Reza mematung di tempat dia berdiri. Dia tidak kaget dengan serangan dadakan dari Tandy, tapi kaget karena gadis yang tiba-tiba melompat keluar. Namun, Reza tidak langsung mendorongnya, karena dia merasakan detak jantung gadis itu yang keras. Kemudian, dia menundukkan kepalanya sedikit dan melihat penampilan gadis itu sudah berantakan. Di bawah bulu matanya yang panjang dan basah, sepasang matanya berkedip cepat, terlihat sedikit panik.Sonia sekali lagi melihat bekas luka di belakang telinga pria itu. Bekas luka itu sudah berwarna merah muda, hampir sama dengan kulit normal.Reza tidak berbicara selama lima detik. Dia menunggu sampai napas gadis itu stabil, baru bergurau, “Sudah berapa kali kamu melemparkan dirimu ke dalam pelukanku? Kamu benar-benar ingin jadi tantenya Tandy?”Setelah suara pria itu bergema di telinganya, Sonia baru tersadar. Dia langsung mendongakkan kepala dan melihat tatapan meledek di mata Reza. Dua pasang mata bertemu. Mata gelap pria itu memantulkan cahaya gel
Sonia mengucapkan terima kasih, lalu berpikir dalam hati. Hari ini dia diperlakukan dan dijaga seperti anak kecil oleh Reza. Semua itu berkat Tandy.Tandy juga mengucapkan terima kasih dan berpikir dalam hati. Pamannya bisa menjadi pria yang begitu baik dan menjaganya seperti anak kecil, semua itu berkat Sonia.Mereka bertiga tenggelam dalam pemikiran mereka sendiri. Mereka pun makan tanpa suara. Mungkin karena lingkungan sekitar yang sangat bagus, atau mungkin karena keterampilan koki yang sangat hebat.. Pokoknya, Sonia pun makan dengan sangat puas.Saat mereka hampir selesai makan, Tandy ingin minum yogurt. ART berkata akan mengambilkan yogurt untuknya, tiba-tiba Reza berkata, “Ambil dua botol.”Tandy dan Sonia berbicara dengan suara pelan. Mereka berdua berdiskusi apakah pergi berkuda dulu, atau main bola di ruangan indoor. Katanya akan ada dua pacuan kuda di sore hari.Yogurt yang diminta Tandy telah datang. ART mengambil satu botol dan meletakkannya di depan Tandy. Kemudian, Reza
Mereka bertiga tinggal di arena berkuda sepanjang sore. Setelah malam menjelang, mereka baru pergi. Reza mengantar Sonia kembali ke Jembara University lebih dulu.Awalnya Sonia ingin mentraktir mereka makan malam karena kalah dalam lomba memancing. Namun, Reza ada urusan, karena itu mereka sepakat makan bareng di lain hari.Sepanjang jalan, Sonia dan Tandy membicarakan kejadian di arena berkuda. Sedangkan Reza mengemudi dalam diam. Dia tidak merasa terganggu dengan suara perbincangan di belakangnya. Sebaliknya, Tandy memiliki perasaan yang sangat istimewa. Perasaan yang tidak buruk, justru membuat orang merasa nyaman.Mobil Reza berhenti di depan gerbang Jembara University. Sonia berpamitan pada keduanya, lalu turun dari mobil. Saat Sonia berjalan menuju gerbang kampus, seorang pria dengan pakaian olahraga memanggil namanya, lalu berlari menghampirinya dengan penuh semangat.Mata Tandy terbelalak, “Bukannya itu pria yang kita lihat di arena berkuda? Mereka sudah buat janji untuk bertem
Sonia menarik kembali senyumnya, lalu bertanya dengan suara berat, “Ada apa, Kel?”Kelly terdiam sejenak, seperti sedang mengendalikan emosinya. Setelah itu, dia baru menjelaskan keseluruhan cerita, “Papaku seorang penjudi. Dia sudah berjudi sejak aku masih kecil, sampai sekarang masih saja berjudi. Sebelumnya dia nggak pulang selama satu bulan. Setengah bulan yang lalu dia pulang, lalu dia kasih tahu kami kalau dia berutang 600 juta miliar pada seseorang. Jadi dia ingin jual rumah untuk bayar utangnya. Mamaku bersikeras nggak mau menyerahkan rumah itu. Tunda terus selama setengah bulan. Baru kemarin, orang-orang itu datang dan tangkap kakakku. Sekarang aku dan mamaku lagi buru-buru mau jual rumah untuk kumpulkan uang. Penagih utang itu bilang dia mau lihat uang itu malam ini. Kalau nggak, kami nggak akan pernah bisa melihat kakakku lagi.”Sonia mendengarkan cerita Kelly sambil mengerutkan kening, “Kamu sudah lapor polisi, belum?”Suara Kelly terdengar begitu lelah dan tidak berdaya, “
Salah satu pria yang duduk di sofa sambil merangkul seorang wanita penghibur melihat ke arah Sonia dan Kelly. Pria itu bernama Robert, dia berusia sekitar 40 tahun. Kesadarannya sudah dikuasai oleh alkohol, kedua matanya terlihat linglung. Dia memperhatikan Sonia dan Kelly secara bergantian. Kemudian, dia bertanya sambil menyeringai, “Kelly yang mana?”Kelly maju selangkah. Dia mengumpulkan keberanian untuk menatap pria itu dan menjawab, “Aku!”“Bos Robert.” Orang di sebelahnya menyalakan sebatang rokok untuk Robert.Seseorang mematikan lampu disco di ruangan itu. setelah pencahayaan kembali normal, pemandangan di dalam ruangan bisa terlihat lebih jelas.Ada sekitar 20 pria dan perempuan di dalam ruangan itu. Para pria minum alkohol, sampai wajah mereka memerah. Mata mereka terus memperhatikan Sonia dan Kelly secara bergantian, penuh dengan maksud tidak baik.Di antara mereka ada beberapa wanita penghibur. Mereka bersandar di pelukan pria, sambil menatap Sonia dan Kelly dengan tatapan
Sonia memberikan isyarat pada Kelly dan berkata dengan suara pelan, “Cepat pergi. Nanti kalau polisi sudah datang, kakakmu nggak akan bisa pergi lagi.”“Sonia!” Kelly hampir menangis.“Tunggu aku di luar,” kata Sonia dengan suara yang masih begitu tenang.Kelly mengangguk dan berkata dengan suara tercekat, “Aku tunggu kamu di luar.”Robert tiba-tiba berkata, “Mereka boleh saja pergi, tapi kamu harus minum punya Kelly dulu.”Sonia mengambil gelas itu dan meminumnya tanpa ragu.Kelly menyeka air mata yang telah jatuh ke wajahnya. Kemudian dia berjalan keluar dengan cepat sambil memapah Kenzo.Setelah pintu ruangan itu ditutup, yang lainnya langsung mengepung Sonia. Ruangan itu begitu hening, lampu pun tampak meredup.Robert menyeringai dan berkata, “Kamu begitu setia kawan, juga sangat berani. Masih ada segelas lagi, habiskan.”Para pria lainnya mengolok-olok. Mereka menatap Sonia seperti menatap seekor domba yang menunggu untuk disembelih di atas talenan. Mereka sudah mencium bau daging
Sonia takut ada yang salah dengan arak Robert, sehingga dia tidak berani menelannya sedikit pun. Tidak disangka, ternyata tetap saja memberikan efek walaupun dia hanya membiarkan arak itu di dalam mulutnya sebentar.Sonia takut dia akan pingsan kapan saja. Karena itu dia tidak berani naik taksi. Dia pun berjalan ke sebuah taman kecil di seberang jalan. Dia duduk di bangku taman dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Ranty.Mata Sonia sudah kabur ketika dia mengeluarkan ponselnya. Dia memaksa diri untuk menyalakan ponselnya dan mencari nama Ranty di daftar kontak.Di belakang Sonia terdengar suara nyanyian, di depannya ada suara mobil. Lampu di atas kepalanya menyinari ponsel, membuat Sonia merasa pusing selama beberapa saat.Namun, dia tidak panik. Dia senantiasa bersikap tenang. Hanya saja, setelah menghubungi nomor Ranty, perempuan itu tidak pernah angkat telepon.Telapak tangan Sonia mulai berkeringat. Dia mencengkeram ponselnya dengan tangan yang terasa lengket. Kemudian, dia m
“Ka-kamu ....” Sonia menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya dan berkata dengan susah payah. Akan tetapi, dia seperti sedang terjebak dalam mimpi. Semakin dia ingin bicara, semakin dia tidak bisa bicara.Reza membungkukkan badan dan lebih dekat dengan Sonia, “Kamu bilang apa?”“Kamu ... pergi!” Sonia panik hingga suaranya pun bergetar. Dia takut tidak akan bisa mengendalikan dirinya dan menerkam pria itu.Mengapa Reza ada di sini? Mengapa Ranty masih belum datang juga? Apa yang Robert masukkan ke dalam araknya tadi? Padahal Sonia hanya menahan cairan itu di dalam mulutnya sebentar saja, tapi sudah memberikan efek seperti ini.Reza menoleh untuk menatap gadis itu. Setelah begitu dekat dengannya, Reza baru menyadari ada yang tidak beres dengan Sonia. Matanya spontan menyipit, “Kamu nggak mabuk, tapi dikasih obat sama orang, kan?”“Nggak usah ... ikut campur!” tukas Sonia dengan wajah cemberut, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu lemah.“Jangan berulah!”Reza berkata
Felix mengira Hendri ingin mencairkan aset dan mengira Welly memang sengaja dimasukkan ke perusahaan olehnya, jadi Felix pun tidak berani ikut campur dalam urusan itu.Akibatnya, Welly menjadi semakin semena-mena saja. Dia diam-diam menerima suap dari klien dan menyalahgunakan dana pembayaran barang, membuat produk menjadi kacau balas. Hendri malah tidak mengetahui masalah ini sama sekali.Hari ini, saat menemukan masalah dalam laporan keuangan, Hendri memanggil Felix dan staf keuangan. Saat itu, Hendri baru mengetahui bahwa Welly telah meraup keuntungan sebesar itu.Tentu saja, semua itu tidak terlepas dari bantuan Stella. Jika dugaannya tidak salah, Stella bahkan membantu Welly diam-diam mencap stempel resmi perusahaan.Saat perjalanan pulang, Hendri sudah emosi tinggi!Stella sungguh merasa syok dan tidak berhenti melangkah mundur. “Aku nggak tahu. Aku nggak tahu apa-apa.”“Welly apaan?” tanya Reviana dengan kaget.Hendri menceritakan secara ringkas kondisi perusahaan, lalu bertanya
Stella benar-benar tidak habis pikir. Jelas-jelas Sonia telah diinjak mati-matian. Kenapa dia masih bisa bangkit kembali?Cucu perempuan dari Keluarga Bina, Bos dari GK Jewelry, istri dari Presdir Herdian Group … bagaimana Sonia bisa melakukannya!Selama ini, Sonia tidak pernah kembali dan merespons. Apakah dia sedang menunggu untuk menghancurkan mereka di saat paling bahagia mereka?Pasti seperti itu. Sonia memang licik.Panggilan Keluarga Tamara tidak terhubung, sepertinya mereka tidak bisa diandalkan lagi. Keluarga Dikara telah celaka. Reza dan Keluarga Bina tidak akan melepaskan Keluarga Dikara!Ketika melihat Reviana yang semakin emosi, Stella membalikkan tubuhnya berjalan ke lantai atas dengan tatapan datar. Dia kembali ke kamarnya sendiri, lalu menelepon, “Kamu lagi di mana?”Welly membalas, “Kak, apa sudah terjadi sesuatu dengan Keluarga Dikara?”“Iya!”“Kalau begitu, kamu cepat pergi, jangan tunda waktu lagi!” Welly merendahkan suaranya. “Lagi pula, aku sudah mendapatkan uang.
Sejak lahir, Sonia sudah berjalan berlawanan arah dengan Keluarga Dikara. Sekarang dia sudah memiliki begitu banyak, tidak mungkin baginya untuk kembali dan mencari kembali kekurangan dari Keluarga Dikara.Selama belasan tahun hidup di luar, setiap harinya dia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup, sedangkan setiap harinya Stella berpikir bagaimana menikmati hidupnya di Keluarga Dikara. Stella yang seperti itu lebih cocok dengan Reviana. Sonia pun merupakan satu-satunya yang tidak cocok di antara mereka!Jadi, saat bertemu waktu itu, mereka pun sudah ditakdirkan untuk memiliki akhir seperti ini.“Boleh serakah!” Reza menatap wajah indah Sonia. “Aku akan memberimu semua yang kamu inginkan!”“Jangan bohongi aku! Kamu bahkan nggak kasih aku makan es krim!” Sonia tersenyum lebar.“Kamu boleh coba minta yang lain!” Terdengar nada hasutan dari suara Reza.Sonia memutar bola matanya. “Bagaimana dengan kasih seorang ibu?”Reza langsung menunjukkan ekspresi canggung. Tatapanny
Mata Sonia berkilauan. Dia pun menggigit bibirnya sembari tersenyum tipis.Reza menggenggam tangan Sonia. “Kalau kamu ingin ngobrol sama Sonia, lain hari saja, ya? Dia sudah capek seharian, berhadapan dengan banyak reporter. Kamu biarkan dia istirahat dulu baru temani kamu mengobrol!”Lysa segera berkata, “Semua salahku. Kalau begitu, kamu segera bawa Sonia ke lantai atas.”Reza menggandeng Sonia ke lantai atas. Sonia menoleh, lalu mengucapkan selamat malam kepada Lysa.Di belokan, Tandy melihat Tasya yang berada di belakangnya sekilas. Dia berkata dengan nada bicara sedikit provokasi, “Apa kamu mau cari Bibi Sonia lagi?”Tasya sungguh kehabisan kata-kata. “Paman Reza menjaganya dengan sangat ketat. Sonia pasti sangat membencinya. Seharusnya kita pergi menyelamatkan Sonia!”Tandy menoleh berjalan ke sisi kamarnya sembari mendengus dingin. “Kalau mau pergi, kamu pergi sendiri saja, jangan bawa-bawa aku. Aku masih berharap Paman Reza bisa ajari aku tinju di saat liburan musim dingin nant
Waktu itu Devin benar-benar sempat tergerak. Dia hampir saja menyetujui Keluarga Tamara.Kemudian, setelah menenangkan diri dan memikirkan orang-orang di belakang Sonia, seperti Aska, Jemmy, Devin juga pernah mendengar masalah pernikahan Sonia dan Reza, alhasil Devin pun tidak berani sembarangan berpihak.Sekarang setelah dipikir-pikir, ternyata langkah yang diambilnya itu benar!Mungkin karena Devin terlalu terburu-buru dalam membela diri, meskipun bicaranya terlihat tenang, tetap saja telah menunjukkan celah. Jemmy mengangkat mata menatap Devin tatapan yang dalam, lalu menoleh untuk mengambil teh.Reza memandangnya dengan tenang, lalu berkata dengan tersenyum tipis, “Kalau begitu, terima kasih, Tuan Devin!”“Tuan Reza tidak usah sungkan. Hubungan Rose dan Sonia sangat akrab. Kita itu juga teman!” ucap Devin dengan lembut.Reza sedikit mengangguk. Kebetulan ada panggilan masuk. Topik pembicaraan pun berhenti sampai di sini.Rose meninggalkan Devin untuk mengobrol dengan Reza dan yang
“Sebenarnya aku nggak bersedia melihat Keluarga Dikara menjadi seperti ini, tapi semua ini juga akibat dari perbuatan mereka!” Cindy mendengus. “Oh, ya, itu … ketua asosiasi desain … keluar untuk minta maaf sama kamu. Respons mereka sangat cepat. Apa kamu sudah melihatnya?”“Instagram dan beberapa platform lainnya mengalami gangguan, sampai sekarang masih nggak bisa diakses!” Cindy berkata dengan nada meremehkan, “Orang-orang yang sebelumnya memakimu beralih untuk memaki Paman Hendri, Bibi Reviana, dan Stella.”“Aku sudah nggak ada perasaan sama mereka. Tapi, penggemarmu baik sekali. Bahkan saat kamu diserang habis-habisan di internet, mereka masih saja membelamu. Sekarang setelah identitasmu terekspos, mereka juga nggak memamerkannya, hanya diam-diam merasa gembira saja!” Rasanya dilindungi membuat hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih. Terima kasih, ya!”“Nggak usah bersikap sungkan. Aku tahu kamu pasti akan kembali dan menampar semua orang yang sudah memfitnahmu. Aku lagi menungg
“Kamu saja belum menikah. Kenapa kamu malah mengurusku?” Yandi melirik Morgan sekilas. “Kalau mau menikah, seharusnya kamu menikah duluan!”Terlihat rasa acuh tak acuh di atas wajah tampan Morgan. “Aku tidak pernah kepikiran soal menikah!”Yandi tersenyum lebar. “Aku sama sepertimu!”“Mengenai hal ini, lebih baik kamu jangan ikuti aku. Lagi pula, bukan hal bagus juga!” Morgan mendengus dingin.Yandi tidak berbicara, hanya tersenyum saja.Tasya kembali ke sisi Sonia. Dia masih kelihatan tidak fokus. Ketika melihat sup ayam yang diterlantarkan di atas meja tamu, hatinya semakin penat lagi.Tatapan Tasya tertuju pada bayangan tubuh tinggi di luar jendela. Dia bertanya pada Sonia, “Ada apa dengan Bos Yandi? Kulihat raut wajahnya nggak terlalu bagus.”Sonia berkata, “Dia terluka!”“Hah?” Tasya hampir saja menjerit lantaran merasa kaget. Dia pun melihat sekeliling dengan gugup, lalu merendahkan nada bicaranya dan bertanya dengan khawatir, “Apa serius?”“Serius, tapi mungkin itu bukan apa-apa
Di sisi lain, Lysa menggandeng tangan Sonia sembari berbicara. Dia sungguh merasa sakit hati ketika melihat Sonia. “Kenapa kamu semakin kurus lagi? Kamu tidak usah peduli dengan apa yang dikatakan di internet, biarkan Reza saja yang menyelesaikannya!”Sonia mengusap wajahnya sendiri. “Nggak, kok. Mungkin karena kelamaan nggak melihatku, makanya kamu merasa aku kurusan!”“Selama beberapa hari ini, kamu tinggal di rumah saja. Aku akan suruh pelayan untuk bikin makanan bergizi buat kamu!”Ranty memutar bola matanya, kemudian berkata dengan tersenyum, “Bibi Lysa, Sonia baru saja kembali, masih belum melepas rindu sama kami, kamu serahkan Sonia beberapa hari kepada kami, ya? Nanti kami akan kembalikan kepadamu, oke?”Lysa berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, malam ini kamu mesti tinggal di rumah, ya. Selama di luar, kalian ingat untuk jaga dia dengan baik!”“Kamu tenang saja. Aku juga berharap bisa kasih lemak yang kutimbun selama beberapa hari ini kepada Sonia!”Lysa pun tertawa terbah
Bondan melihat Tiffany bermaksud ingin mengalahkannya. Dia pun tidak membantah, melainkan berkata dengan mengangguk, “Benar apa katamu!”Tiffany tidak menghiraukan sikap acuh tak acuh pria itu. Dia hanya berkata, “Setelah identitas sehebat ini terekspos, aku ingin lihat nasib Keluarga Dikara!”Bondan mengangkat-angkat alisnya. “Aku merasa Kak Reza juga cukup serbasalah. Bagaimanapun, mereka adalah orang tua kandung Sonia, ada hubungan darah!”Tiffany tersenyum dingin. “Saat mereka mencelakai Sonia, mereka nggak kepikiran Sonia itu anak kandung mereka. Jadi, nggak usah berbelas kasihan sama orang seperti mereka!”Bondan menatapnya. Terlihat sedikit senyuman di atas wajah tampannya. “Aku cukup kagum dengan sikap tegasmu!”Dari masalah kali ini, Tiffany merasa Bondan juga cukup baik. Setidaknya, dia bukan anak orang kaya yang hanya tahu bersenang-senang dan berfoya-foya saja.Tiffany berkata dengan lantang, “Kelak setelah pertunangan kita dibatalkan, kita juga bisa menjadi teman!”Bondan