Raut wajah Fernando berubah muram. Dia lalu berkata dengan tulus, “Nggak apa-apa. Sebelumnya sudah sering terjadi masalah seperti ini. Nanti aku bakal beri tahu Nenek dan yang lainnya. Jadi mereka nggak berharap lagi.”Fernando menyerahkan kue tar kepada Sonia. “Aku sudah bawain kuenya, kamu makan saja sama temanmu.”Sonia masih tidak mengambilnya.“Ambillah. Kita memang bukan pacaran, tapi kita bisa jadi teman biasa! Lagi pula cuma sepotong kue doang. Aku juga nggak suka makan yang manis-manis. Kalau kamu nggak mau ambil, aku cuma bisa buang kuenya.” Fernando langsung menarik tangan Sonia, dan meletakkannya di atas tangan Sonia. “Cepat pergi kerja sana.”Kali ini Sonia tidak menolak lagi. “Terima kasih. Bantu aku sampaikan ucapan terima kasih sama nenekmu juga, ya!”Di pinggir jalan, Jason dan Reza sedang menuruni mobil hendak berjalan ke dalam Kasen. Jason melirik sekilas, lalu berkata, “Itu Sonia, ‘kan?”Reza spontan memalingkan kepalanya. Dia melihat Sonia sedang berdiri di hadapan
Raut wajah Sonia berubah sinis. “Kelak jauhi aku. Kalau kamu berjanji, baru aku lepasin!”“Mimpi!” Melvin tersenyum, lalu tiba-tiba berteriak, “Pelecehan, pelecehan!”Melvin mengenakan pakaian norak, tangannya ditahan oleh seorang pelayan, lalu berteriak pelecehan.Orang yang melewati pun merasa kaget, tapi tidak ada yang berani mendekatinya.Terlihat ekspresi galak di wajah indah Sonia. Dia langsung mengangkat pinggang Melvin, mengangkatnya ke atas, lalu hendak melemparnya.Melvin berteriak ketakutan, “Sayangku, kamu nggak serius, ‘kan?!”Beberapa pelayan di samping pun terkejut setengah mati. Ada yang berteriak, “Cepat panggil Kak Sunny!”Sonia menarik napas dalam-dalam, memberi tahu dirinya tidak boleh membuat masalah. Dia lalu memikul Melvin di atas pundaknya, lekas berjalan menuju ruangan istirahat.“Sonia, kamu lagi ngapain?” Ada pelayan yang mengejar langkahnya.Melvin memelototi pelayan yang melewati. “Apa kamu nggak lihat kami lagi mesra-mesraan? Pergi sana!”Pelayan itu terte
Reza terbengong. Dia mengerutkan keningnya dan tatapannya terlihat sinis.Sonia dan Melvin sedang duduk di depan meja. Sonia sedang menulis, dan begitu pula dengan Melvin. Tampak juga kotak kue diletakkan di samping, dan ujung bibirnya dipenuhi dengan krim.Jas merah muda Melvin diletakkan di atas kursi. Saat ini dia hanya mengenakan kemeja abu-abu saja. Melihat kedatangan Reza, Melvin menyeka sisa krim di mulutnya, lalu berkata, “Pak Reza datangnya lebih lama daripada yang kubayangkan!”Reza melihat ke sisi Sonia. Tapi dia tidak bergerak, dan hanya menatap Reza saja.“Maaf, aku salah jalan. Lanjutkan saja!”Selesai berkata, Reza pun langsung pergi begitu saja.Jason menunggu di luar ruangan. Melihat Reza berjalan keluar, dia pun diam-diam mengamati ekspresi Reza.Bondan pun bertanya pada Jason. “Apa Kak Reza dan Nona Sonia sudah putus?”Jason mengangkat-angkat alisnya. “Kalau Sonia dan Melvin melakukan hal tidak senonoh di dalam ruangan, apa mungkin Reza akan keluar secepat ini?”“Tap
Melvin langsung tersedak dan terbatuk-batuk.Sonia membaca buku sejenak, lalu ada pesan masuk. Dia mengambil ponselnya, dan ternyata itu adalah pesan dari Ferdi.[ Kak Sonia, aku sudah terima tanda tangan King kirimanmu. Kakakku juga sudah lihat, tapi dia ngotot bilang tanda tanganku itu palsu. ]Sonia membalas.[ Nggak apa-apa. ][ Menurutku, punya dia baru palsu. Dia malah memamerkannya. ]Melvin melirik ke sisi Sonia. “Lagi ngobrol sama siapa?”Sonia melirik Melvin sekilas. “Masih ingin salin sekali lagi?”Raut wajah Melvin langsung terkaku. Dia langsung duduk tegak dan lanjut menyalin.Sonia dan Ferdi mengobrol sejenak. Kemudian Sonia lanjut membaca bukunya.…Pada hari Kamis siang, saat Sonia hendak keluar rumah, dia menerima panggilan dari Cindy. “Sonia, berapa banyak uang yang sudah kamu dapatkan dari hasil menipu adikku?”Sonia mengerutkan keningnya. “Apa?”“Aku nanya berapa uang yang sudah dikeluarkan Ferdi untuk beli tanda tangan palsu King?” Nada bicara Cindy semakin ketus l
Sonia datang lima menit lebih awal. Dia bermain gim sejenak, kemudian Cindy pun datang. Cindy tidak datang sendirian, tapi datang bersama Ferdi.Mungkin Cindy ingin Ferdi meminta bukti dari Sonia. Dia ingin membuka “topeng asli” Sonia, jangan sampai Ferdi tertipu lagi.Ekspresi Ferdi terlihat murung ketika memasuki ruangan, saat dia melihat Sonia, dia pun semakin merasa bersalah. “Kak Sonia, maaf!”Sonia tersenyum santai. “Nggak kenapa-napa.”Cindy mengecat rambutnya menjadi warna coklat terang. Dia mengenakan pakaian di atas perut dengan celana jeans. Dia duduk di seberang Sonia sambil melipat kedua tangan di depan dada. “Dia sudah bohongi kamu. Dia yang seharusnya minta maaf sama kamu, bukan kamu yang minta maaf sama dia!”Selesai berkata, Cindy melihat Sonia. “Sebenarnya kenapa kamu membohongi Ferdi? Apa kamu sudah nggak punya uang lagi, makanya kamu nekat buat bohongi anak kecil? Dia masih SD, apa kamu nggak malu?”Raut wajah Ferdi berubah kaku. “Biasanya Kak Sonia yang selalu bant
Berita ini bahkan lebih mengejutkan daripada berita Sonia bukan anak kandungnya Hani. Cindy bahkan tidak bisa menerimanya!Bagaimana mungkin?Semua ini bagai mimpi saja!Ferdi kegirangan hingga terus tersenyum. Dia lalu berkata, “Waktu itu ketika aku dibohongi sama Bobby, Kak Sonia yang sudah bantu aku. Dia juga menyuruh karyawan studio untuk telepon Ibu. Tapi kamu nggak percaya sama omonganku dan juga nggak percaya sama dia!”Cindy bergumam, “Mana aku tahu?”Ferdi pun mendengus. “Sekarang sudah tahu, ‘kan?”Cindy mengerutkan keningnya, dia masih tidak bisa memercayainya. Dia bergumam sendiri, “Gimana ceritanya dia itu adalah King? Bukannya dia berasal dari kampung? Bukannya dia masih kuliah? Gimana ceritanya dia bisa jadi muridnya Aska?”Sekarang Cindy merasa Sonia penuh dengan rahasia.Ferdi berkata, “Pokoknya kamu cuma perlu tahu kalau Kak Sonia itu adalah King. Kak Sonia sudah berpesan untuk nggak beri tahu orang lain. Kamu juga nggak boleh kasih tahu Ibu!”“Aku tahu!” Cindy adalah
Hari Sabtu ini ada acara kumpul keluarga di Kediaman Dikara.Selain Sonia dan Bagas yang sedang dinas, anggota keluarga lainnya sudah hadir semuanya.Dalam acara kumpul keluarga ini, seperti biasanya, para lelaki berkumpul bersama untuk membahas masalah bisnis, sedangkan para wanita berkumpul membahas masalah anak-anak mereka. Saat memuji orang lain, para wanita juga tidak lupa memuji anak mereka sendiri. Tentu saja, anak yang paling sering dipuji tak lain adalah Celine dan Stella.Sewaktu makan, Reviana sengaja mengalihkan topik pembicaraan ke diri Stella. Dia memuji Stella begitu unggul hingga sudah diperbolehkan untuk melukis desain sendiri di studio.Semua orang ikut memuji Stella. Stella yang dipuji terus-menerus itu pun hanya tersenyum saja. Cindy meliriknya sekilas, lalu menunjukkan senyuman sinis.Aminah menyadari begitu banyak orang memuji Stella, dia tiba-tiba mengalihkan pembicaraan, “Di mana Sonia? Kenapa dia nggak datang lagi?”Ekspresi Reviana seketika berubah muram.Ha
Kedua mata Stella spontan terbelalak. “Tentu saja, aku bekerja di Arkava Studio, bukannya wajar kalau aku ketemu dengan King? Apa kamu lagi curiga sama aku?”“Jangan bohong lagi! King jarang ke studio, kamu juga nggak pernah ketemu sama dia. Tanda tangan yang kamu berikan itu palsu. Kamu lagi bohongi aku! Kamu kira aku anak kecil, ya? Setelah dipikir-pikir, kamu menjijikkan banget, ya!” ucap Cindy dengan kesal.“Cindy, jaga mulutmu! Reviana langsung berdiri dan berkata, “Berhubung kamu adalah keponakanku, aku nggak akan permasalahkan masalah ini lagi. Tapi aku nasihati kamu untuk jaga sikapmu, jangan keterlaluan!”Cindy juga ikut berdiri. “Bi Reviana, jangan sampai kamu tertipu sama anak gadungan itu, dan mengabaikan anak yang seharusnya kamu sayang!”“Kamu semakin keterlaluan saja! Sebenarnya apa yang sudah dikatakan Sonia sama kamu? Dia hebat juga, ya. Awalnya dia menyogok Ferdi, sekarang kamu malah membelanya dan memojokkan Stella!”“Sonia memang hebat, dia ….” Saat Cindy hampir mem
Sonia memelototi Reza. “Tuan Reza harap mengerti. Keputusan ada di tanganku.”Kening Reza sedikit berkerut. “Sayang, kamu akan segera pulang. Waktu kebersamaan kita hanya tersisa dua hari saja. Kita baru saja bersama, sebentar lagi kita malah mesti berpisah.”Nada bicara Reza sangat normal. Hanya saja, tatapannya kelihatan sangat tajam dan nada bicaranya juga terdengar kesal. Saat dia mengatakan perpisahan, kebetulan kata-kata itu menusuk hati Sonia.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan pakaiannya. “Hanya sekali saja!”Reza mengambil pakaian itu dengan penuh penasaran. “Ini memang sekali pakai, ‘kan? Memangnya kamu ingin pakai beberapa kali?”Sonia terdiam membisu. Sepertinya ucapannya itu mubazir.Reza mengambil pakaiannya. Tatapannya kelihatan semakin tajam. Dia langsung menggendong Sonia. “Tenang saja, kamu tidak usah turun tangan. Aku bersedia untuk melayanimu!”Sonia membalikkan tubuhnya, lalu kedua pahanya mengapit pinggang Reza. Tiba-tiba dia bertanya, “Apa ada cow
Telapak tangan Reza mengusap rambut Sonia. Dia menunduk untuk mengecup keningnya, lalu mendesak Robi untuk mengendarai mobil dengan cepat.Robi membatin, ‘Aku sudah berusaha untuk cepat, tapi kondisi lalu lintas tidak mengizinkan.’Tentu saja dengan adanya perintah Bos, Robi juga tidak boleh mencari alasan apa pun. Dia terpaksa mengeluarkan teknik mengemudinya, lalu mengebut kencang.Setibanya di Gedung Anggrek, Reza tidak membangunkan Sonia, melainkan langsung menggendongnya untuk menuruni mobil.Ada kotak hadiah yang jatuh dari tubuh Sonia. Reza melihat sekilas, lalu mengambilnya ke lantai atas.Setibanya di lantai atas, pintu dibuka, kemudian ditutup kembali. Kali ini, Reza tidak memiliki pertimbangan lain. Sonia diturunkan di atas rak sepatu. Dia menahan pinggang langsing Sonia, lalu memberinya ciuman hangat yang mendalam.Sonia merasa sangat mengantuk. Yang tidak bisa tidur terlelap selama sepuluh hari ini bukan hanya Reza saja. Semalam Sonia mengobrol panjang dengan Ranty hingga
Saskia tahu apa maksud Jason. Dia tidak segera memberi jawaban pasti, melainkan langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Sebenarnya boleh tidak aku bawa Yana ke rumah? Tadi ayahmu baru berpesan sama aku. Dia bahkan sudah menghafal cerita dongeng untuk diceritakan kepada Yana.”Jason berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Oke, bawa Yana pulang saja. Aku akan bicara dengan Kelly.”Saskia langsung merasa gembira. Dia menggendong Yana sembari berkata, “Ayo pulang bersama Nenek. Ucapkan sampai jumpa kepada Ayah!”“Di mana Ibu?” tanya Yana.Jason memiringkan kepalanya untuk mencium pipi Kelly. “Aku pergi cari Ibu dulu. Kamu pulang dengan Nenek sana. Nanti malam kita lakukan panggilan video.”“Emm!” Yana mengangguk dengan patuhnya. “Sampai jumpa, Ayah!”“Sampai jumpa!”Jason sungguh merasa gembira. Dia menggendong Yana berjalan keluar. “Kakek suruh orang untuk bawa seekor koala dan dua ekor kelinci dari luar negeri. Semuanya cantik-cantik. Apa kamu mau melihatnya?”“Nenek!” Kening Yana berkerut.
Celine malah memperhatikan Reza dan Sonia. Pada acara seperti ini, Reza malah memilih untuk berdiri di samping Sonia. Apa hubungan mereka berdua sudah diresmikan?Hati Celine terasa panik. Dia merasa waktu yang tersisa sangatlah sedikit. Namun, dengan sikap arogan Celine, dia tidak bisa menjilat pria seperti yang dilakukan Sonia!Ketika kepikiran hal ini, Celine semakin meremehkan Sonia!…Jemmy menghadiahkan sebuah hadiah berharga untuk Ranty. Sebelum pergi, dia berpesan kepada Ranty, “Sekarang kamu sudah menikah, kamu pun sudah dewasa. Ke depannya kamu tidak boleh bersikap kekanak-kanakan lagi dan mesti jaga temperamenmu. Lewatilah hidupmu bersama Matias dengan baik!”Ranty memeluk Jemmy dengan perlahan. “Kakek, terima kasih sudah kemari hari ini. Aku pasti akan dengar ucapanmu!”“Kamu memang patuh!” Jemmy menepuk pundak Ranty. “Kamu tidak usah antar lagi. Aku pulang saja!”Kedua mata Ranty menjadi basah. Dia melambaikan tangannya. “Sampai jumpa, Kakek!”Reza dan Sonia mengantar Jemm
“Iya! Iya!” Orang yang berbicara segera menimpali, “Anak muda punya pemikirannya sendiri. Pikiran kita juga tidak boleh terlalu konservatif. Yang penting mereka gembira saja!”Saskia tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka krim di ujung bibir Yana dengan lembut.Lysa berkata, “Reza masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Nanti keluarga kita diskusikan tanggal, kemudian kita adakan bersama saja, lebih ramai juga. Lagi pula, hubungan Reza dan Jason juga cukup bagus.”Kedua mata Saskia langsung berkilauan. Dia berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Oke, nanti biarkan Jason dan Reza ambil keputusan saja!”Lysa mengangguk dengan tersenyum lembut. Dia berpikir seandainya mereka berdua bisa menikah bersama, sepertinya akan lebih cepat lagi. Dia sudah tidak sabaran ingin Sonia memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.…Setelah acara bubar, mobil sudah berhenti di depan untuk mengantar Jemmy dan Aska pulang.Sonia, Reza, Ranty, dan yang lain mengantar kedua senior ke luar gedung.Orang
Nelson mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu sudah mengundurkan diri. Apa karena kamu bertengkar sama Bos Yandi?”Ketika melihat sikap mereka berdua tadi, sepertinya mereka sedang tidak akur.Tasya menunduk, lalu membalas dengan suara pelan, “Nggak ada yang perlu dipertengkarkan. Aku … semua salahku. Aku nggak ingin tambah masalah buat dia. Lagi pula, aku pergi bekerja atau nggak, semuanya juga nggak ada hubungannya sama dia!”Nelson bertanya dengan bingung, “Kesalahan apa yang kamu perbuat?”Tasya tidak berbicara.Nelson tersenyum. “Kalau tidak mau kerja, ya tidak usah. Kamu memang tidak seharusnya ke sana!”“Iya.” Tasya tersenyum menyindir sembari bergumam, “Memang nggak seharusnya aku ke sana!”“Kalau begitu, kamu akan punya waktu yang lebih banyak di akhir pekan. Nanti kita pergi daki gunung bersama atau nonton film di bioskop.” Tersimpan amarah di dalam mata Nelson. Dia menatap Tasya dengan sedikit harapan.Tasya mengangguk dengan tidak fokus. “Oke!”“Kalau begitu, sepakat, ya
Ketika Reza mendengar suara tawa Sonia, dia langsung menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dada lebar Reza bisa membuat Sonia bersandar dengan nyamannya. Dia berkata dengan suara rendah, “Sonia, aku benar-benar sangat beruntung!”“Emm?” Sonia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Reza.Reza menatap Sonia dengan tatapan membara. “Beruntung sekali!”Ujung bibir Sonia melengkung ke atas. “Aku juga merasa seperti itu!”Hati Reza terasa lembut. Dia menunduk untuk mengecup kening Sonia, lalu beralih ke ujung hidung mancung, kemudian berakhir di bibirnya.…Setelah Yandi meninggalkan tempat, dia berjalan ke area parkiran. Dari kejauhan, terlihat dua sosok orang sedang berjalan menghampirinya. Suara yang familier juga terdengar.“Oscar, yang cepat. Kue tarnya sudah meleleh, nih!”Suara Tasya terdengar sedikit manis dan imut.Oscar segera mengikuti langkah Tasya, lalu mengambil kue tar dari tangan Tasya. Suaranya terdengar tidak berdaya dan santai. “Padahal semuanya sudah tersedia di acara, kam
Reza berdiri di kegelapan untuk sejenak. Kemudian, dia baru membalikkan tubuhnya berjalan menuruni tangga.Saat ini, Sonia dan Yandi masih duduk di anak tangga sembari mengobrol sesuatu. Saat mendengar ada suara langkah kaki dari atas, Sonia mengangkat kepalanya melihat ke arah datangnya suara. Terlintas sedikit kelembutan di dalam tatapan dinginnya.Reza melepaskan jaketnya untuk membungkus tubuh Sonia. Dia menatap Yandi, lalu bertanya, “Kenapa tidak minum di dalam?”Yandi berdiri, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Tadi aku sudah minum bersama Ranty.” Pada saat ini, Yandi melihat jam tangannya. “Leon masih menungguku di luar. Aku pulang dulu.”Reza mengangguk. “Hati-hati di jalan!”Yandi mengangguk dengan perlahan, kemudian berkata pada Sonia, “Ranty sibuk sekali. Aku tidak masuk untuk pamitan sama dia. Bantu aku sampaikan kepadanya, ya.”“Oke!” balas Sonia.“Ayo!” Yandi tersenyum, lalu meninggalkan tempat.Setelah Yandi pergi, Reza duduk di samping Sonia. Angin malam berembus me
Reza berdiri di lantai atas. Ketika melihat mereka berdua sedang duduk di anak tangga sembari mengobrol, tatapannya kelihatan tajam.Beberapa saat kemudian, Reza berjalan menuruni tangga. Menyusuri lorong panjang yang klasik dan sunyi, Melvin kebetulan berjalan ke arah yang sama. Tujuan mereka berdua adalah Sonia. Ketika saling melihat satu sama lain, mereka serempak berhenti.Di bawah lorong, lentera besi hitam bergaya istana berkelip dengan cahaya dingin yang redup. Di luar sana, kembang api sedang dinyalakan, percikan cahaya yang gemerlap menerangi dan meredupkan wajah tampan keduanya secara bergantian.Sosok Reza sebagian bersembunyi dalam bayangan gelap. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan tajam. Tekanan kuat yang dia pancarkan membuat udara dingin malam ini terasa semakin tipis.Mengenai Melvin, dia tetap menunjukkan gaya santainya. Anting dengan batu berlian hitam menghiasi daun telinganya. Rompi hitam dipadukan dengan kemeja putih. Sementara, kedua tangannya dimasukkan ke da