Si lelaki mengerutkan keningnya. “Dua tahun lalu Aquila hampir saja melenyapkan organisasi Tritop. Tapi dalam setahun belakangan ini, tidak terdengar kabar apa pun darinya, sepertinya bukan dia!” Zein tidak berkata apa-apa.Ruang 6616 hanya meminta sebotol minuman saja. Kemudian para tamu pun bubar pada jam 10 malam. Berhubung Sonia sudah tidak ada kerjaan lagi, dia pun langsung kembali ke Imperial Garden.Keesokan harinya, Sonia tiba di Kediaman Herdian pada pukul sembilan. Acara ulang tahun diselenggarakan dengan sangat ramai.Taman sudah didekorasi dengan indah. Berhubung ini adalah pesta ulang tahun anak laki-laki, warna yang digunakan adalah kombinasi dari warna biru dan abu-bau. Tandy mengundang beberapa teman sekelasnya. Pihak keluarganya juga mengundang banyak tamu. Wajar kalau pesta hari ini sangat meriah.Pelayan membawa Sonia ke dalam. Tampak banyak yang sedang berkumpul di dalam ruang tamu. Sonia melirik sekeliling, tapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Reza.Diana
Tangan Reza yang sedang memegang cangkir teh langsung terkaku. Dia menundukkan sedikit kepalanya, sengaja menyembunyikan ekspresinya. “Oh ya?”Lysa membalas dengan tersenyum, “Semua anggota keluarganya Fernando fokus dalam dunia penelitian. Fernando sangatlah unggul, sedangkan Sonia anaknya juga baik. Aku merasa mereka berdua cukup serasi.”Reza menundukkan kepalanya untuk menyesap teh. Dia tidak lagi bersuara.Lysa pun melanjutkan, “Fernando yang lebih kecil dari kamu saja sudah mau pacaran. Kapan kamu luangkan waktu untuk membahas masalah pernikahan?”Tatapan Reza berubah datar. Dia lalu berkata, “Ternyata Kak Diana lebih sayang sama Fernando. Padahal kami sama-sama nggak punya pacar. Tapi ketika ada wanita dengan persyaratan bagus, dia malah hanya ingat sama Fernando.”“Kak Diana-mu nggak berani ikut campur sama urusan pribadimu. Kalau kamu penurut seperti Fernando, mana mungkin kamu masih belum menikah sampai sekarang.”Reza menekan-nekan keningnya. Dia berusaha untuk menahan amara
Sonia berkata dengan suara datar, “Biasanya aku juga jarang baca buku.”“Kamu bantu dia carikan, ya. Anggap saja lagi bantu aku.” Diana tersenyum. “Di bawah masih ada banyak tamu. Kalian berdua ngobrol dulu, ya. Aku akan segera kembali!”Diana berkata, lalu menepuk-nepuk pundak Sonia, baru meninggalkan ruangan.Fernando mengangguk terhadap Sonia dengan malunya. “Mohon bantuannya, Bu Guru!”Sonia tersenyum sambil berjalan maju untuk mencari buku. Dia lalu berkata, “Apa Tuan Fernando ada penulis favorit? Suka novel nggak?”“Jangan panggil aku Tuan Fernando, kamu itu teman sekolahnya Tasya, dan juga tamatan Jembara University. Kamu bisa panggil aku kakak.”Sonia mengangguk.Fernando pun melanjutkan, “Novel … baca, kok.”Sonia berjalan di sepanjang rak, lalu mengambil buku yang berjudul Sherlock Holmes. Buku ini adalah buku versi Bahasa Inggris. Dia pun bertanya, “Gimana kalau yang ini? Tapi edisi Bahasa Inggris.”“Boleh, Bahasa Inggris-ku lumayan, kok,” balas Fernando, lalu mengambil buku
Tatapan Fernando berubah muram. Dia memaksakan diri untuk tersenyum. “Kamu sudah punya pacar?”Sonia terdiam sejenak, lalu menggeleng.Fernando mengangkat-angkat pundaknya. “Maksudmu, kamu nggak suka sama aku?”Nada bicara Fernando terdengar sedang bercanda, dan tidak terdengar emosi di dalamnya.“Bukan!” Tatapan Sonia sangatlah tulus. “Ada alasannya.”“Baiklah!” Fernando juga tidak memaksakan kehendaknya. “Tapi apa kamu bisa tinggal di sini sebentar lagi? Kalau kamu langsung keluar, nenekku pasti akan mengomeliku lagi. Dia pasti bakal bilang aku nggak pintar ngobrol sama cewek. Baru beberapa menit saja sudah pergi.”Sonia spontan tertawa. “Oke, kalau begitu, kita baca buku dulu.”Kebetulan Sonia juga tidak punya topik pembicaraan dengan teman sekolah Tasya. Jadi lebih baik untuk bersembunyi di sini.“Terima kasih!” ucap Fernando.Sonia mencari buku dari rak, lalu duduk di seberang Fernando.Kedua orang sedang membaca buku di depan meja kayu. Sementara di luar sana orang-orang sedang b
Reza mengemut bibirnya dan hanya tersenyum saja. Bagaimana menurutnya?Diana berkata, “Pokoknya aku suka sama Sonia.”Reza mengenakan jas berwarna abu-abu. Salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dia pun berkata, “Apa kamu seharusnya menanyakan pendapat Sonia?”“Tentu saja, aku sudah mengatur mereka untuk ketemuan di ruang baca. Sudah hampir satu jam, sepertinya rencanaku berhasil.”Raut wajah Reza semakin masam lagi. Dia melirik sekilas hiasan kue di atas meja. “Apa ini mau ditaruh di atas kue?”“Iya, kenapa aku jadi lupa. Aku antar sekarang!” Diana mengambil hiasan, lalu berjalan pergi.Setelah Diana pergi, Reza melirik ke lantai dua, dia pun kembali naik ke atas.Sesampainya di depan ruang baca, Reza tidak mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam. Raut wajahnya terlihat sangat sinis sekarang.Fernando merasa kalimat yang dibacanya ini sangat mendalam. Dia pun berdiri untuk memperlihatkannya kepada Sonia. Pintu ruang baca tidak bersuara. Jadi mereka berdua tidak meny
Sonia menyimpan bukunya, lalu meletakkannya kembali ke rak, hendak pergi meninggalkan ruangan.“Berhenti!” Tiba-tiba Reza bersuara.Sonia berdiri di tempat, tapi dia tidak berani membalikkan badannya. Dia sedang menunggu ucapan Reza.Reza berjalan pergi menutup pintu ruang baca. Dia melihat Sonia dengan tatapan datar. “Kamu nggak berencana jelasin sesuatu?”Sonia memilih untuk bungkam.Reza spontan mengerutkan keningnya. “Sudah ingin pacaran? Bukannya kamu mesti beri aku penjelasan?”Tatapan Sonia berubah dingin. “Apa ada yang perlu dijelaskan dengan hubungan kita?”Amarah Reza mulai meluap. Jelas-jelas semua itu salah Sonia. Dia yang sudah berbohong dan menipu Reza!Selama beberapa hari ini, Reza terus menunggu penjelasan dari Sonia, atau Sonia bisa mengakui kesalahannya. Dengan begitu, Reza juga tidak akan semarah sekarang. Tapi Sonia malah tidak menyesali perbuatannya. Bisa-bisanya dia mengobrol dengan lelaki lain seolah-olah tidak melakukan kesalahan saja.Apa Sonia menganggap Reza
George berkata, “Reza lagi nggak enak badan. Kalian makan kue dulu, aku pergi lihatin dia.”Hubungan Tandy dan Reza sangat akrab. Ketika melihat Reza tidak hadir, Tandy pun merasa sedikit tidak gembira. Dia bahkan tidak tersenyum ketika berdoa.Setelah memotong kue, dia langsung menyerahkan kue dengan penuh cokelat itu kepada Sonia. Dia menunduk dan berkata, “Cokelat ini khusus untuk kamu.”Sonia tersenyum. “Terima kasih. Selamat ulang tahun, ya!”Sonia berjalan ke depan bangku panjang, mulai melahap kuenya. Suasana di pekarangan sangatlah ramai. Mereka mengoles krim ke tubuh Tandy. Tentu saja Tasya tidak ingin melewatkan kesempatan ini.Hanya saja Sonia masih duduk di tempat dan menyantap kue dengan wajah serius.Diana menyadari Sonia sedang duduk di samping. Dia pun memberi isyarat mata kepada Fernando, menyuruhnya ke sana.Fernando mengambil kue, lalu duduk di samping Sonia. “Kamu suka makan manis, ya. Ini buat kamu juga!”Sonia sudah menghabiskan kuenya. Ketika mendengar ucapan Fer
Pada jam sembilan malam, di lantai delapan Kasen.Jason, Bondan, dan yang lainnya tahu hari ini adalah hari ulang tahun Tandy. Awalnya mereka mengira Reza akan menemani Tandy di rumah. Siapa sangka setelah memasuki ruangan, mereka menyadari bahwa Reza sedang duduk di dalam sambil meneguk alkohol.Terlihat beberapa botol kosong di atas meja. Ekspresi si lelaki terlihat seperti biasanya. Tatapannya sangat tajam, dan tidak terlihat keanehan apa pun.Jason dan yang lainnya meletakkan hadiah ulang tahun di atas meja. Reza mengangkat tangannya untuk menuangkan alkohol kepada yang lain. “Aku wakili Tandy untuk terima kasih sama kalian.”Semua orang pun tertawa. Jason menyuruh mereka untuk pergi bermain, dia akan menemani Reza untuk minum sebentar. “Bukannya hari ini banyak tamu di rumah? Kenapa kamu nggak temani Tandy dan minum sendirian di sini.”Reza menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan datar, “Tamunya banyak sekali, aku perlu ketenangan.”Jason tersenyum. Dia sepertinya bisa memba
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow
Telapak tangan Reza mengusap rambut Sonia. Dia menunduk untuk mengecup keningnya, lalu mendesak Robi untuk mengendarai mobil dengan cepat.Robi membatin, ‘Aku sudah berusaha untuk cepat, tapi kondisi lalu lintas tidak mengizinkan.’Tentu saja dengan adanya perintah Bos, Robi juga tidak boleh mencari alasan apa pun. Dia terpaksa mengeluarkan teknik mengemudinya, lalu mengebut kencang.Setibanya di Gedung Anggrek, Reza tidak membangunkan Sonia, melainkan langsung menggendongnya untuk menuruni mobil.Ada kotak hadiah yang jatuh dari tubuh Sonia. Reza melihat sekilas, lalu mengambilnya ke lantai atas.Setibanya di lantai atas, pintu dibuka, kemudian ditutup kembali. Kali ini, Reza tidak memiliki pertimbangan lain. Sonia diturunkan di atas rak sepatu. Dia menahan pinggang langsing Sonia, lalu memberinya ciuman hangat yang mendalam.Sonia merasa sangat mengantuk. Yang tidak bisa tidur terlelap selama sepuluh hari ini bukan hanya Reza saja. Semalam Sonia mengobrol panjang dengan Ranty hingga
Saskia tahu apa maksud Jason. Dia tidak segera memberi jawaban pasti, melainkan langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya boleh tidak aku bawa Yana ke rumah? Tadi ayahmu baru berpesan sama aku. Dia bahkan sudah menghafal cerita dongeng untuk diceritakan kepada Yana.”Jason berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oke, bawa Yana pulang saja. Aku akan bicara dengan Kelly.”Saskia langsung merasa gembira. Dia menggendong Yana sembari berkata, “Ayo pulang bersama Nenek. Ucapkan sampai jumpa kepada Ayah!”“Di mana Ibu?” tanya Yana.Jason memiringkan kepalanya untuk mencium pipi Kelly. “Aku pergi cari Ibu dulu. Kamu pulang dengan Nenek sana. Nanti malam kita lakukan panggilan video.”“Emm!” Yana mengangguk dengan patuhnya. “Sampai jumpa, Ayah!”“Sampai jumpa!”Jason sungguh merasa gembira. Dia menggendong Yana berjalan keluar. “Kakek suruh orang untuk bawa seekor koala dan dua ekor kelinci dari luar negeri. Semuanya cantik-cantik. Apa kamu mau melihatnya?”“Nenek!” Kening Yana berkerut.
Celine malah memperhatikan Reza dan Sonia. Pada acara seperti ini, Reza malah memilih untuk berdiri di samping Sonia. Apa hubungan mereka berdua sudah diresmikan?Hati Celine terasa panik. Dia merasa waktu yang tersisa sangatlah sedikit. Namun, dengan sikap arogan Celine, dia tidak bisa menjilat pria seperti yang dilakukan Sonia!Ketika kepikiran hal ini, Celine semakin meremehkan Sonia!…Jemmy menghadiahkan sebuah hadiah berharga untuk Ranty. Sebelum pergi, dia berpesan kepada Ranty, “Sekarang kamu sudah menikah, kamu pun sudah dewasa. Ke depannya kamu tidak boleh bersikap kekanak-kanakan lagi dan mesti jaga temperamenmu. Lewatilah hidupmu bersama Matias dengan baik!”Ranty memeluk Jemmy dengan perlahan. “Kakek, terima kasih sudah kemari hari ini. Aku pasti akan dengar ucapanmu!”“Kamu memang patuh!” Jemmy menepuk pundak Ranty. “Kamu tidak usah antar lagi. Aku pulang saja!”Kedua mata Ranty menjadi basah. Dia melambaikan tangannya. “Sampai jumpa, Kakek!”Reza dan Sonia mengantar Jemm
“Iya! Iya!” Orang yang berbicara segera menimpali, “Anak muda punya pemikirannya sendiri. Pikiran kita juga tidak boleh terlalu konservatif. Yang penting mereka gembira saja!”Saskia tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka krim di ujung bibir Yana dengan lembut.Lysa berkata, “Reza masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Nanti keluarga kita diskusikan tanggal, kemudian kita adakan bersama saja, lebih ramai juga. Lagi pula, hubungan Reza dan Jason juga cukup bagus.”Kedua mata Saskia langsung berkilauan. Dia berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Oke, nanti biarkan Jason dan Reza ambil keputusan saja!”Lysa mengangguk dengan tersenyum lembut. Dia berpikir seandainya mereka berdua bisa menikah bersama, sepertinya akan lebih cepat lagi. Dia sudah tidak sabaran ingin Sonia memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.…Setelah acara bubar, mobil sudah berhenti di depan untuk mengantar Jemmy dan Aska pulang.Sonia, Reza, Ranty, dan yang lain mengantar kedua senior ke luar gedung.Orang
Nelson mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu sudah mengundurkan diri. Apa karena kamu bertengkar sama Bos Yandi?”Ketika melihat sikap mereka berdua tadi, sepertinya mereka sedang tidak akur.Tasya menunduk, lalu membalas dengan suara pelan, “Nggak ada yang perlu dipertengkarkan. Aku … semua salahku. Aku nggak ingin tambah masalah buat dia. Lagi pula, aku pergi bekerja atau nggak, semuanya juga nggak ada hubungannya sama dia!”Nelson bertanya dengan bingung, “Kesalahan apa yang kamu perbuat?”Tasya tidak berbicara.Nelson tersenyum. “Kalau tidak mau kerja, ya tidak usah. Kamu memang tidak seharusnya ke sana!”“Iya.” Tasya tersenyum menyindir sembari bergumam, “Memang nggak seharusnya aku ke sana!”“Kalau begitu, kamu akan punya waktu yang lebih banyak di akhir pekan. Nanti kita pergi daki gunung bersama atau nonton film di bioskop.” Tersimpan amarah di dalam mata Nelson. Dia menatap Tasya dengan sedikit harapan.Tasya mengangguk dengan tidak fokus. “Oke!”“Kalau begitu, sepakat, ya
Ketika Reza mendengar suara tawa Sonia, dia langsung menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dada lebar Reza bisa membuat Sonia bersandar dengan nyamannya. Dia berkata dengan suara rendah, “Sonia, aku benar-benar sangat beruntung!”“Emm?” Sonia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Reza.Reza menatap Sonia dengan tatapan membara. “Beruntung sekali!”Ujung bibir Sonia melengkung ke atas. “Aku juga merasa seperti itu!”Hati Reza terasa lembut. Dia menunduk untuk mengecup kening Sonia, lalu beralih ke ujung hidung mancung, kemudian berakhir di bibirnya.…Setelah Yandi meninggalkan tempat, dia berjalan ke area parkiran. Dari kejauhan, terlihat dua sosok orang sedang berjalan menghampirinya. Suara yang familier juga terdengar.“Oscar, yang cepat. Kue tarnya sudah meleleh, nih!”Suara Tasya terdengar sedikit manis dan imut.Oscar segera mengikuti langkah Tasya, lalu mengambil kue tar dari tangan Tasya. Suaranya terdengar tidak berdaya dan santai. “Padahal semuanya sudah tersedia di acara, kam
Reza berdiri di kegelapan untuk sejenak. Kemudian, dia baru membalikkan tubuhnya berjalan menuruni tangga.Saat ini, Sonia dan Yandi masih duduk di anak tangga sembari mengobrol sesuatu. Saat mendengar ada suara langkah kaki dari atas, Sonia mengangkat kepalanya melihat ke arah datangnya suara. Terlintas sedikit kelembutan di dalam tatapan dinginnya.Reza melepaskan jaketnya untuk membungkus tubuh Sonia. Dia menatap Yandi, lalu bertanya, “Kenapa tidak minum di dalam?”Yandi berdiri, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Tadi aku sudah minum bersama Ranty.” Pada saat ini, Yandi melihat jam tangannya. “Leon masih menungguku di luar. Aku pulang dulu.”Reza mengangguk. “Hati-hati di jalan!”Yandi mengangguk dengan perlahan, kemudian berkata pada Sonia, “Ranty sibuk sekali. Aku tidak masuk untuk pamitan sama dia. Bantu aku sampaikan kepadanya, ya.”“Oke!” balas Sonia.“Ayo!” Yandi tersenyum, lalu meninggalkan tempat.Setelah Yandi pergi, Reza duduk di samping Sonia. Angin malam berembus me
Reza berdiri di lantai atas. Ketika melihat mereka berdua sedang duduk di anak tangga sembari mengobrol, tatapannya kelihatan tajam.Beberapa saat kemudian, Reza berjalan menuruni tangga. Menyusuri lorong panjang yang klasik dan sunyi, Melvin kebetulan berjalan ke arah yang sama. Tujuan mereka berdua adalah Sonia. Ketika saling melihat satu sama lain, mereka serempak berhenti.Di bawah lorong, lentera besi hitam bergaya istana berkelip dengan cahaya dingin yang redup. Di luar sana, kembang api sedang dinyalakan, percikan cahaya yang gemerlap menerangi dan meredupkan wajah tampan keduanya secara bergantian.Sosok Reza sebagian bersembunyi dalam bayangan gelap. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan tajam. Tekanan kuat yang dia pancarkan membuat udara dingin malam ini terasa semakin tipis.Mengenai Melvin, dia tetap menunjukkan gaya santainya. Anting dengan batu berlian hitam menghiasi daun telinganya. Rompi hitam dipadukan dengan kemeja putih. Sementara, kedua tangannya dimasukkan ke da