Lantai 55 ini setinggi 200 meter. Saat ini tubuh Cella sedang menggantung di udara. Dia merasa takut hingga sekujur tubuhnya gemetar. Dia menjerit dengan keras, “A … Ayah!”Sonia meremas menarik satu sisi tali ikatan goni bagai sedang menggoyang ayunan saja. Sembari menggoyangkannya, dia sembari mendengar suara jerit ketakutan Cella.Cella yang phobia dengan ketinggian itu merasa mual dan juga takut. Dia tidak lagi bersikap arogan seperti sebelumnya, melainkan terus menjerit, “Sonia, apa yang mau kamu lakukan?”“Sonia, lepaskan aku!”“Lepaskan aku!” jerit Cella dengan menangis histeris. Dia sungguh takut tali itu akan putus nantinya.“Apa seru?” Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah indah Sonia. Dia menatap Sonia dengan tatapan dingin. “Apa kamu nggak akan membiarkan Ranty melewati hidupnya dengan gembira? Coba kita lihat bagaimana kemampuanmu! Kalau kamu berani sentuh Ranty, aku akan permainkan kamu sekali lagi. Kita lihat siapa yang bisa bertahan sampai terakhir!”“Ahh! Ahh!” Cell
Pengawal membagi tugas. Dua orang pengawal mengawal Cella untuk turun ke lantai bawah, sedangkan keempat pengawal lainnya menjaga di depan pintu atap. Mereka menatap Sonia dari kejauhan lantaran takut Sonia akan melukai Erwin.Sonia dan Erwin juga sudah mengobrol selama hampir setengah jam.Ketika pengawal melihat Sonia berjalan ke sisi helikopter yang berhenti di samping, mereka segera berlari untuk berjaga di belakang Erwin.Tiba-tiba, Sonia membalikkan tubuh untuk melihat kemari, lalu berkata pada Erwin, “Beri tahu putrimu untuk jangan membuat masalah. Kalau dia berani melukai Ranty, aku pasti akan habisi dia! Kamu bisa mengungkit masalah Pemimpin di hadapanku. Aku yakin kamu pasti sudah menyelidiki latar belakangku. Jadi, jangan curiga dengan kata-kataku!”Erwin berkata dengan serius, “Tenang saja, aku akan menjaganya!”“Bagus kalau begitu!” Usai berbicara, Sonia langsung memasuki helikopter.Sekelompok pengawal menengadah kepala menatap helikopter yang mulai terbang. Suara baling-
Sore harinya, Reza ke lokasi syuting untuk mengunjungi Sonia.Kali ini, Reza tidak menunggu di mobil, melainkan langsung ke lokasi syuting. Dari kejauhan, dapat terlihat seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan berjalan mendekat. Terlihat juga kilauan di dalam tatapannya.Setelah Reza mendekat, Amelia berkata dengan gugup, “Kamu … kamu cari Sonia, ya?”Reza mengangguk. “Teleponnya tidak bisa terhubung. Apa dia lagi di lokasi syuting?”Amelia segera mengangguk. “Ada. Sonia baru saja kembali ke lokasi syuting. Aku antar kamu ke sana.”“Apa dia di halaman depan? Biar aku ke sana sendiri!” Suara Reza terdengar lembut. Dia mengangkat kakinya, lalu pergi mencarinya.Tempat Sonia bekerja berada di sebuah halaman kecil yang disiapkan di samping vila yang disewa oleh kru produksi. Proses syuting sudah memasuki tahap akhir, sehingga halaman itu penuh dengan barang-barang dan terlihat cukup berantakan.Reza mencari cukup lama, hingga akhirnya menemukan Sonia yang sedang tidur di bawah seb
Reza berkata dengan datar, “Jangan cerewet lagi. Aku bahkan malas bertemu denganmu!”Jason mengangkat-angkat pundaknya, lalu menunjukkan ekspresi tidak takut dengan ancaman Reza. “Kamu dan Sonia duduk dulu. Masih ada dua jenis sayuran lagi. Kami akan segera selesai!”Reza tersenyum, kemudian melepaskan jasnya dan duduk di samping. Dia menatap Sonia dan Yana yang sedang makan kue.Ketika melihat ada selai yang menempel di sudut bibir Sonia, Reza mengambil tisu, lalu membungkukkan tubuhnya untuk mengelap bibir Sonia.Yana juga melihatnya. Dia ikut mengambil tisu untuk mengelap mulut Sonia. Tidak lupa Yana bergumam, “Padahal sudah gede!”“Hah?” Sonia terbengong sejenak. Kali ini, dia baru menyadari ternyata Yana mengatakan padahal dirinya sudah dewasa, dia masih saja berlepotan ketika makan. Alhasil, Sonia pun tertawa.“Kamu juga! Apa perlu aku foto untuk perlihatkan kepadamu?” ucap Sonia.Yana mendengus. “Aku masih anak-anak!”Sonia membalas, “Aku hanya lebih besar 260 bulan dari kamu!”
“Sepertinya anggota keluarganya Tiffany ingin membatalkan pernikahan. Mengenai jelasnya, aku juga tidak tahu!” jawab Jason dengan tersenyum tipis, “Mereka berdua pada dasarnya memang tidak ada perasaan. Wajar kalau mereka putus.”Sonia kepikiran dengan Tiffany, dia sungguh merasa disayangkan.Bondan tidak serius dalam masalah asmaranya. Reza dan Jason juga sudah terbiasa dan tidak merasa ada yang aneh. Setelah membahas beberapa saat, mereka pun mengalihkan topik pembicaraan.Selesai makan, Reza dan Jason mengobrol beberapa saat. Sonia menggendong Yana ke balkon untuk bermain bersama.Kelly berjalan mendekat dan bertanya, “Bukannya hari ini Ranty pergi mencoba gaun pengantin? Kenapa kamu nggak kirim fotonya ke aku? Dari tadi aku terus menunggunya!”Sonia tersenyum. “Tadi sempat terjadi sesuatu. Jadi, jadwal coba gaun pengantin terpaksa diundur menjadi tiga hari kemudian. Nanti aku akan kirim kepadamu.”“Kalau Ranty pakai gaun hasil desainmu, dia pasti akan kelihatan sangat cantik,” bala
Reza mengetuk pintu, lalu memasuki ruangan dan bertanya, “Masih belum selesai?”Sonia menoleh dan tersenyum. “Sebentar lagi!”“Apa kamu mau rendaman? Biar aku isi air?” tanya Reza.“Nggak usah. Aku agak capek hari ini. Aku mandi pakai air shower saja!” Sonia menutup laptop, lalu berjalan ke sisi Reza. Dia memeluk Reza, lalu mencium dagu si pria. “Kamu tidur dulu sana. Aku mandi dulu!”Reza mengusap kepala Sonia dengan lembut. “Pergi sana!”Sonia mengambil pakaian tidur dan pergi ke kamar mandi. Air shower membasahi tubuhnya. Rasa sakit yang dirasakan membuat pikiran Sonia semakin jernih saja. Dia membiarkan air membasahi punggungnya. Saat ini, Sonia masih sedang memikirkan masalah di Benua Delta.Dulu saat abangnya menjalankan misi, dia juga pernah kehilangan kontak selama dua sampai tiga bulan. Namun kali ini, bahkan anggotanya sendiri juga tidak mengetahui keberadaannya.Anak buah yang diperintah Sonia untuk mencari abangnya juga masih belum menemukan petunjuk apa pun.Aneh! Semua me
Sonia kelihatan sangat patuh. “Hari ini ada adegan ledakan di lokasi syuting. Aku berdiri terlalu dekat. Jadi, aku pun terkena kepingan kaca. Aku sudah oleskan obat, kok!”Raut wajah si pria kelihatan sangat dingin. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku?”“Aku takut kamu akan marah!”Reza menahan amarah di hatinya. “Sudah luka malah mandi?”Sonia langsung telungkup di atas ranjang, lalu menoleh untuk menatap Reza. Kedua matanya kelihatan sangat lugu. “Jangan perbesar masalah. Coba kamu lihat bekas luka dulu di punggungku. Apa bisa dibandingkan dengan luka sekarang? Tenang saja, aku itu manusia baja.”“Sonia, aku tidak punya suasana hati untuk bercanda!” Kening Reza kelihatan sangat berkerut.Tiba-tiba Sonia menurunkan kelopak matanya. Suaranya juga terdengar suram. “Terakhir kali kamu bersikap seserius ini sepertinya sudah masalah dua tahun lalu. Waktu kamu mengajukan putus.”Reza terdiam membisu. Amarah di hati Reza langsung reda lantaran ucapan Sonia. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu m
Sonia tidak mendengar. Dia mencium dagu Reza dengan lembut, lalu berbisik pelan di samping telinga Reza. Reza pun dapat mendengar suara menggoda itu. “Luka ringan ini nggak mengganggu!”Pikiran Reza seketika menjadi hampa. Dia kehilangan akal sehatnya, langsung menahan belakang kepala Sonia, lalu menciumnya dengan kuat.…Di bawah perawatan Reza selama dua hari, luka Sonia sudah mulai mengering. Pada akhir pekan, Reza membawa Sonia pulang ke rumah. Lysa sudah menunggu dari tadi. Dia menyuruh pelayan untuk membawakan tumpukan barang hadiah Sonia. Semua itu adalah pakaian dan aksesori yang dibeli Lysa untuk Sonia ketika jalan-jalan belakangan waktu ini.Reza yang berada di samping melihat, lalu mengambil sepotong terusan batik. Dia berkata dengan tersenyum, “Ibu, apa kamu yakin pakaian ini buat Sonia?”“Memangnya kenapa?” Lysa menepuk tangan Reza. “Sekarang lagi tren pakai batik. Sonia pasti bakal cantik sekali ketika mengenakannya!”Reza mendengus dingin. “Jangan kira aku tidak tahu. K
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih