Kedua mata Stella terbelalak lebar. “Kamu sudah menghabiskannya? Kamu kalah judi, ‘kan?”Terlintas ekspresi canggung dari wajah Welly. Dia pun tersenyum. “Kakak nggak usah tahu masalah itu. Pokoknya sekarang uangku sudah habis. Aku lihat ada yang menghabiskan uang 200 juta dalam satu malam. Kalau dibandingkan dengan dia, aku sudah tergolong hemat!”Stella merasa Welly sungguh tidak masuk akal. “Kamu kira aku itu apa? Mesin ATM? Sepertinya orang tuamu juga nggak mungkin beri uang sebanyak itu sama kamu!”Welly juga tidak merasa marah. Dia masih saja tersenyum. “Orang tua kita sudah tiada. Sekarang aku hanya punya kamu saja!”“Aku ini bukan anggota keluargamu!” Stella berjalan mundur selangkah. Dia menatap Welly dengan tatapan geram dan juga waspada. “Kamu jauhi aku dulu. Kalau nggak, aku akan lapor polisi!”“Lapor saja! Kamu perbesar masalah saja. Lagi pula, aku juga tahu kamu tinggal di mana. Kalau kamu tidak kasih aku, aku akan cari orang tua asuhmu!” ucap Welly tanpa takut sama sekal
Pintu rumah itu juga sudah diganti dengan sebuah pintu anti maling yang berwarna abu-abu. Terdapat juga sebuah dekorasi bingkai di bagian tengahnya. Rumah kelihatan semakin modern saja.Saking bagusnya, Sonia pun melirik pintu itu sekilas ketika keluar di pagi hari. Saat Sonia pulang di malam harinya, dia berjalan keluar lift, hendak memasuki rumah. Tetiba terdengar suara nyaring dari belakang. “Kakak, kamu sudah pulang kerja, ya?”Sonia segera memalingkan kepalanya, melihat ke belakang. Namun, tidak ada orang di belakang.Saat ini, bingkai di atas pintu digeser, lalu menunjukkan layar sebesar Ipad. Muncul sebuah animasi bola berbulu muncul di atas, lalu menatap Sonia dengan tersenyum. Animasi itu sungguh mirip dengan Totoro yang gendut saja!Sonia merasa bingung. Dia berjalan mendekat. “Apa kamu lagi bicara sama aku?”“Tentu saja! Memangnya ada orang lain di sini?” Animasi di dalam layar tersenyum. “Aku perkenalkan diriku dulu, namaku Hemiko, aku adalah anggota Takuu yang ke-28976. Ke
Sonia sungguh terkejut. Dia menatap Hemiko dengan bingung. “Kenapa kamu bisa tahu?”“Karena mataku memiliki fungsi memindai kondisi tubuhmu.” Hemiko mengorek telinganya.Lagi-lagi Sonia merasa kaget. “Kamu hebat sekali!”“Pergi makan sana. Sampai jumpa! Aku juga ingin mengejar wanita yang kusukai!” Hemiko melambaikan tangannya, lalu menghilang dalam sekejap. Layar monitor seketika menjadi gelap. Kedua mata Sonia terbelalak lebar. Hemiko punya orang yang disukainya? Apa orang itu adalah robot? Robot juga punya perasaan?Sonia merasa sistem kecerdasan buatan sungguh hebat hingga melampaui bayangannya.Kelly kembali menelepon Sonia. Dia mengangkat sembari berjalan menuruni tangga.Keesokan paginya. Saat Sonia keluar rumah, layar di pintu seberang menyala. Hemiko pun keluar. “Selamat pagi, Sonia!”“Selamat pagi!”Semalam setelah kembali dari rumah Kelly, Sonia sempat mengobrol sejenak dengan Hemiko. Sekarang Sonia tidak menganggap Hemiko sebagai sebuah layar maupun robot, dia menganggap
Setelah Sonia mendapatkan misi, dia langsung pergi mencari Pretty.Saat ini, Pretty sedang makan buah-buahan di dalam ruang istirahat. Ketika melihat Sonia ke dalam, dia pun berkata dengan mendengus dingin, “Pak Teddy yang suruh kamu ke sini?”“Kamu itu aktris, kamu bertanggung jawab untuk mengikuti kemauan sutradara. Lagi pula, bukan cuma kamu saja yang akan kehujanan, masih banyak orang yang akan kehujanan bersamamu.” Sonia melihat ke luar. “Hujan juga sudah semakin mengecil. Cepat pergi sana!”“Aku benar-benar benci sama hujan. Nanti pakaianku bakal basah dan menempel di tubuhku. Menjengkelkan sekali!” omel Pretty.Sonia juga tidak berkata lain lagi. Dia hanya melihat Pretty dengan tatapan datar.“Sudahlah, aku akan pergi!” Pretty berdiri, lalu memberi tahu asistennya. “Bantu aku persiapkan pakaianku. Aku akan ganti pakaian setelah selesai syuting.”“Tenang saja!” ucap asisten dengan tersenyum.Pretty berjalan keluar sembari tersenyum pada Sonia. “Jangan marah lagi, ya! Aku akan per
Edward tersenyum sembari mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sakunya, lalu menyodorkannya ke hadapan Stella. Dia berkata dengan suara rendah, "Aku membeli ini saat menemani ibuku belanja kemarin. Ibuku bertanya apa aku sudah punya pacar."Stella membuka kotak itu sambil tersenyum. Di dalamnya ada sebuah gelang berlian GK Jewelry. Dia menutup kotak itu kembali, lalu mengembalikannya kepada Edward dan bertutur, "Ibuku sudah pernah berikan ini padaku. Kamu berikan pada orang lain saja."Edward menatap Stella dengan penuh cinta seraya bertanya, "Selain kamu, memangnya aku bisa berikan pada siapa lagi?"Mendengar ini, Stella mengernyit dan merasa sedikit malu.Edward merasa bersemangat. Dia memberikan gelang itu kepada Stella lagi, lalu berujar, "Pelayan toko sudah bilang kalau gelang ini hanya ada dua di Jembara. Yang satu ada hiasan bintang, yang satu ada hiasan bulan. Ini melambangkan cinta abadi. Kebetulan, kamu punya satunya lagi. Aku juga beli yang ini. Itu artinya kita ditakdirkan
Sesudah mengungkapkan perasaannya, Edward merangkul bahu Stella untuk mencium bibirnya.Stella sontak menolaknya. Namun, begitu memikirkan dirinya masih perlu memanfaatkan Edward, dia menurunkan harga dirinya. Dia memejamkan kedua matanya dan membiarkan Edward menciumnya. Dia telah mengorbankan banyak hal demi melawan Sonia. Semoga Edward tidak mengecewakannya.....Dua hari kemudian, Teddy menerima sebuah panggilan. Orang itu mengundangnya untuk menghadiri pesta pertemuan. Orang-orang yang akan hadir adalah investor drama. Jadi, dia harus datang.Tidak lama usai Teddy mengakhiri panggilan, seorang sutradara yang pernah bekerja sama dengannya menghubunginya. "Teddy, Pak Darius dari Daia Group mengundangku makan malam bersama. Katanya kamu juga hadir. Kebetulan, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."Teddy terkekeh-kekeh, lalu membalas, "Apa itu? Katakan saja.""Aku punya sebuah film dan sedang mempersiapkan syutingnya. Kemungkinan antara kuartal ketiga atau kuartal keempat baru mu
Sonia tiba-tiba teringat bahwa Reza telah membeli hak cipta drama yang disutradarai Teddy. Saat ini, Reza adalah investor utama drama ini. Wajar jika dia berada di acara ini. Hanya saja, Sonia sedikit terkejut karena tiba-tiba bertemu dengannya setelah setengah bulan tidak berjumpa."Sonia, dia Pak Salman yang aku ceritakan tadi," ucap Teddy memperkenalkan.Sonia segera menenangkan diri dan menyapa Salman.Salman berusia 40-an tahun. Tubuhnya kurus. Dia menatap Sonia sambil terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Aku sudah lama mendengar tentangmu. Semoga kita punya kesempatan untuk kerja sama."Sonia tersenyum tipis sembari menyahut, "Salam kenal.""Silakan duduk. Sonia, kamu nggak perlu canggung," tutur Salman.Sonia dan Teddy duduk di kursi kosong. Satu meja ini bisa menampung 30 orang. Reza duduk di kursi utama. Sonia duduk berhadapan dengannya. Wanita ini melihat ke sekeliling. Di ruangan ini kira-kira ada 20 orang. Selain Teddy dan Salman, yang lainnya adalah investor. Mereka semua mengen
Sonia tetap bergeming setelah Darius memamerkan barang-barangnya sehingga Darius mulai panik. Darius memberi isyarat kepada beberapa orang di samping. Salah satu pria menghampiri Sonia dan bersulang kepadanya sembari berucap, "Nona Sonia pasti sangat lelah di lokasi syuting. Aku mau bersulang denganmu karena kamu sudah berkontribusi untuk keberhasilan proses syuting!"Teddy memperkenalkan kepada Sonia, "Ini Pak Raihan dari Perusahaan Faradai."Sonia tahu Raihan adalah investor, jadi dia pun berdiri dan bersulang dengan Raihan. Kemudian, ada empat orang lagi yang menghampiri Sonia. Mereka semua adalah investor dan terus memuji Sonia, seolah-olah syuting tidak bisa dilanjutkan lagi jika tidak ada Sonia.Ketika ada orang yang menghampiri Sonia lagi, Darius langsung menghalangi orang tersebut. Dia berusaha melindungi Sonia, "Nona Sonia masih muda, dia nggak kuat minum. Biar aku saja yang minum."Semua orang pun berkomentar setelah melihat sikap Darius."Hari ini Pak Darius begitu perhatian
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang