Sonia menatap Ranty dengan kedua mata terbelalak. Dia merasa gara-gara Ranty putus dengan Matias, Ranty malah melampiaskan ketidakpuasannya kepada dirinya.Emily mengenal Sonia, dia pun berkata dengan penuh keyakinan. “Hanya butuh setengah jam saja.”Ranty mengangguk. “Aku mau semua orang terkejut ketika melihat kecantikannya!”Emily membuat isyarat tangan oke. “Serahkan saja sama aku!”Sonia hanya terdiam saja.Setengah jam kemudian, Sonia duduk di depan meja rias. Dia melihat Emily mengambil beberapa kalung berlian sambil bercermin.Sonia mendorong tangan Emily. “Nggak usah, aku nggak terbiasa pakai kalung.”Ranty bersandar di meja sambil memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. “Tulang selangka Sonia sangat indah. Kalau pakai kalung, malah akan ketutup.”Emily baru menyadarinya. “Pantas saja aku merasa kalung ini nggak cocok sama Bu Sonia.”Ranty memilih aksesori dari dalam kotak. Pada akhirnya, dia memilih sepasang anting-anting berlian yang berwarna merah muda, lalu memakaikanny
Tiba-tiba Sonia teringat ucapan Gina ketika di Kediaman Herdian tadi. Gina mengajak Jason dan yang lainnya berkumpul bersama. Hanya saja, Sonia tidak menyangka mereka akan bertemu di Altena.Sonia terpaksa menghentikan langkahnya, lalu membalas senyuman Jason. “Kak Jason!”Hati Reza seketika berdegup kencang ketika melihat gadis di hadapannya. Tatapannya semakin tajam, dan keningnya semakin berkerut. Seingat Reza, Sonia sangat jarang mengenakan terusan. Jujur saja, penampilan Sonia hari ini cantik sekali dan agak seksi.Kenapa Sonia berpakaian seperti ini di klub? Reza menyadari ada banyak lelaki yang sedang mengintipnya. Itulah alasannya Reza merasa kesal!Gina memakai topi dan juga masker. Dia berkata, “Bu Sonia lagi kumpul bareng teman, ya? Kebetulan kali, ya!”Sonia mengangguk.Jason mengamati Sonia sekilas, lalu melirik ke sisi Reza. Dia berpikir, sekarang Gina sudah pulang, apa itu berarti mereka berdua sudah putus?Ranty melirik Gina dan Reza sekilas, lalu berkata, “Ternyata Pak
Gina terdiam membisu.Ranty terlihat sangat penasaran. Meski Gina merasa kesal, dia juga tidak mungkin menunjukkan kekesalannya di depan orang banyak. Hanya saja, kata “berumur” sangatlah sensitif bagi wanita. Gina pun hanya bisa tersenyum paksa saja.“Kalau ada yang cocok, aku tentu akan mempertimbangkan masalah pernikahan.”“Dari ucapan Nona Gina, sepertinya kamu sudah punya calonnya, ya?”Gina seperti sedang diwawancarai awak media saja. Dia melirik ekspresi Reza, lalu membalas, “Maaf, ini menyangkut masalah pribadiku. Aku nggak ingin bahas terlalu banyak.”Ranty tersenyum tanda dirinya mengerti. “Oke, oke, aku mengerti!”Saat Reza mengambil rokok, dia tanpa sengaja melirik ke sisi Sonia. Sonia terlihat sedang menundukkan kepalanya. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.Tak lama kemudian, semuanya sudah berpencar. Ada yang pergi mengobrol, dan ada yang pergi bermain kartu poker.Jason duduk di samping Reza. Dia menatap Gina yang sedang membuka musik, lalu menatap Sonia yang se
Baru saja Gina hendak mengiakan, Reza tiba-tiba berkata, “Kenapa kamu asal membagi tim? Nggak profesional.”Selesai berbicara, Reza mengeluarkan dua lembar kartu hitam dan dua lembar kartu merah, lalu mengocok dan membalikkan kartu ke atas meja. “Semua orang pilih satu, yang warnanya sama satu tim.”Ranty pun tersenyum. “Kalau begitu, aku duluan!” Dia mengambil satu kartu dari empat kartu di atas meja. Dia masih belum mengumumkan warna kartunya.“Bu Sonia, giliran kamu!” Gina menatap Sonia.Sonia mengangguk. Sekarang Sonia memilih satu lembar dari tiga kartu.Ketika hanya tersisa dua kartu, Reza berkata pada Gina, “Kita nggak usah pilih lagi. Ini punyamu!”Selesai berkata, Reza langsung menyerahkan satu lembar kartu kepada Gina, lalu sisanya untuk dirinya sendiri.Mereka berempat membuka kartu secara bersamaan. Kartu Ranty berwarna hitam, dan Gina juga berwarna hitam. Tidak perlu ditebak lagi, kartu merah berada di tangan Sonia dan juga Reza.Saat Sonia mengangkat kepalanya, kebetulan
Gina berkata dengan tersenyum, “Reza memang jago main blackjack. Kita sial karena ketemu lawan sehebat Kak Reza!”Johan merasa tidak puas. “Itu bukan hanya masalah keberuntungan saja. Kamu sih nggak jago mainnya, malah salahin orang lain!”Ranty langsung memelototi Johan, lalu berkata, “Mungkin Pak Reza dan Sonia cocok jadi teman satu tim.”Ketika mendengar ucapan itu, telinga Sonia terasa panas. Dia mengulurkan tangannya, lalu berkata, “Biar aku saja yang kocok kartu!”“Aku saja!” Reza mencondongkan badannya untuk mengambil kartu dari tangan Sonia. Sewaktu mengambil kartu, jari Reza tidak sengaja menyentuh jari Sonia. Dia dapat merasakan tangan Sonia sangat dingin. Reza spontan mengerutkan keningnya.Setelah mengocok kartu, bandar mulai membagi kartu. Reza melihat kartu di tangannya, lalu berkata, “Kenapa dingin sekali? Johan, tinggikan suhu AC-nya.”Johan merasa kaget. “Apa dingin, ya? Aku malah merasa agak panas.”Reza menatap Johan. “Yang main kartu itu kami, kenapa malah kamu yan
Reza meletakkan kartu poker yang sudah disusunnya ke samping, lalu mengeluarkan sebatang rokok. Saat ini Sonia tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk menahan kotak rokok. “Kata siapa mau berhenti merokok?”Tatapan Reza langsung tertuju pada diri Sonia. “Apa ada hubungannya sama kamu?”Kedua mata Sonia langsung berair. Dia menggigit bibir bawahnya, merasa sangat sedih.Detak jantung Reza berdegup kencang. Reza berpikir, kalau Sonia menjawab “ada”, dia tidak akan mempermasalahkan masalah sebelumnya lagi. Meski Sonia membohonginya demi lelaki lain, Reza juga tidak akan mempermasalahkannya lagi.Reza akan kembali seperti dulu lagi, memanjakan dan menyayanginya! Tidak, Reza malah akan semakin memanjakan dan semakin menyayanginya!Hanya saja, Sonia tidak mengatakan apa-apa. Dia menurunkan tangannya, dan kembali menundukkan kepalanya, lalu berjalan pergi.Kali ini ekspresi Reza semakin muram lagi. Saking kesalnya, Reza langsung meremas kotak rokok di tangannya.…Johan menceritakan kekalahan t
“Ayo cepat jawab aku!” Wajah Jerry pun sudah memerah lantaran terlalu bersemangat.“Sepertinya dia nggak pernah main basket!” Ranty menatap Sonia. “Memangnya kamu pernah main?”Sonia langsung menggeleng.Namun, Jerry tetap tidak percaya. Dia memanggil Kevin kemari, lalu memamerkan nilai Sonia.Bahkan orang-orang yang sedang bermain permainan di samping juga tercengang dengan nilai permainan basket Sonia.Raut wajah Sonia masih terlihat normal seperti biasa. Bukannya hanya melempar bola saja? Kenapa mereka begitu heboh?Kehebohan di area permainan basket menarik perhatian orang di sekitar. Johan bertanya pada Bondan, “Apa yang sedang mereka lakukan di sana? Kenapa seramai itu?”Bondan tersenyum. “Sepertinya Sonia cetak rekor baru. Mereka semua nggak percaya Sonia nggak pernah main basket sebelumnya. Itu … dia lagi diinterogasi!”“Cetak rekor?” Johan tersenyum sinis. “Aku juga nggak percaya!”Johan memang tidak begitu menyukai Sonia. Saat ini dia berjalan mendekati kerumunan, lalu meliha
Semua orang mulai terdiam sambil menatap gerakan tangan Sonia dan Johan. Beberapa saat kemudian, mata mereka semua terbelalak!Sonia bahkan tidak melihat keranjang, kedua matanya hanya terus tertuju pada bola di bawah. Dia tidak terlihat buru-buru, melainkan sangat amat santai.Johan juga sangat hebat, kemampuannya juga hampir mengimbangi Sonia.Pertandingan kedua master memang sangat seru!Bahkan Gina juga terkejut. Dia berkata, “Ternyata Bu Sonia hebat sekali. Aku saja nggak percaya kalau dia bilang dia nggak pernah main basket sebelumnya!”Jason berkata, “Mungkin saja! Bisa jadi ini yang dinamakan bakat terpendam?”Gina berpikir sejenak, lalu menatap Reza. Tampak Reza sedang menyelipkan kedua tangan di dalam saku celananya. Dia sedang menyaksikan pertandingan di depan saja. Hanya saja, dari arah pandang Reza, Gina menyadari bahwa dia terus menatap Sonia.Tiga menit berlalu dengan sangat cepat. Johan langsung melihat nilainya.Nilai 1147!Johan langsung memasang senyum bangga, lalu m
“Hah?” Sonia mengangkat kepalanya dengan syok.Reza berkata dengan perlahan, “Tadi pagi Ayah dan Ibu telepon. Mereka mau mengunjungi Kakek. Jadi, mereka tanya apa kita mau ikut. Aku bilang kamu masih tidur, tidak usah tunggu kita.”Kedua mata Sonia terbelalak lebar. “Kenapa kamu nggak bangunin aku? Bukannya aku jadi kelihatan nggak sopan?”Reza tersenyum tipis. “Memangnya sopan lebih penting daripada tidurmu? Lagi pula, kita itu sekeluarga. Kamu tidak usah berpikir terlalu banyak. Mereka sama seperti Kakek, sama-sama menyayangimu!”Sonia merasa alangkah baiknya untuk bersikap lebih sopan di hadapan senior. Hanya saja, berhubung mereka sudah telat, Sonia juga tidak mempermasalahkannya lagi. Dia hanya bertanya, “Ada urusan apa mereka mencari Kakek?”Reza membalas, “Tentu saja … ada urusan yang sangat penting!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa?”“Soal pernikahan kita!”Sonia terdiam membisu. Dia menarik pergelangan tangan Reza. “Kita laksanakan setelah Tahun Baru, ya?”“Tidak!” Reza langsu
Akhirnya Sonia mulai bangun. Dia melirik Reza sekilas, lalu bertanya pada Ranty, “Apa kamu sibuk banget hari ini?”“Nggak, kok. Aku lagi di rumahnya Matias. Aku nggak ada kerjaan sama sekali. Apa nanti kalian berencana untuk mengunjungi Kakek? Aku juga mau ikut,” ucap Ranty.Sonia kepikiran sesuatu. Hari ini dia mau bertemu dengan Jemmy. Namun, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.Sonia menggaruk rambutnya. “Kalian pergi dulu. Nanti kita ketemuan di rumah Pak Guru!”“Oke, sampai jumpa!” balas Ranty dengan nada bicara manis. Setelah itu, dia pun mengakhiri panggilan.Reza menyingkirkan ponselnya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk memberi ciuman di bibir Sonia.Sonia mengelak. “Belum gosok gigi. Lagi pula, sekarang sudah saatnya untuk bangun. Kalau aku nggak sampai rumah Pak Aska sebelum makan siang, aku pasti akan dimarah Kakek.”“Tidak apa-apa. Kalaupun dimarah, aku yang akan dimarah!” Reza suka melihat Sonia yang malas untuk bangun itu. Dia mencium Sonia beberapa saat,
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow
Telapak tangan Reza mengusap rambut Sonia. Dia menunduk untuk mengecup keningnya, lalu mendesak Robi untuk mengendarai mobil dengan cepat.Robi membatin, ‘Aku sudah berusaha untuk cepat, tapi kondisi lalu lintas tidak mengizinkan.’Tentu saja dengan adanya perintah Bos, Robi juga tidak boleh mencari alasan apa pun. Dia terpaksa mengeluarkan teknik mengemudinya, lalu mengebut kencang.Setibanya di Gedung Anggrek, Reza tidak membangunkan Sonia, melainkan langsung menggendongnya untuk menuruni mobil.Ada kotak hadiah yang jatuh dari tubuh Sonia. Reza melihat sekilas, lalu mengambilnya ke lantai atas.Setibanya di lantai atas, pintu dibuka, kemudian ditutup kembali. Kali ini, Reza tidak memiliki pertimbangan lain. Sonia diturunkan di atas rak sepatu. Dia menahan pinggang langsing Sonia, lalu memberinya ciuman hangat yang mendalam.Sonia merasa sangat mengantuk. Yang tidak bisa tidur terlelap selama sepuluh hari ini bukan hanya Reza saja. Semalam Sonia mengobrol panjang dengan Ranty hingga
Saskia tahu apa maksud Jason. Dia tidak segera memberi jawaban pasti, melainkan langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya boleh tidak aku bawa Yana ke rumah? Tadi ayahmu baru berpesan sama aku. Dia bahkan sudah menghafal cerita dongeng untuk diceritakan kepada Yana.”Jason berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oke, bawa Yana pulang saja. Aku akan bicara dengan Kelly.”Saskia langsung merasa gembira. Dia menggendong Yana sembari berkata, “Ayo pulang bersama Nenek. Ucapkan sampai jumpa kepada Ayah!”“Di mana Ibu?” tanya Yana.Jason memiringkan kepalanya untuk mencium pipi Kelly. “Aku pergi cari Ibu dulu. Kamu pulang dengan Nenek sana. Nanti malam kita lakukan panggilan video.”“Emm!” Yana mengangguk dengan patuhnya. “Sampai jumpa, Ayah!”“Sampai jumpa!”Jason sungguh merasa gembira. Dia menggendong Yana berjalan keluar. “Kakek suruh orang untuk bawa seekor koala dan dua ekor kelinci dari luar negeri. Semuanya cantik-cantik. Apa kamu mau melihatnya?”“Nenek!” Kening Yana berkerut.
Celine malah memperhatikan Reza dan Sonia. Pada acara seperti ini, Reza malah memilih untuk berdiri di samping Sonia. Apa hubungan mereka berdua sudah diresmikan?Hati Celine terasa panik. Dia merasa waktu yang tersisa sangatlah sedikit. Namun, dengan sikap arogan Celine, dia tidak bisa menjilat pria seperti yang dilakukan Sonia!Ketika kepikiran hal ini, Celine semakin meremehkan Sonia!…Jemmy menghadiahkan sebuah hadiah berharga untuk Ranty. Sebelum pergi, dia berpesan kepada Ranty, “Sekarang kamu sudah menikah, kamu pun sudah dewasa. Ke depannya kamu tidak boleh bersikap kekanak-kanakan lagi dan mesti jaga temperamenmu. Lewatilah hidupmu bersama Matias dengan baik!”Ranty memeluk Jemmy dengan perlahan. “Kakek, terima kasih sudah kemari hari ini. Aku pasti akan dengar ucapanmu!”“Kamu memang patuh!” Jemmy menepuk pundak Ranty. “Kamu tidak usah antar lagi. Aku pulang saja!”Kedua mata Ranty menjadi basah. Dia melambaikan tangannya. “Sampai jumpa, Kakek!”Reza dan Sonia mengantar Jemm
“Iya! Iya!” Orang yang berbicara segera menimpali, “Anak muda punya pemikirannya sendiri. Pikiran kita juga tidak boleh terlalu konservatif. Yang penting mereka gembira saja!”Saskia tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka krim di ujung bibir Yana dengan lembut.Lysa berkata, “Reza masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Nanti keluarga kita diskusikan tanggal, kemudian kita adakan bersama saja, lebih ramai juga. Lagi pula, hubungan Reza dan Jason juga cukup bagus.”Kedua mata Saskia langsung berkilauan. Dia berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Oke, nanti biarkan Jason dan Reza ambil keputusan saja!”Lysa mengangguk dengan tersenyum lembut. Dia berpikir seandainya mereka berdua bisa menikah bersama, sepertinya akan lebih cepat lagi. Dia sudah tidak sabaran ingin Sonia memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.…Setelah acara bubar, mobil sudah berhenti di depan untuk mengantar Jemmy dan Aska pulang.Sonia, Reza, Ranty, dan yang lain mengantar kedua senior ke luar gedung.Orang
Nelson mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu sudah mengundurkan diri. Apa karena kamu bertengkar sama Bos Yandi?”Ketika melihat sikap mereka berdua tadi, sepertinya mereka sedang tidak akur.Tasya menunduk, lalu membalas dengan suara pelan, “Nggak ada yang perlu dipertengkarkan. Aku … semua salahku. Aku nggak ingin tambah masalah buat dia. Lagi pula, aku pergi bekerja atau nggak, semuanya juga nggak ada hubungannya sama dia!”Nelson bertanya dengan bingung, “Kesalahan apa yang kamu perbuat?”Tasya tidak berbicara.Nelson tersenyum. “Kalau tidak mau kerja, ya tidak usah. Kamu memang tidak seharusnya ke sana!”“Iya.” Tasya tersenyum menyindir sembari bergumam, “Memang nggak seharusnya aku ke sana!”“Kalau begitu, kamu akan punya waktu yang lebih banyak di akhir pekan. Nanti kita pergi daki gunung bersama atau nonton film di bioskop.” Tersimpan amarah di dalam mata Nelson. Dia menatap Tasya dengan sedikit harapan.Tasya mengangguk dengan tidak fokus. “Oke!”“Kalau begitu, sepakat, ya
Ketika Reza mendengar suara tawa Sonia, dia langsung menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dada lebar Reza bisa membuat Sonia bersandar dengan nyamannya. Dia berkata dengan suara rendah, “Sonia, aku benar-benar sangat beruntung!”“Emm?” Sonia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Reza.Reza menatap Sonia dengan tatapan membara. “Beruntung sekali!”Ujung bibir Sonia melengkung ke atas. “Aku juga merasa seperti itu!”Hati Reza terasa lembut. Dia menunduk untuk mengecup kening Sonia, lalu beralih ke ujung hidung mancung, kemudian berakhir di bibirnya.…Setelah Yandi meninggalkan tempat, dia berjalan ke area parkiran. Dari kejauhan, terlihat dua sosok orang sedang berjalan menghampirinya. Suara yang familier juga terdengar.“Oscar, yang cepat. Kue tarnya sudah meleleh, nih!”Suara Tasya terdengar sedikit manis dan imut.Oscar segera mengikuti langkah Tasya, lalu mengambil kue tar dari tangan Tasya. Suaranya terdengar tidak berdaya dan santai. “Padahal semuanya sudah tersedia di acara, kam