Reza menggenggam tangan Sonia, lalu berkata dengan tersenyum tipis, “Kalau dia tidak ada sedikit kekurangan, apa kamu merasa aku pantas untuk bersamanya?”Sonia melebarkan sedikit matanya, kemudian mencubit tangan Reza. Kenapa Reza malah sembarangan bicara di hadapan Tandy?Tandy tersenyum. “Benar apa katamu. Bu Sonia terlalu sempurna. Dia memang perlu ada sedikit kekurangan!” Sambil berbicara, Tandy sambil menggendong anjing kecilnya. “Arman, sapa Bibi Sonia!”“Namanya Arman?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Tandy berkata dengan manja, “Iya, aku yang kasih. Bagus, ‘kan?”Sonia tersenyum lebar. “Bagus, bagus sekali!”Tandy berkata dengan ekspresi risi, “Senyumanmu palsu sekali!”Tanpa menunggu ucapan dari Sonia, Reza pun berkata dengan datar, “Semalam bukannya kamu minta hadiah dari aku? Aku sudah memikirkannya, aku akan suruh Robi untuk beli beberapa set buku latihan. Aku jamin kamu pasti akan puas dengan setiap set buku itu.”Tandy menarik napas dalam-dalam. Dia melihat Sonia yang s
Pada saat ini, Stella tidak sanggup untuk merahasiakannya lagi. Dia tidak bisa mengundang Pretty ke rumah, juga tidak mungkin meminta Pretty untuk membantu Bagas.Stella menggenggam gelas jus di tangannya, lalu berkata dengan suara rendah, “Paman, maafkan aku, aku nggak bisa bantu kamu. Aku … aku sudah mengundurkan diri. Aku bukan desainer busana Pretty lagi.”Suara Stella sangat kecil. Suasana di dalam ruangan seketika menjadi hening. Tidak lagi terdengar suara tawa.Reviana menatap Stella dengan tatapan tidak percaya. “Masalah kapan? Kenapa kamu tidak bicarakan masalah ini sama aku?”Hani yang tidak berbicara dari tadi akhirnya menemukan kesempatan untuk berbicara. Dia mengunyah kacang sembari berkata dengan tersenyum tipis, “Kebetulan sekali, Kak Bagas mau minta bantuan Stella, Stella malah sudah mengundurkan diri.”Raut wajah Bagas seketika menjadi muram. “Stella, jangan-jangan kamu sengaja mengarang alasan karena tidak ingin membantu Paman.”“Bukan, aku benar-benar sudah mengundur
Aminah segera meredakan suasana. “Sudahlah, kita semua satu keluarga. Untuk apa kita saling marah-marahan?”Reviana membalas dengan murka, “Kita harus bicarakan masalah hari ini dengan jelas. Stella telah dipersulit, kenapa dia malah diolok-olok oleh anggota keluarganya sendiri? Hari ini, aku camkan sekali lagi, aku cuma punya satu putri saja, namanya Stella. Hidup matinya Sonia tidak ada hubungannya sama aku. Siapa yang ingin membelanya, ya sudah, kalian adopsi dia saja!”Hati Stella sungguh terasa kalut. Selain merasa terharu, dia juga merasa sedih. Dia bersandar di pundak Reviana. “Ibu!”Cindy segera berkata, “Oke, Bibi Reviana nggak mau Sonia lagi, ‘kan? Kami mau! Kelak dia akan menjadi adik kandungku!”Raut wajah Hani spontan berubah. Dia segera memberi isyarat mata terhadap Cindy.Tidak masalah jika membela Sonia. Hanya saja, kenapa malah melibatkan diri dalam kerepotan ini?Reviana tersenyum dingin. “Oke, kamu segera telepon dia. Sepertinya dia juga sangat mengharapkannya!”“Cuk
“Nggak usah!” tolak Sonia, “Biar aku sendiri saja!”Sekarang Sonia tidak ingin Keluarga Dikara mengetahui hubungannya dengan Keluarga Dikara. Sepertinya Sonia bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui hubungannya dengan Reza. Dia juga tidak berharap kerepotan ini akan melibatkan diri Reza.Reza mengangkat-angkat alisnya. “Kenapa? Apa kamu malu memperkenalkanku kepada anggota keluargamu?”Sonia tersenyum tipis. “Kamu tahu aku nggak bermaksud seperti itu.”“Kalau begitu, ayo pergi bersama!” Sikap Reza sangat tegas. Dia berkata dengan tersenyum, “Kamu tidak ingin bilang ke mereka aku itu suamimu, tapi kamu bisa bilang kalau aku itu … sopirmu.”Sonia langsung tertawa. “Mereka akan kaget.”“Kagetkan mereka saja!” Reza menggandeng tangan Sonia berjalan ke bawah. “Ayo, pergi!”Saat mereka berdua berjalan ke rak sepatu untuk mengganti sepatu, Tandy berjalan menuruni tangga. Dia menatap mereka berdua dengan mengerutkan kening, lalu berkata dengan mendengus dingin, “Kalian mau
Pelayan Kediaman Dikara, Inggrid, menyadari Sonia berjalan ke dalam rumah. Dia pun menyapa dengan nada menyindir, “Lho, Nona Sonia sudah kembali, ya. Sudah lama tidak pulang, aku kira kamu sudah lupa di mana alamat Kediaman Dikara!”Kening Reza tampak berkerut. Tandy duluan memarahinya, “Kamu itu dipekerjakan oleh siapa? Nampak majikan, malah asal menggonggong. Nanti dikira orang kamu kena rabies!”Kedua mata Inggrid terbelalak lebar. “Siapa kamu? Beraninya jerit-jerit di sini!”Sonia mengadang di hadapan Tandy. “Dia tamu undanganku. Kakek panggil aku ke rumah. Kamu beri tahu mereka bahwa aku sudah tiba!”Inggrid melirik Tandy dengan kesal, lalu segera memasuki vila.Sonia menoleh, lalu berkata, “Nggak peduli apa yang mereka katakan, kalian nggak usah marah. Biar aku saja yang hadapi mereka!”Tandy mengerutkan keningnya. “Meskipun kamu bukan tumbuh besar di Kediaman Dikara, kamu itu anggota Keluarga Dikara. Bukankah seharusnya mereka memperlakukanmu dengan lebih baik?”Ujung bibir Soni
Tandy berkata dengan tersenyum tipis, “Kalian ingin bertanya atau memarahinya? Tadi sewaktu aku masuk, aku dengar ada yang lagi memarahi Bu Sonia!”Reza melihat ke sisi Reviana. “Apa kamu ibunya Sonia? Aku tidak pernah mendengar ada seorang ibu akan berbicara dengan putrinya dengan nada yang begitu galak. Kamu sudah membuka wawasanku!”Reviana tampak sangat canggung. Dia ingin menjelaskan, tetapi dia tidak berani mengatakannya.Hendri segera berkata, “Tadi istriku terlalu buru-buru. Kami tidak ada maksud lain.”Reza tersenyum dingin. “Baru saja aku bicara sedikit, Paman Hendri langsung membela istrinya. Saat orang lain merendahkan Sonia, apa Paman Hendri juga akan membela putrimu sendiri?”Raut wajah Hendri menjadi pucat. Semua orang di tempat juga merasa agak syok. Jelas sekali Reza sedang membela Sonia. Sebenarnya apa hubungan mereka berdua?Celine melirik ke sisi Sonia. Hatinya seketika menjadi lara.Sementara itu, Stella semakin iri lagi. Sebelumnya ada Juno, sekarang malah ada Re
Tiba-tiba Tandy berkata, “Kenapa Bu Sonia malah memojokkan putrimu?”Reviana melirik Sonia sekilas. “Tentu saja karena dia cemburu Stella bisa menjadi desainer busana Pretty. Dia ingin merebut popularitas Stella, makanya dia memojokkan Stella.”Tandy melihat Sonia sekilas. “Bu Sonia, aku percaya sama kamu. Kamu jelaskan sama mereka!”Sonia berkata dengan datar, “Stella memang adalah desainer busana pribadi yang direkrut oleh Pretty. Tapi Stella nggak puas dengan semua yang diberikan Pretty kepadanya. Dia diam-diam menjalin hubungan baik dengan Gina di belakang. Setelah hal itu diketahui oleh Pretty, Stella pun dimarahinya. Tentu saja, Stella bisa mengundurkan diri juga karena alasan lain. Semuanya karena seseorang yang bernama We ….”“Kak!” Tetiba Stella memotong omongan Sonia. Dia kelihatan sangat panik, lalu berkata dengan terisak-isak, “Semua ini salahku. Nggak seharusnya aku menjadi desainer pribadi Pretty. Kita lupakan masalah ini. Aku nggak salahin Kak Sonia, kok!”Hani mencember
Semua orang menatap ponsel Sonia dengan syok.Reza sengaja bertanya, “Siapa kamu?”“Aku itu Pretty! Bukan ….” Pretty merasa syok. “Siapa kamu? Kenapa kamu pegang ponsel Sonia?”Reza tidak menjawab, hanya berkata, “Stella itu penata rias pribadi kamu, ‘kan? Sekarang dia sudah dipecat, Keluarga Dikara malah mendorong tanggung jawab ke diri Sonia. Sekarang mereka lagi perhitungan sama Sonia!”“Apa?” Pretty langsung berdiri. Suaranya kedengaran buru-buru dan lantang. “Apa hubungannya sama Sonia? Jelas-jelas Stella yang nggak berkompeten. Gaun hasil buatannya jelek sekali. Dia malah marah karena dimarahi aku, lalu pergi mendekati Gina. Terakhir, Gina juga nggak suka sama dia. Dia pun dipermainkan Gina! Stella sendiri yang nggak sanggup bekerja lagi, makanya dia baru pergi. Kenapa malah salahin Sonia?”Reza tersenyum sinis. “Ternyata begitu!”“Tentu saja. Nggak bisa! Kalian lagi di mana? Aku ingin bantu Sonia untuk gebukin wanita jalang itu. Berani-beraninya fitnah Sonia. Aku nggak akan ampu
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m