Hati Kelly terasa penat. Tidak ada lagi yang ingin dibicarakannya dengan Sandora. Dia hanya berbicara dengan datar saja, “Masalah ini sampai di sini saja. Mohon jelaskan masalah ini dengan Keluarga Wijaya. Jangan pergi mengganggu Derrick lagi. Aku tutup dulu!”Saking kesalnya, Sandora juga langsung mengakhiri panggilan.Kelly menurunkan ponselnya, lalu mengangkat kepala melihat langit malam di luar sana. Bintang di atas langit ditutupi oleh cahaya lampu kota. Bintang tidak kelihatan berkilauan seperti dahulu kala.….Keesokan paginya, begitu Jason sampai ke kantor. Beberapa kepala departemen dipanggil ke dalam dan langsung diomeli. Meski ruangan ditutup dengan pintu kayu yang tebal, tekanan di dalam ruangan masih sangat tinggi. Seluruh lantai 39 diselimuti dengan aura dingin.Tak lama kemudian, mereka pun berjalan keluar ruangan dengan patah semangat. Mereka bahkan tidak berani untuk bernapas terlalu kuat.Telepon di meja Anastasia seketika berdering. Dia spontan merasa gugup, segera m
Kelly tidak mengelak sama sekali. Dia pun bertatapan dengan kedua mata murka si lelaki. Saat ini Kelly sungguh merasa sangat kaget dan tidak berdaya.Dulu Jason paling menyukai sikap imut Kelly. Namun sekarang Jason malah sangat membencinya. Amarah di hatinya semakin berkobar. “Untuk apa melihatku? Jangan pasang wajah lugumu ini, aku jijik melihatnya!”Tatapan Kelly tampak gemetar. Wajahnya juga kelihatan pucat. Dia menunduk, lalu berjongkok untuk memungut selembar demi selembar kertas. Sambil merapikan, Kelly sambil memeriksa. Dengan segera, dia tahu bagian yang tidak lengkap sebelum dokumen pindah tangan ke sisi Anastasia.“Apa yang ada di benak kamu setiap hari? Apa cuma pikir masalah berkencan saja?” Raut wajah Jason tampak tegang. Dia tersenyum menyindir. “Sewaktu berkencan, kamu kelihatan aktif sekali. Apa kamu lupa pernah dicampakkan sekali? Apa kamu ingin kesalahan itu terulang lagi? Kelly, apa kamu berhak untuk berkencan?”Kelly setengah berjongkok sembari menggenggam erat tum
Jason menoleh, lalu melirik Howard dengan dingin. “Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?”Howard mengangkat-angkat pundaknya. “Kata Pak Andreas, dia dimarah sama kamu. Awalnya aku datang untuk melihat bagaimana ekspresi kamu ketika lagi marah?”Ternyata cukup mengerikan!Tadi Kelly bahkan tidak menangis. Howard sungguh salut dengan keberaniannya!Setelah Jason mengisap rokok, dia kembali ke meja kerjanya. Kali ini dia kelihatan lebih tenang. Dia berkata dengan suara datar, “Sudah selesai lihatnya? Sudah boleh pergi!”“Oke, aku akan lanjut bekerja keras demi seseorang!” Howard berdiri dengan tersenyum, lalu memerintah, “Jangan tindas adikku. Kamu lihat sendiri betapa cantiknya dia. Kenapa kamu malah tega untuk memarahinya?”Jason mengiakan dengan datar.Sebelumnya Kelly hampir saja dijual ibunya kepada Derrick. Kemudian, dia malah berkencan dengan Derrick. Kalau Jason tidak memarahinya, bagaimana Kelly bisa sadar dengan sikap bodohnya?Apa Kelly mengira dirinya akan bahagia bersama deng
Howard memalingkan kepala untuk melihat Kelly sekilas. Dia merendahkan nada bicaranya, lalu berkata, “Biasanya cowok memang ada masa-masa seperti ini. Kondisi dia cukup serius!”Kelly tertegun sejenak, lalu tertawa.Howard melipat kedua tangannya, lalu berucap dengan tersenyum, “Baguslah kalau kamu bisa tersenyum. Emosi Pak Jason akan segera reda. Kamu juga tidak usah masukin ke hati.”Kelly mengangguk. “Aku mengerti. Terima kasih, Pak Howard!”“Kebetulan aku kurang asisten kompeten seperti kamu. Gimana kalau aku bicarakan sama Pak Jason biar kamu bekerja sama aku saja? Aku jamin pekerjaanmu akan lebih santai daripada yang sekarang!” ucap Howard dengan tersenyum.Kelly melebarkan kedua matanya. “Apa Pak Howard itu serius?”“Tentu saja, kalau kamu setuju, sekarang aku akan bicarakan masalah ini dengan Pak Jason!” Howard berdiri, lalu menatap Kelly dengan tatapan penuh penantian.Tanpa ragu, Kelly langsung menggeleng. “Terima kasih atas tawaran Pak Howard. Temperamen Pak Jason memang ngg
Kelopak mata Jason berkedut. Tatapannya semakin dalam lagi. Dia berlagak acuh tak acuh. “Apa benar dia berbicara seperti itu?”“Iya, aku cukup kecewa,” balas Howard.Raut muram di wajah Jason mulai memudar. Dia spontan tersenyum. “Kamu ingin rekrut asisten? Aku akan suruh anggotaku untuk mengaturkan yang cantik buat kamu.”“Kamu kira aku sama mesumnya seperti kamu? Aku suka dengan kemampuan kerja Kelly,” ucap Howard dengan serius.“Apa yang kamu sukai dari dia? Dia juga tidak mungkin akan bekerja sama kamu. Aku sarankan lebih baik kamu jauhi dia saja!” peringati Jason dengan serius.“Pak, jangan-jangan kamu suka sama dia?” tanya Howard dengan kaget lantaran dia merasa Jason begitu melindunginya.“Tidak suka.” Jason tidak mengakuinya. “Masalah aku dengan dia lebih rumit daripada yang kami bayangkan. Jadi, jangan ikut campur!”“Oke, tapi apa pun yang terjadi. Berhubung dia sangat setia sama kamu, kamu perlakukan dia dengan baik, jangan selalu omeli dia. Dia itu gadis baik!”“Dia tahu sen
Cuaca hari ini sangatlah panas membuat orang-orang merasa penat.Ada AC di dalam ruangan. Saat mereka sedang syuting latar di luar ruangan, mereka juga terpaksa bersembunyi berteduh di bawah tenda.Asisten meletakkan bongkahan es batu di bawah kipas angin, berharap angin yang dikeluarkan bisa terasa lebih sejuk lagi.Pretty sedang mengipas dengan kesal sembari bertanya pada asistennya, “Apa Sonia punya es batu? Beliin es krim buat dia. Oh ya, kasihkan dua kipas angin kepadanya.”“Aku akan segera ke sana!” balas asisten sembari berjalan keluar.Kebetulan Stella berjalan kemari. Asisten yang berjalan dengan buru-buru hampir saja menabraknya.Stella berkata dengan kesal, “Kenapa buru-buru?”“Pretty suruh aku beliin es krim dan juga kipas angin untuk Sonia,” balas asisten.Terlintas ekspresi iri dan dengki di wajah Stella. Dia berkata dengan berlagak tersenyum, “Sejak hubungan Pretty dan Sonia membaik, sepertinya hanya ada Sonia di mata Pretty. Padahal kalian saja sudah sibuk dalam menjaga
“Siapa kamu?” tanya Pretty dengan mengerutkan keningnya.Stella melihat Welly di hadapannya. Raut wajahnya lebih muram daripada wajah Pretty.“Aku itu adiknya Stella. Dia itu kakakku. Atas dasar apa kamu marahi kakakku? Jangan sampai aku menamparmu!” Welly menunjuk Pretty dengan galak.Kedua mata Pretty terbelalak lebar. “Coba saja kalau kamu berani!”Welly mengangkat tangan hendak memukul wajah Pretty. Namun langkahnya langsung dihalangi oleh Stella. Dia menghalangi Welly sembari berkata pada Pretty, “Kalau begitu, lain kali kita juga nggak usah kerja sama lagi. Aku akan katakan pada Edward. Aku akan mengundurkan diri dan segera meninggalkan lokasi syuting.”Pretty tersenyum dingin. “Pas, dong!”Welly meronta. “Kak, biarkan aku gebuki dia. Aku akan bantu lampiaskan amarahmu!”“Gebuki aku? Silakan! Kalau kamu berani sentuh satu helai rambutku, aku akan renggut nyawa seluruh anggota keluargamu!” ancam Pretty dengan galak.Stella tahu bagaimana kehebatan Pretty di Samuderang. Dia terpaks
Sabtu paginya, Sonia masih belum bangun. Ketika mendengar ada suara di ruang tamu, dia membuka pintu kamar, lalu mengintip keluar.Ternyata ada Reza di luar sana. Dia mengenakan kemeja garis-garis berwarna biru putih. Dia berdiri di dalam dapur sepertinya sedang menghangatkan susu.Sonia menatap cahaya matahari di luar sana. Dia meregangkan tubuhnya, lalu pergi mencuci muka.Setelah mencuci muka, Sonia mengganti pakaian pergi ke ruang makan. Dia berkata dengan tersenyum, “Kenapa kamu nggak bangunin aku buat lari pagi hari ini?”Reza memalingkan kepala melirik Sonia sekilas. Dia berkata dengan tersenyum datar, “Hari ini Sabtu, kamu istirahat saja.”Sonia tersenyum. “Terima kasih.”Si wanita mengenakan kemeja putih longgar dengan rambut tidak disisir rapi. Di bawah pancaran sinar matahari, kelima indera si wanita kelihatan sangat menawan. Reza menatap sekilas, baru memalingkan kepalanya.Sonia menunduk meneguk segelas susu. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Nggak tambah gula?”
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m