“Karena dia nggak pantas, kenapa kamu masih saja mengunci diri di kamar demi pria seperti itu?”“Aku sedang introspeksi diri, kenapa aku bisa sebodoh itu.”“Itu salahnya, jangan salahkan dirimu. Dia mungkin nggak sesedih kamu. Untuk apa kamu siksa dirimu sendiri? Mungkin saja dia sudah bahagia dengan Rani. Kamu malah belum bisa melepaskan perasaanmu itu,” kata Sonia.Suara Tasya tercekat, “Iya juga, ya. Mungkin saja mereka sekarang sudah bersama.”“Jangan buat Tandy dan nenek khawatir. Kamu sekarang keluar dari kamar dan makan sesuatu. Makan yang manis-manis, kamu akan merasa lebih baik,” bujuk Sonia.Tasya sesenggukan, “Oke, aku keluar sekarang. Terima kasih, Sonia.”“Sama-sama.”Sonia menutup telepon. Sesaat kemudian, Tandy mengiriminya pesan yang isinya hanya sebuah emotikon acungan jempol. Kelihatannya Tasya sudah turun ke bawah dan makan.Tasya dan Yoko benar-benar sudah putus. Sonia pun menelepon Juno dan memintanya bersiap untuk mengakhiri Kontrak dengan Hana Jewelry.Namun, seb
Jordan spontan mundur selangkah. Wajahnya menjadi agak pucat. Dia melihat pria di depannya lagi dan bertanya, “Siapa kamu?”Sorot mata Reza begitu dingin, dia pun mengucapkan namanya dengan perlahan, “Reza Herdian.”Awalnya Jordan tidak menyadarinya. Dia hanya merasa nama itu terdengar familiar. Namun, begitu dia ingat siapa Reza serta apa yang ada di balik nama itu, ekspresinya langsung berubah drastis.Jason dan yang lainnya sudah berjalan mendekat. Bondan memegang botol bir di tangannya, lalu dia berkata dengan dingin pada Jordan, “Aku nggak pukul orang yang nggak punya nama. Siapa namamu?”Kedua kaki Jordan seketika lemas tak bertenaga, dia bahkan hampir berlutut. Kemudian, dia berkata sambil mundur, “Salah paham, ini salah paham. Aku nggak tahu ini tempat Pak Reza. Aku yang nggak punya mata.”Saat bicara, Jordan langsung mengangkat tangan dan menampar dirinya sendiri, “Aku sudah mengganggu Pak Reza dan yang lainnya. Aku pantas mati!”Pada saat ini, Sera sudah datang dengan satpam
Sonia bertanya, “Bagaimana dengan dia?”“Pak Reza masih ada urusan yang harus diselesaikan. Pak Reza minta Bu Sonia pulang dulu,” jawab Robi.Sonia mengangguk. Kasen sangat dekat dengan Imperial Garden. Selain itu, jalan yang melalui kedua tempat itu adalah jalan utama, dengan lampu jalan yang terang benderang. Biasanya Reza tidak datang, Sonia juga pulang sendiri. Hari ini Reza sengaja meminta Robi menunggu di sini untuk mengantar Sonia kembali ke Imperial Garden. Mungkin karena Reza takut Jordan akan datang cari masalah dengannya lagi.Meskipun lagi marah, Reza tetap memikirkan keselamatan Sonia. Sesampainya di Imperial Garden, rumah dalam kondisi gelap gulita. Untuk sesaat, hati Sonia terasa kosong.Sonia mengerti mengapa Reza marah. Reza sakit hati mendengar Tasya ditindas oleh Yoko dan Rani. Dia marah Sonia menyembunyikan hal ini darinya, terutama karena Melvin juga membantu dalam masalah Sonia memukul Rani.Padahal ini masalah keluarga Herdian. Namun, Reza malah tidak tahu apa-ap
Jordan tinggal di rumah sakit selama dua hari. Dia tahu kalau Reza tidak akan melepaskannya. Namun, hal pertama yang dia terima adalah pemberitahuan pemutusan kerja sama serta surat pengacara dari Arkava Studio. Studio tersebut menuntut Jordan menggunakan King untuk melakukan promosi. Jordan dituntut ganti rugi sebesar 20 miliar sesuai dengan biaya iklan promosi desainer kelas satu Arkava Studio. Selain itu, Arkava Studio juga mengeluarkan pemberitahuan ke seluruh bidang kalau Arkava Studio telah mengakhiri kerja sama antara kedua pihak dan tidak akan pernah bekerja sama lagi.Jordan hanya bisa tercengang. Apa hubungan masalah ini dengan Arkava Studio? Apakah Arkava Studio juga mendengarkan perintah Reza?Pukulan Reza datang dengan begitu cepat. Nyaris di hari yang sama, semua partner bisnis mengumumkan kalau mereka akan berhenti bekerja sama dengan Hana Jewelry.Selain itu, ada artikel di internet yang mengungkapkan kalau Hana Jewelry menghindari pajak di tahun-tahun awal dan menggun
Mandy merasa agak aneh ketika dia menerima perintah dari Juno untuk menghentikan kerja sama dengan Hana Jewelry. Kedua perusahaan telah bekerja sama selama beberapa tahun, tidak ada ketidaknyamanan dalam kerja sama tersebut. Entah mengapa Juno tiba-tiba ingin menghentikan kerja sama ini. Sekalipun Hana Jewelry menggunakan nama King untuk promosi, selama ini Juno juga hanya menutup sebelah mata, tidak pernah perhitungan dengan Hana Jewelry. Mengapa sikap Juno tiba-tiba berubah?Dalam beberapa hari berikutnya, Hana Jewelry terkena berbagai macam skandal. Mandy otomatis mengira Juno telah mendapat informasi lebih awal. Sehingga pria itu menghentikan kerja sama dan menarik garis batas jelas dengan Hana Jewelry.Jordan telah tertekan selama beberapa hari terakhir. Semangat serta arogansinya telah lama menghilang. Dia yang sekarang justru merendahkan diri dan memohon, “Soal perhiasan perusahaan kami palsu itu tuduhan palsu. Sama sekali nggak ada hal seperti itu. Ada orang sengaja menyiksa ak
Ada banyak keributan di luar. Sementara itu, Tasya yang merupakan tokoh utama dalam insiden ini sama sekali tidak tahu situasi di luar. Dia tidak tahu kalau pamannya membantunya melampiaskan amarah, dia juga tidak tahu kalau keluarga Rani akan bangkrut.Tasya dalam suasana hati yang buruk. Dia juga tidak ingin ke mana-mana. Karena itu, dia mengundang Sonia untuk ke rumahnya dan menemaninya.Sonia pergi ke sana dengan taksi. Hanya ada Tasya dan neneknya di rumah. Sang nenek sedang menonton drama di ruang tamu. Begitu melihat Sonia datang, dia langsung menyambut dengan ramah, “Sonia.”“Halo Nenek,” sapa Sonia sambil tersenyum.“Ayo ke sini.” Lysa menjawab dengan gembira. Dia menepuk kursi di sampingnya dan meminta Sonia duduk. Kemudian, dia bertanya, “Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?”Sonia mengangguk, “Baik, Nenek.”Lysa berkata dengan lembut, “Aku dengar dari Tasya kamu kerja paruh waktu untuk bayar uang kuliah. Benar-benar anak yang baik dan pintar. Kalau ada waktu luang sering-seri
Sonia melengkungkan bibirnya, “Kalau begitu apa yang kamu punya?”Tasya tertegun sejenak. Bola matanya berputar, lalu dia berkata perlahan, “Beberapa hari lagi aku ulang tahun.”Sonia tersenyum, “Bukankah ini kesempatan bagus?”***Mendekati tengah hari, Lysa menyuruh ART memanggil Tasya dan Sonia turun ke bawah. Sonia juga hendak pamit, karena itu dia turun bersama Tasya.Begitu sampai di bawah, Lysa menyapa mereka sambil tersenyum, “Ayo sini, bantu aku lihat-lihat. Di antara orang-orang ini mana yang paling cantik? Bantu om-mu pilih istri.”Sonia awalnya hendak berpamitan. Begitu mendengar ucapan Lysa, kaki Sonia seketika diam tak bergerak.Sedangkan Tasya sudah menghampiri sang nenek, lalu melihat foto-foto di tangan neneknya sambil mengerutkan kening. Kemudian, dia berkata, “Nenek, sudah zaman apa ini? Nenek masih saja lihat foto untuk pilih menantu? Bukannya Nenek bilang pikiran Nenek sudah maju? Apakah hal kolot seperti ini adalah sesuatu yang akan dilakukan Nenek?”Lysa tertawa
Reza melirik Sonia sekilas, lalu tersenyum tipis, “Oh ya?”Lysa menunjukkan foto putri dari keluarga Atmojo kepada Reza, “Aku rasa yang ini bagus. Lulusan Kibau University, baru saja kembali ke Jembara. Sonia juga bilang gadis ini cantik. Coba kamu lihat sendiri.”Reza mengambil foto itu dan melihatnya sedikit lebih lama. Kemudian, dia mendongak dan bertanya pada Sonia, “Bu Sonia merasa gadis ini cocok sama aku?”Jantung Sonia spontan berdebar kencang. Namun, dia hanya bisa mempertahankan wajah yang tenang dan mengikuti kata-kata Lysa, “Aku rasa dia sangat cantik.”Mata Reza yang hitam pekat menatap Sonia dengan penuh arti, lalu dia tertawa pelan, “Dia baru saja lulus kuliah, lebih muda lima atau enam tahun dariku. Memangnya dia nggak akan merasa aku terlalu tua untuknya?”Sonia yang ditanya langsung oleh Reza hanya bisa memberanikan diri berkata, “Selama kalian cocok, usia bukanlah masalah.”Reza terus bertanya, “Yang bagaimana baru bisa dianggap cocok?”Tasya merasa tidak tahan melih
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
“Biarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.” Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. “Oke, boleh!”Tasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, “Boleh nggak aku peluk kamu?”“Ja ….”Belum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. “Aku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!”“Tapi, aku peduli!” Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, “Semalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!”Yandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, “Tasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!”Tasya tidak mengambil