Sonia menyimpan bukunya, lalu meletakkannya kembali ke rak, hendak pergi meninggalkan ruangan.“Berhenti!” Tiba-tiba Reza bersuara.Sonia berdiri di tempat, tapi dia tidak berani membalikkan badannya. Dia sedang menunggu ucapan Reza.Reza berjalan pergi menutup pintu ruang baca. Dia melihat Sonia dengan tatapan datar. “Kamu nggak berencana jelasin sesuatu?”Sonia memilih untuk bungkam.Reza spontan mengerutkan keningnya. “Sudah ingin pacaran? Bukannya kamu mesti beri aku penjelasan?”Tatapan Sonia berubah dingin. “Apa ada yang perlu dijelaskan dengan hubungan kita?”Amarah Reza mulai meluap. Jelas-jelas semua itu salah Sonia. Dia yang sudah berbohong dan menipu Reza!Selama beberapa hari ini, Reza terus menunggu penjelasan dari Sonia, atau Sonia bisa mengakui kesalahannya. Dengan begitu, Reza juga tidak akan semarah sekarang. Tapi Sonia malah tidak menyesali perbuatannya. Bisa-bisanya dia mengobrol dengan lelaki lain seolah-olah tidak melakukan kesalahan saja.Apa Sonia menganggap Reza
George berkata, “Reza lagi nggak enak badan. Kalian makan kue dulu, aku pergi lihatin dia.”Hubungan Tandy dan Reza sangat akrab. Ketika melihat Reza tidak hadir, Tandy pun merasa sedikit tidak gembira. Dia bahkan tidak tersenyum ketika berdoa.Setelah memotong kue, dia langsung menyerahkan kue dengan penuh cokelat itu kepada Sonia. Dia menunduk dan berkata, “Cokelat ini khusus untuk kamu.”Sonia tersenyum. “Terima kasih. Selamat ulang tahun, ya!”Sonia berjalan ke depan bangku panjang, mulai melahap kuenya. Suasana di pekarangan sangatlah ramai. Mereka mengoles krim ke tubuh Tandy. Tentu saja Tasya tidak ingin melewatkan kesempatan ini.Hanya saja Sonia masih duduk di tempat dan menyantap kue dengan wajah serius.Diana menyadari Sonia sedang duduk di samping. Dia pun memberi isyarat mata kepada Fernando, menyuruhnya ke sana.Fernando mengambil kue, lalu duduk di samping Sonia. “Kamu suka makan manis, ya. Ini buat kamu juga!”Sonia sudah menghabiskan kuenya. Ketika mendengar ucapan Fer
Pada jam sembilan malam, di lantai delapan Kasen.Jason, Bondan, dan yang lainnya tahu hari ini adalah hari ulang tahun Tandy. Awalnya mereka mengira Reza akan menemani Tandy di rumah. Siapa sangka setelah memasuki ruangan, mereka menyadari bahwa Reza sedang duduk di dalam sambil meneguk alkohol.Terlihat beberapa botol kosong di atas meja. Ekspresi si lelaki terlihat seperti biasanya. Tatapannya sangat tajam, dan tidak terlihat keanehan apa pun.Jason dan yang lainnya meletakkan hadiah ulang tahun di atas meja. Reza mengangkat tangannya untuk menuangkan alkohol kepada yang lain. “Aku wakili Tandy untuk terima kasih sama kalian.”Semua orang pun tertawa. Jason menyuruh mereka untuk pergi bermain, dia akan menemani Reza untuk minum sebentar. “Bukannya hari ini banyak tamu di rumah? Kenapa kamu nggak temani Tandy dan minum sendirian di sini.”Reza menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan datar, “Tamunya banyak sekali, aku perlu ketenangan.”Jason tersenyum. Dia sepertinya bisa memba
Beberapa hari kemudian, saat Reza masuk ke rumah dan melewati lantai dua, dia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Diana yang sedang berada di balkon. “Apa kamu masih berhubungan dengan Sonia?”“Jangan alasan, ya!”“Kalau kamu merasa Sonia itu anaknya baik, kamu harus dekati dia. Kalau kamu nggak ambil inisiatif, dia bakal dikejar orang lain!”Selesai menelepon, Diana membalikkan badan dan melihat Reza sedang naik ke atas. Dia pun menyapa Reza, “Tadi Ibu baru bertanya kamu pulang atau nggak?”Reza berkata, “Belakangan ini Kak Diana nggak sibuk? Sudah ganti profesi jadi mak comblang?”Diana tersenyum tanda tidak berdaya. “Sonia meninggalkan kesan bagus di diri ibuku. Dia bilang gadis seperti Sonia sudah jarang ditemui. Dia terus mendesakku untuk mengingatkan Fernando. Sejak kecil Fernando sudah tidak punya ibu. Jadi aku sebagai tantenya mesti lebih perhatian sama dia.”Reza mengangguk, dan tidak berkata apa pun, langsung berjalan ke lantai tiga.Selesai mandi, si lelaki mengisap rokok di
Raut wajah Fernando berubah muram. Dia lalu berkata dengan tulus, “Nggak apa-apa. Sebelumnya sudah sering terjadi masalah seperti ini. Nanti aku bakal beri tahu Nenek dan yang lainnya. Jadi mereka nggak berharap lagi.”Fernando menyerahkan kue tar kepada Sonia. “Aku sudah bawain kuenya, kamu makan saja sama temanmu.”Sonia masih tidak mengambilnya.“Ambillah. Kita memang bukan pacaran, tapi kita bisa jadi teman biasa! Lagi pula cuma sepotong kue doang. Aku juga nggak suka makan yang manis-manis. Kalau kamu nggak mau ambil, aku cuma bisa buang kuenya.” Fernando langsung menarik tangan Sonia, dan meletakkannya di atas tangan Sonia. “Cepat pergi kerja sana.”Kali ini Sonia tidak menolak lagi. “Terima kasih. Bantu aku sampaikan ucapan terima kasih sama nenekmu juga, ya!”Di pinggir jalan, Jason dan Reza sedang menuruni mobil hendak berjalan ke dalam Kasen. Jason melirik sekilas, lalu berkata, “Itu Sonia, ‘kan?”Reza spontan memalingkan kepalanya. Dia melihat Sonia sedang berdiri di hadapan
Raut wajah Sonia berubah sinis. “Kelak jauhi aku. Kalau kamu berjanji, baru aku lepasin!”“Mimpi!” Melvin tersenyum, lalu tiba-tiba berteriak, “Pelecehan, pelecehan!”Melvin mengenakan pakaian norak, tangannya ditahan oleh seorang pelayan, lalu berteriak pelecehan.Orang yang melewati pun merasa kaget, tapi tidak ada yang berani mendekatinya.Terlihat ekspresi galak di wajah indah Sonia. Dia langsung mengangkat pinggang Melvin, mengangkatnya ke atas, lalu hendak melemparnya.Melvin berteriak ketakutan, “Sayangku, kamu nggak serius, ‘kan?!”Beberapa pelayan di samping pun terkejut setengah mati. Ada yang berteriak, “Cepat panggil Kak Sunny!”Sonia menarik napas dalam-dalam, memberi tahu dirinya tidak boleh membuat masalah. Dia lalu memikul Melvin di atas pundaknya, lekas berjalan menuju ruangan istirahat.“Sonia, kamu lagi ngapain?” Ada pelayan yang mengejar langkahnya.Melvin memelototi pelayan yang melewati. “Apa kamu nggak lihat kami lagi mesra-mesraan? Pergi sana!”Pelayan itu terte
Reza terbengong. Dia mengerutkan keningnya dan tatapannya terlihat sinis.Sonia dan Melvin sedang duduk di depan meja. Sonia sedang menulis, dan begitu pula dengan Melvin. Tampak juga kotak kue diletakkan di samping, dan ujung bibirnya dipenuhi dengan krim.Jas merah muda Melvin diletakkan di atas kursi. Saat ini dia hanya mengenakan kemeja abu-abu saja. Melihat kedatangan Reza, Melvin menyeka sisa krim di mulutnya, lalu berkata, “Pak Reza datangnya lebih lama daripada yang kubayangkan!”Reza melihat ke sisi Sonia. Tapi dia tidak bergerak, dan hanya menatap Reza saja.“Maaf, aku salah jalan. Lanjutkan saja!”Selesai berkata, Reza pun langsung pergi begitu saja.Jason menunggu di luar ruangan. Melihat Reza berjalan keluar, dia pun diam-diam mengamati ekspresi Reza.Bondan pun bertanya pada Jason. “Apa Kak Reza dan Nona Sonia sudah putus?”Jason mengangkat-angkat alisnya. “Kalau Sonia dan Melvin melakukan hal tidak senonoh di dalam ruangan, apa mungkin Reza akan keluar secepat ini?”“Tap
Melvin langsung tersedak dan terbatuk-batuk.Sonia membaca buku sejenak, lalu ada pesan masuk. Dia mengambil ponselnya, dan ternyata itu adalah pesan dari Ferdi.[ Kak Sonia, aku sudah terima tanda tangan King kirimanmu. Kakakku juga sudah lihat, tapi dia ngotot bilang tanda tanganku itu palsu. ]Sonia membalas.[ Nggak apa-apa. ][ Menurutku, punya dia baru palsu. Dia malah memamerkannya. ]Melvin melirik ke sisi Sonia. “Lagi ngobrol sama siapa?”Sonia melirik Melvin sekilas. “Masih ingin salin sekali lagi?”Raut wajah Melvin langsung terkaku. Dia langsung duduk tegak dan lanjut menyalin.Sonia dan Ferdi mengobrol sejenak. Kemudian Sonia lanjut membaca bukunya.…Pada hari Kamis siang, saat Sonia hendak keluar rumah, dia menerima panggilan dari Cindy. “Sonia, berapa banyak uang yang sudah kamu dapatkan dari hasil menipu adikku?”Sonia mengerutkan keningnya. “Apa?”“Aku nanya berapa uang yang sudah dikeluarkan Ferdi untuk beli tanda tangan palsu King?” Nada bicara Cindy semakin ketus l
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih