Saat Kelly sedang emosi, tiba-tiba terdengar suara “hmph” seorang lelaki, dia pun langsung menoleh dan berpapasan dengan tatapan si lelaki.Kedua pasang mata saling bertatapan. Kelly tidak berbicara. Alhasil si lelaki mengira dirinya sedang bermimpi. Tapi kenapa keberadaan wanita ini terasa sangat nyata!Setelah terbengong beberapa saat, Kelly pun kebingungan. Kenapa lelaki ini tidak bergerak dan tidak berbicara? Jangan-jangan dia buta?Kelly langsung berdiri dan melambaikan tangannya di depan si lelaki. Dia berbicara dengan perlahan, “Hei, apa kamu bisa melihatku?”Jason mengerutkan keningnya, dan suaranya terdengar agak serak, “Aku pusing, singkirkan tanganmu!”Kelly langsung menurunkan tangannya dan menghela napas lega. Untung saja dia tidak buta! Untung sekali!Jason mencoba untuk menggoyangkan kepalanya, dan kepalanya semakin pusing lagi. Dia terpaksa menggerakkan bola matanya untuk mengamati sekeliling. “Ini rumah sakit, ya?”Kelly membalas, “Iya!”Jason semakin kebingungan lagi.
Si polisi tersenyum. “Iya, kami sudah menyelidikinya. Rumah itu memang atas nama Pak Jason.”Selesai menjelaskan, si polisi pun merasa bingung. “Nona Kelly, memangnya kamu nggak tahu siapa pemilik rumah yang kamu tinggali?”Kelly terbelalak. Dia seketika tidak tahu bagaimana untuk merespons?!Ternyata rumah itu adalah milik Jason?Bukannya Sonia mengatakan bahwa rumah itu adalah milik teman pamannya? Jangan-jangan teman pamannya adalah Jason?Astaga!Jason juga merasa terkejut. Dia bertanya pada polisi, “Maksudmu Nona Kelly tinggal di rumahku?”Polisi semakin kebingungan. “Memangnya Pak Jason nggak tahu?”Masalah ini sungguh menarik. Wanita ini tidak tahu siapa tuan rumah dari rumah yang ditempatinya. Sementara itu, tuan rumah juga tidak tahu siapa yang menyewa rumahnya. Alhasil ketika tuan rumah memasuki rumah, dia malah dianggap sebagai maling! Seandainya masalah ini viral di internet, masalah ini pasti akan sangat heboh.Akhirnya Jason mengerti. Sebelumnya Reza menelepon mengatakan
Siang harinya Jason ribut ingin keluar dari rumah sakit. Dia mengatakan dirinya tidak betah, dan merasa mual lantaran mencium bau antiseptik di rumah sakit. Pokoknya sekujur tubuh Jason terasa sangat tidak nyaman.Dokter menjelaskan bahwa sangatlah wajar apabila muncul gejala mual dan sakit kepala pada penderita gegar otak ringan.Jason langsung bertanya dengan wajah muram, “Apa kamu pernah gegar otak?”Dokter pun terdiam.Dokter kembali membaca hasil laporan terbaru dari Jason. Setelah memastikan tidak ada masalah, Dokter terpaksa mengizinkan Jason untuk keluar.Jason tidak pulang ke rumahnya, melainkan tinggal di Imperial Garden. Mulai sekarang, Jason akan dirawat oleh Kelly.Setelah kembali ke Imperial Garden, perawat lelaki yang ikut pulang ke rumah itu membantu Jason untuk membasuh tubuh dan mengganti pakaian.Jason berbaring di atas ranjang. Sepertinya Jason merasa lelah, alhasil dia pun ketiduran.Kelly melihat Jason tidur dengan nyenyak. Dia pun mengantar perawat lelaki itu, la
Jason menyambung, “Cocok juga untuk tuan rumah yang dipukul oleh penyewa!”“Hahaha!”Kelly tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia tertawa terbahak-bahak hingga berjongkok, dan meletakkan mangkuk di atas lantai. Kalau Jason tidak tahu Kelly sedang tertawa, dia pasti mengira Kelly sedang menangis.Saat ini Jason memang merasa agak lapar. Dia menatap Kelly yang terus tertawa itu dan berkata, “Hei, sudah cukup belum tertawanya? Bisa bawa sup ayam kemari? Nanti aku mau kasih ASI!”“Gedebum!” Kelly langsung jatuh ke atas karpet. Salah satu tangannya menutup wajah, dan satunya lagi menutup perutnya. Dia tertawa hingga perutnya terasa kram.Setelah melihat Kelly tertawa, Jason seolah-olah juga tertular. Dia spontan tersenyum, dan dia pun merasa nasibnya tidak begitu sial lagi.Tak lama kemudian, Kelly tidak lagi tersenyum, lalu menyajikan sup ayam ke hadapan Jason. “Jangan bercanda lagi. Kalau nggak, nanti supnya dingin!”Jason mengangkat kepalanya untuk menatap Kelly, tampak dia tertawa hingga
Jason juga merasa malu, dia berunding, “Kalau nggak, kamu bawa aku ke dalam sana. Kemudian aku bisa sendiri.”“Emm.” Kelly berjalan mendekat, lalu memapah Jason dengan hati-hati. “Apa kepalamu pusing? Ingin muntah?”“Jangan bicara lagi!” Begitu Jason berdiri, dia langsung merasa kliyengan. Kelly pun tidak berani bersuara lagi.“Ayo!” Beberapa saat kemudian, Jason pun bersuara. Dia bersandar di tubuh Kelly sambil berjalan ke kamar mandi.Jason lebih tinggi hampir satu kepala dari Kelly. Salah satu tangan Kelly memeluk pinggang Jason, dan yang satunya lagi menggenggam tangan Jason yang berada di pundaknya. Kemudian Kelly mengerahkan tenaganya untuk memapah lelaki yang berat ini ke kamar mandi.Jarak mereka berdua sangatlah dekat. Jika dilihat dari kejauhan, mereka seolah-olah sedang berpelukan saja. Tapi Kelly tidak berpikir ke arah sana, dia hanya khawatir Jason akan merasa tidak nyaman.Begitu memasuki kamar mandi, mereka berdua tiba-tiba tertegun tidak tahu harus berbuat apa.Setelah
“Emm!” balas Jason.Kelly memapah Jason keluar kamar mandi. Setelah membaringkan Jason ke atas ranjang, Kelly baru menghela napas lega. “Apa masih ada yang kamu butuhkan?”“Aku lapar!” Nada bicara Jason terdengar sangat alami. Bagaimanapun juga, dia hanya minum sup ayam saja, wajar kalau dia sudah merasa lapar.Kelly langsung menjawab, “Kamu ingin makan apa? Aku buatin.”Jason tanpa sungkan memesan dua jenis makanan, dan Kelly pun mengangguk. “Oke, aku pergi masak dulu. Kamu istirahat, ya.”Selesai berkata, Kelly menyelimuti Jason, lalu menutup tirai jendela kamar.Ketika melihat sosok wanita yang sibuk ini, Jason pun merasa ada yang aneh dengan perasaannya.Kelly langsung pergi ke dapur. Dia mengeluarkan bahan makanan dari kulkas, dan mulai memasak.Dimulai dari memakai celemek, mencuci sayur, memotong sayur, memotong ikan … semuanya terlihat sangat beraturan.Berhubung ada luka di kepala Jason, Kelly pun sengaja memasak makanan yang lebih polos. Tak sampai satu jam, empat jenis hidan
Sesaat setelah Reza dan Sonia meninggalkan kediaman keluarga Bina, kabar mengenai mereka mendapatkan batu giok sudah terdengar di telinga Rendi. Dia yang masih dalam masa pemulihan dan terbaring di kasur langsung terduduk dan memasang raut tidak percaya.“Bagaimana mungkin?!”Kemarin dia dan Vivian datang ke rumah keluarga Bina tanpa mempedulikan luka di kepalanya. Hasilnya sia-sia karena dia bahkan tidak bertemu dengan Jemmy. Dia bahkan sudah menyebutkan nama kakeknya, akan tetapi pelayan rumahnya hanya memberikannya segelas minuman dan berkata bahwa Jemmy sedang tidak enak badan.Pelayan rumah keluarga Bina mengatakan karena khawatir menularkannya pada orang lain, Jemmy tidak akan bertemu dengan tamu untuk sementara waktu.Rendi meminta pelayan tersebut menyampaikan pesan bahwa dia bersedia membayar berapa pun asalkan Jemmy setuju untuk menjual giok tersebut padanya. Meski sudah berkata seperti itu, hasilnya tetap sia-sia. Mereka tetap tidak bisa membeli giok tersebut.Baru saja dia
“Buruan!” ujar Rendi dengan nada sedikit memaksa.Raut wajah Vivian tampak memutih dan dengan cepat mengangguk sambil melangkah menuju lantai atas. Langkah kakinya terasa berat hingga rasanya begitu sulit untuk meneruskan langkah kakinya.Setelah punggung perempuan itu hilang di belokan tangga, Rendi menoleh ke arah Chris dan berkata, “Vivian adalah orang yang paling saya sukai. Biasanya saya nggak akan mengizinkan orang lain memandanginya terlalu lama. Hari ini saya serahkan dia padamu, kamu harus memperlakukan dia dengan baik.”Chris menyandarkan punggungnya di kursi dengan sorot mata yang terlihat mulai berbayang. Terlihat jelas bahwa lelaki itu tengah mabuk. Ujung matanya terlihat tidak peduli dan tenang.“Di Denwill terjadi sedikit masalah, Pak Maxwell memutuskan untuk mempersingkat kedatangannya ke Negara Cendania. Perihal penandatanganan kontrak sudah mulai direncanakan. Selama saya terus mengingatkan hal ini, dia pasti akan segera menyetujuinya.”Rendi bangkit dan menuangkan se
“Iya! Iya!” Orang yang berbicara segera menimpali, “Anak muda punya pemikirannya sendiri. Pikiran kita juga tidak boleh terlalu konservatif. Yang penting mereka gembira saja!”Saskia tersenyum, lalu mengambil tisu untuk menyeka krim di ujung bibir Yana dengan lembut.Lysa berkata, “Reza masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Nanti keluarga kita diskusikan tanggal, kemudian kita adakan bersama saja, lebih ramai juga. Lagi pula, hubungan Reza dan Jason juga cukup bagus.”Kedua mata Saskia langsung berkilauan. Dia berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Oke, nanti biarkan Jason dan Reza ambil keputusan saja!”Lysa mengangguk dengan tersenyum lembut. Dia berpikir seandainya mereka berdua bisa menikah bersama, sepertinya akan lebih cepat lagi. Dia sudah tidak sabaran ingin Sonia memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.…Setelah acara bubar, mobil sudah berhenti di depan untuk mengantar Jemmy dan Aska pulang.Sonia, Reza, Ranty, dan yang lain mengantar kedua senior ke luar gedung.Orang
Nelson mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu sudah mengundurkan diri. Apa karena kamu bertengkar sama Bos Yandi?”Ketika melihat sikap mereka berdua tadi, sepertinya mereka sedang tidak akur.Tasya menunduk, lalu membalas dengan suara pelan, “Nggak ada yang perlu dipertengkarkan. Aku … semua salahku. Aku nggak ingin tambah masalah buat dia. Lagi pula, aku pergi bekerja atau nggak, semuanya juga nggak ada hubungannya sama dia!”Nelson bertanya dengan bingung, “Kesalahan apa yang kamu perbuat?”Tasya tidak berbicara.Nelson tersenyum. “Kalau tidak mau kerja, ya tidak usah. Kamu memang tidak seharusnya ke sana!”“Iya.” Tasya tersenyum menyindir sembari bergumam, “Memang nggak seharusnya aku ke sana!”“Kalau begitu, kamu akan punya waktu yang lebih banyak di akhir pekan. Nanti kita pergi daki gunung bersama atau nonton film di bioskop.” Tersimpan amarah di dalam mata Nelson. Dia menatap Tasya dengan sedikit harapan.Tasya mengangguk dengan tidak fokus. “Oke!”“Kalau begitu, sepakat, ya
Ketika Reza mendengar suara tawa Sonia, dia langsung menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dada lebar Reza bisa membuat Sonia bersandar dengan nyamannya. Dia berkata dengan suara rendah, “Sonia, aku benar-benar sangat beruntung!”“Emm?” Sonia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Reza.Reza menatap Sonia dengan tatapan membara. “Beruntung sekali!”Ujung bibir Sonia melengkung ke atas. “Aku juga merasa seperti itu!”Hati Reza terasa lembut. Dia menunduk untuk mengecup kening Sonia, lalu beralih ke ujung hidung mancung, kemudian berakhir di bibirnya.…Setelah Yandi meninggalkan tempat, dia berjalan ke area parkiran. Dari kejauhan, terlihat dua sosok orang sedang berjalan menghampirinya. Suara yang familier juga terdengar.“Oscar, yang cepat. Kue tarnya sudah meleleh, nih!”Suara Tasya terdengar sedikit manis dan imut.Oscar segera mengikuti langkah Tasya, lalu mengambil kue tar dari tangan Tasya. Suaranya terdengar tidak berdaya dan santai. “Padahal semuanya sudah tersedia di acara, kam
Reza berdiri di kegelapan untuk sejenak. Kemudian, dia baru membalikkan tubuhnya berjalan menuruni tangga.Saat ini, Sonia dan Yandi masih duduk di anak tangga sembari mengobrol sesuatu. Saat mendengar ada suara langkah kaki dari atas, Sonia mengangkat kepalanya melihat ke arah datangnya suara. Terlintas sedikit kelembutan di dalam tatapan dinginnya.Reza melepaskan jaketnya untuk membungkus tubuh Sonia. Dia menatap Yandi, lalu bertanya, “Kenapa tidak minum di dalam?”Yandi berdiri, lalu membalas dengan tersenyum datar, “Tadi aku sudah minum bersama Ranty.” Pada saat ini, Yandi melihat jam tangannya. “Leon masih menungguku di luar. Aku pulang dulu.”Reza mengangguk. “Hati-hati di jalan!”Yandi mengangguk dengan perlahan, kemudian berkata pada Sonia, “Ranty sibuk sekali. Aku tidak masuk untuk pamitan sama dia. Bantu aku sampaikan kepadanya, ya.”“Oke!” balas Sonia.“Ayo!” Yandi tersenyum, lalu meninggalkan tempat.Setelah Yandi pergi, Reza duduk di samping Sonia. Angin malam berembus me
Reza berdiri di lantai atas. Ketika melihat mereka berdua sedang duduk di anak tangga sembari mengobrol, tatapannya kelihatan tajam.Beberapa saat kemudian, Reza berjalan menuruni tangga. Menyusuri lorong panjang yang klasik dan sunyi, Melvin kebetulan berjalan ke arah yang sama. Tujuan mereka berdua adalah Sonia. Ketika saling melihat satu sama lain, mereka serempak berhenti.Di bawah lorong, lentera besi hitam bergaya istana berkelip dengan cahaya dingin yang redup. Di luar sana, kembang api sedang dinyalakan, percikan cahaya yang gemerlap menerangi dan meredupkan wajah tampan keduanya secara bergantian.Sosok Reza sebagian bersembunyi dalam bayangan gelap. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan tajam. Tekanan kuat yang dia pancarkan membuat udara dingin malam ini terasa semakin tipis.Mengenai Melvin, dia tetap menunjukkan gaya santainya. Anting dengan batu berlian hitam menghiasi daun telinganya. Rompi hitam dipadukan dengan kemeja putih. Sementara, kedua tangannya dimasukkan ke da
Kelihatan sekali pria itu sudah mabuk. Dia menindih Sintha, lalu mencium wajah si wanita. Sintha yang mabuk itu juga tidak memiliki tenaga untuk meronta. Dia hanya bisa memejamkan matanya sembari menangis saja.Saat Sonia hendak membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi, tiba-tiba terdengar suara “sret”, gaun Sintha sudah dilepaskan.“So … Sonia!” jerit Sintha dengan menangis terisak-isak. Hanya saja, suara itu sangat kecil. Di tempat yang ramai ini, tidak akan kedengaran sama sekali.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan mendekat. Dia berkata kepada si pria, “Lepaskan dia!”Sintha berusaha untuk melihat ke sisi Sonia dengan tatapan penuh rasa takut. Dia juga sedang mengisyaratkan Sonia untuk memelasnya.Pria itu memiliki perawakan yang sangat tinggi. Dia menatap Sonia dengan galak, lalu membalas dengan nada sinis, “Bukannya pengiring pengantin wanita memang untuk dipermainkan tamu!”Sepertinya pria itu bersikap lancang bukan karena di bawah pengaruh
Sintha segera berkata, “Terserah Tuan Jason mau minum berapa gelas, aku akan temani kamu!”“Hebat sekali?” Jason tertawa, lalu melihat ke sisi Bondan. “Ambil beberapa gelas besar. Tuang alkohol sampai penuh untuk Nona Sintha.”Bondan dan yang lainnya juga tidak takut untuk memperbesar masalah. Mereka segera mengambil tiga gelas kosong yang bisa mengisi dua sampai tiga botol alkohol. Semuanya dituang hingga penuh, lalu disusun di hadapan Sintha.Jason mengangkat-angkat alisnya untuk menatap wanita itu. “Ayo, diminum! Biar aku lihat seberapa tulusnya Nona Sintha!”Sintha tersenyum. “Tuan Jason lagi bercanda, ‘kan?”Bondan langsung berkata, “Tadi Nona Sintha sendiri yang bilang akan temani aku minum berapa gelas pun. Ternyata kamu lagi bercanda?”Selain Reza, suara para pria di ruangan ini terdengar lembut. Senyuman juga merekah di wajah mereka. Jantung Sintha pun berdebar ketika melihatnya. Jadi, Sintha sendiri juga tidak tahu apa yang sedang mereka pikirkan.Sintha menatap Ranty untuk m
Acara resepsi pernikahan sudah dimulai. Matias membawa Ranty untuk bersulang terhadap para tamu. Rose pergi mengangkat telepon. Pengiring pengantin wanita yang lain juga duluan meninggalkan acara lantaran ada urusan. Hanya tersisa Sonia dan Sintha saja di sisi Ranty.Bersulang hanyalah sebuah bentuk formalitas. Terserah Ranty ingin minum atau tidak. Tidak ada juga yang berani memabukkannya. Otomatis Sonia dan yang lain tidak perlu membantu Ranty untuk meminum alkohol.Akhirnya mereka tiba di meja anggota Keluarga Dikara, Sutini ingin mendapatkan hati Keluarga Atmojo. Dia sengaja menunjukkan hubungan “dekatnya” dengan Sonia di hadapan Ranty. Saat kedua mempelai belum tiba, Sutini pun sudah berdiri, lalu menyapa dengan ramah, “Sonia!”Tatapan Ranty tertuju pada anggota Keluarga Dikara. Dia langsung berjalan ke sisi meja tersebut.Matias merangkul pinggang Ranty. Tentu saja dia akan membiarkan Ranty melakukan apa pun!Raut wajah Sonia kelihatan dingin. Dia seolah-olah tidak kedengaran sap
Aura Reza menjadi dingin. Tatapannya terus tertuju pada layar ponsel.Di bagian depan adalah rekaman yang dibuka Rafael sebelumnya. Melvin sedang mengutarakan perasaannya terhadap Sonia dengan nada bercanda.Tidak lama kemudian, Sonia mendorong Melvin. Kemudian, ditemukan Rafael yang digebuki Melvin. Setelah itu, Melvin bertanya kenapa Sonia sendirian.Sonia mendengus dingin. “Kamu nggak usah provokasi hubungan kami. Meskipun Reza nggak sempat kembali ke acara resepsi pernikahan kami, aku tetap akan menjalankannya sendiri!”Melvin berkata dengan nada gusar, “Kamu bukan bodoh, tapi memang sudah korslet!”Sonia mengangkat sedikit dagunya. Nada bicaranya terdengar serius. “Sekarang kamu sudah tahu betapa aku mencintainya, ‘kan?”Rekaman bagian belakang berhenti pada ekspresi wajah Sonia. Terlihat sedikit serius dan juga arogan di atas wajahnya.Saat Sonia mengatakan meski Reza tidak kembali, Sonia tetap akan melangsungkan pernikahannya, ujung bibir Reza spontan melengkung ke atas. Pada sa