Saat Sonia berbaring di atas ranjang, waktu pun sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dia dapat mencium aroma si lelaki di dalam selimut. Sonia spontan mengambil ponsel, lalu mengetik.[ Aku nggak seharusnya bohongin kamu. Maaf, kami cuma teman biasa saja. ]Sonia mengira Reza sudah tidur saat ini. Tak disangka, dia malah membalas dengan secepat ini.Dia segera mengambil ponselnya, dan raut wajahnya semakin memucat.[ Nggak usah jelaskan sama aku. Dengan hubungan kita, kamu nggak perlu jelaskan apa-apa. ]Sewaktu di rumah sakit waktu itu, Sonia pun terluka dengan ucapannya. Tapi begitu kembali ke Imperial Garden, momen kebersamaan mereka terus muncul di benaknya. Sonia merasa Reza hanya sedang emosi saja.Jadi Sonia memberanikan diri untuk mendekati Reza. Namun setiap tulisan yang dibalas Reza seolah-olah sedang menamparnya.Benar apa kata Reza. Sonia sudah menyalahartikan hubungan mereka. Dia sudah salah paham dengan statusnya.âĶKeesokan harinya, Sonia kembali bekerja di Kasen.Jas
Si lelaki melirik wajah Sonia, lalu mengangguk. âKeluar sana!âSonia membawa nampan mengikuti langkah Sunny. Setelah sampai di tempat yang agak sepi, Sunny baru berpesan, âTamu di ruangan itu namanya Pak Zein. Kelak kalau kamu melayani ruangan itu, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatian.ââPak Zein biasanya akan dilayani oleh wanita pendamping tetap, kamu jangan asal perkenalkan orang lain sama dia. Kalau dia pesan minuman, kamu mesti buka di hadapannya. Kalau dia nggak manggil, jangan masuk ke ruangannya.âSonia mengiakan, âAku sudah ingat!ââEmm, kamu cukup layani ruangan 6616 saja. Mengenai yang lain, kamu nggak usah urus. Kak Wulan sudah berpesan kepadaku untuk menjagamu. Kalau ada urusan, kamu bisa cari aku,â ucap Sunny dengan tersenyum.Sonia pun tersenyum. âTerima kasih, Kak Sunny.âDua hari kemudian, Reza datang berkunjung ke Kasen. Sera datang menyapanya, âSonia lagi di lantai enam untuk gantiin jadwal Wulan. Aku akan panggil dia naik sekarang.âJason menyalakan rokok, lal
Bondan duduk di seberang Reza. Ketika melihat pelayan yang memasuki ruangan diganti menjadi Devi, dan melihat Reza bahkan tidak mengangkat kepalanya ketika Jason mengungkit nama Sonia, Bondan yakin telah terjadi sesuatu di antara mereka.Mungkin semuanya berhubungan dengan panggilannya waktu itu. Kemudian Reza menang dua kali pada ronde berikutnya, tapi raut wajahnya masih terlihat sangat datar. Semua orang sedang mengobrol dengan senangnya, tapi dia malah terlihat sangat murung.Beberapa hari kemudian, terkadang Reza akan datang ke Kasen. Kalau bukan bermain kartu dengan Jason, dia pun duduk sendirian di sofa. Dia tidak pernah sekali pun mengungkit nama Sonia.Jason merasa mereka berdua sepertinya benar-benar sudah putus.Biasanya ekspresi Reza terlihat sangat datar. Tidak ada yang bisa menebak apakah dia sedang gembira atau sedih. Jadi orang yang tidak tahu masalah tidak menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Hanya saja, sebelumnya Reza sudah membulatkan tekadnya untuk tidak meroko
âBagus, bagus, gimana kabar keluargamu?â tanya Yandi.âSemuanya baik-baik saja.â Si lelaki tersenyum. âAdik perempuanku juga sudah kuliah tahun kedua.âYandi bertanya, âKenapa kamu bisa ada di sini?âAdiknya Jimmy membalas, âKaki ayahku patah karena jatuh dari atas gunung. Sekarang dia lagi diopname. Aku lagi jaga dia.ââOhh!â balas Yandi, lalu mengeluarkan uang dari sakunya. âAku cuma bawa segini saja. Kamu ambil sana. Beri aku nomor rekeningmu, biar aku transfer kamu.âSi lelaki terkejut. âApa yang lagi kamu lakukan?âYandi berkata, âOrang tuamu susah payah membayar uang sekolah kamu dan adikmu. Sekarang ayahmu malah masuk ruang sakit. Aku dan kakakmu adalah teman yang sangat baik. Anggap saja ini uang dari kakakmu.âSi lelaki kembali menolak pemberian Yandi. âTerima kasih. Tapi nggak usah, kami punya duit, serius!ââKamu baru tamat kuliah, dan belum dapat kerjaan. Dari mana kamu punya uang?â Yandi tidak percaya.âSerius!â Si lelaki tersenyum bodoh. âKakakku selalu mengirim uang untu
Yandi menyuruh anak buah untuk melanjutkan penyelidikan. Hasil penyelidikannya pun sudah keluar. Kelima rekening itu menerima transferan dari nomor rekening yang sama.Ketika melihat nama itu, Yandi spontan mengangkat kepala sambil memejamkan matanya. Tubuhnya tiba-tiba menjadi gemetar.Sonia! Yandi sungguh membencinya lantaran dia tidak peduli dengan kematian teman-temannya. Yandi membenci Sonia lantaran dia selalu bersikap dingin seolah-olah masalah itu tidak berhubungan dengannya!Saat mereka berdua bertemu, Sonia juga hanya terdiam membisu dan menerima semua caci maki Yandi.Selama beberapa tahun ini, Yandi hidup keluyuran. Yandi merasa dengan hidup seperti ini, dia baru bisa menebus semua kesalahannya. Dia sungguh tidak menyangka Sonia bahkan menghidupi begitu banyak orang.Atas dasar apa Yandi memarahi Sonia? Atas dasar apa?!Si lelaki mengepal erat tangannya. Dia merasa kesal dengan dirinya sendiri. Saking kesalnya, Yandi bahkan menampar wajahnya sendiri.Leon berjalan mendekati
Sonia dan Leon memalingkan kepala untuk melihat Yandi. Mereka berdua merasa sangat bingung.Yandi merasa canggung lantaran ditatap Sonia melulu, dia pun berkata dengan serius, âAku merasa benar apa kata dia!âSonia semakin kebingungan. Dia berkata kepada Leon, âKamu gendong dia ke kursi roda, aku urus prosedur keluar rumah sakit dulu.ââOhh!â Leon tidak begitu mengerti pemikiran si Bos. Dia hanya membalas dengan ala kadarnya.Setelah Sonia keluar dari ruangan, Leon baru berjalan ke depan Yandi, lalu bertanya, âBos, apa maksudmu? Bukannya kamu nggak suka sama cewek itu? Dia itu wanitanya Reza!âRaut wajah Yandi berubah muram. Dia berkata, âAku beri tahu kalian, kelak kalian mesti bersikap sopan terhadap dia! Perlakukan dia sama seperti kalian perlakukan aku. Barang siapa yang berani bersikap kurang ajar terhadap dia, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan terhadap kalian!âLeon dan yang lainnya saling bertukar pandang. Mereka semua berasumsi apakah Bos mereka sudah terpikat dengan c
Tatapan Sonia berubah tajam. âAku akan beri tahu kamu dalam dua hari ini!ââEmm!â Nada bicara Yandi berubah datar. Dia tidak berkata lain lagi. Demi Sonia, meski harus mengorbankan nyawa, Yandi juga bersedia!Bima sudah menyajikan makanan di atas meja. Sonia pun menemani Yandi untuk makan bersama.Saat Sonia pulang, dia menerima panggilan di lift. Ketika melihat tampilan ponsel, Sonia langsung mengangkatnya, âHalo, Bu Diana!âOrang yang menghubungi Sonia adalah ibunya Tandy, Diana.Suara Diana terdengar lembut. âSonia, apa kamu punya waktu besok?ââAda, ada masalah apa, ya?â tanya Sonia.âBesok itu hari ulang tahun Tandy. Kami ingin mengundangmu untuk merayakan bersama.â Diana melanjutkan, âSebenarnya aku ingin suruh Tandy telepon kamu, tapi dia bilang dia takut kamu akan menolak undangannya. Dia ngotot ingin aku telepon kamu. Kalau kamu ada waktu, kami sambut kedatanganmu!âSonia tersenyum datar. âUlang tahun Tandy? Oke, aku pasti bakal ke sana!ââJanji, ya.â Diana tersenyum. âSampai
Si lelaki mengerutkan keningnya. âDua tahun lalu Aquila hampir saja melenyapkan organisasi Tritop. Tapi dalam setahun belakangan ini, tidak terdengar kabar apa pun darinya, sepertinya bukan dia!â Zein tidak berkata apa-apa.Ruang 6616 hanya meminta sebotol minuman saja. Kemudian para tamu pun bubar pada jam 10 malam. Berhubung Sonia sudah tidak ada kerjaan lagi, dia pun langsung kembali ke Imperial Garden.Keesokan harinya, Sonia tiba di Kediaman Herdian pada pukul sembilan. Acara ulang tahun diselenggarakan dengan sangat ramai.Taman sudah didekorasi dengan indah. Berhubung ini adalah pesta ulang tahun anak laki-laki, warna yang digunakan adalah kombinasi dari warna biru dan abu-bau. Tandy mengundang beberapa teman sekelasnya. Pihak keluarganya juga mengundang banyak tamu. Wajar kalau pesta hari ini sangat meriah.Pelayan membawa Sonia ke dalam. Tampak banyak yang sedang berkumpul di dalam ruang tamu. Sonia melirik sekeliling, tapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Reza.Diana
Theresia berkata dengan nada bercanda, âKalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?âRanty berkata dengan menghela napas. âKarena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!âTheresia tersenyum. âSudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!ââSejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!âTheresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, âHanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, âAku juga nggak suka sama kamu!âMeskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. âSudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!âYana menjerit, âAyah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!âSemua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. âYana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!ââJangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!â Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. âApa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, âHallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.ââAku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,â ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. âKalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?âKebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. âAku takut kamu tidak bebas di rumah!âWajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. âBercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.âSonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.âUmur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!â ucap Reza.âEmm!â Sonia mengangguk dengan perlahan.âKebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. âSebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!âMaksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. âAku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?âSemua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. âAda apa?âRose menggenggam tangan Sonia. âSonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?âSonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. âAda masalah apa? Aku panggil dokter kemari!ââAda apa?â Aska kemari.âRose demam!â balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. âNggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.âKening Aska berkerut. âKondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?âRose tidak memili
âBukan!â Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.âTheresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!â Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. âSeharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, âkan?ââTentu saja nggak!â balas Sonia.âBaguslah kalau begitu!â Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. âKak Morgan juga belum pasti akan setuju!ââKalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!â Ranty tersenyum nakal. âTheresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!âSepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.âStella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.âUsai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. âAku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.âSonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, âAku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!âRanty mencemberutkan bibirnya. âAku tahu kamu pasti akan luluh.âSonia tersenyum tipis. âBukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. âAku baik-baik saja. Kamu pulang sana!ââNggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!â Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, âKenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?âYandi menatapnya. âTakut?ââTakut!â Tasya langsung menatap mata Yandi. âAku takut kamu akan mati!âYandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, âAku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?âTadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. âAku punya batasan!âMereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
âBiarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.â Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. âOke, boleh!âTasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, âBoleh nggak aku peluk kamu?ââJa âĶ.âBelum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. âAku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!ââTapi, aku peduli!â Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, âSemalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!âYandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, âTasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!âTasya tidak mengambil