponselnya, lalu mengetik.[ Kamu sudah berpikir kebanyakan. Aku bisa antar gurumu karena searah. ]Tandy membalas.[ Oh! ]Reza bertanya, “Apa yang kamu katakan sama dia?”Sonia tersenyum. “Aku lagi jelaskan kenapa kamu bisa antar aku?”“Searah lagi?” Reza melirik Sonia sekilas, lalu tersenyum. “Entah s
Lysa mengangguk sambil bergumam, “Aku juga rasa nggak mungkin. Ayahmu sangat sibuk, bahkan akhir pekan saja nggak ada di rumah. Mana mungkin dia ada waktu luang untuk bertemu dengan Sonia? Lagi pula, ayahmu juga bukan orang seperti itu!”Raut wajah Tandy terlihat serius. “Nggak mungkin!” ucap Tandy dengan pasti.Lysa pun merasa tenang. “Mungkin aku sudah berpikir kebanyakan. Seperti yang kamu katakan tadi, Gina cuma ingin memuji Bu Sonia saja.”Tandy tersenyum lebar.Kali ini Lysa spontan merasa lega. Dia melambaikan tangannya, lalu berkata, “Kalian pergi main sana. Aku mau lanjut nonton sinetron dulu!”Tandy pun berdiri, lalu naik ke lantai atas. Dari atas tangga, Tandy mengintip sekilas neneknya yang sedang menonton dengan serius, lalu kembali melanjutkan langkahnya.…Sudah beberapa kali Bondan ingin menjenguk Kelly, tapi dia selalu ditolak oleh Kelly. Jadi, dia terpaksa menelepon Jason.“Kak Jason, apa kamu tahu alamat tempat tinggal Kelly? Aku beliin suplemen buat dia, aku ingin j
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m