âEmm âĶ.â Jason tersenyum lembut. âKamu boleh mencobanya!âYana memiringkan kepalanya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Saat Kelly kembali dari mengambil sesuatu, tampak Jason dan Yana sedang duduk bersama sembari mengobrol. Suasana terasa sangat harmonis. Hanya saja, perasaan Kelly malah terasa agak rumit.Seandainya Jason tahu Yana adalah anaknya, bisa jadi dia akan merasa gembira! Hanya saja, Kelly tidak ingin kehilangan Yana. Jadi, dia hanya bisa memendam rahasia di hatinya, tidak mengatakannya!Kelly memasak sup, lalu memasak empat jenis makanan. Ini adalah pertama kalinya mereka bertiga makan bersama. Jason dan Yana kelihatan biasa-biasa saja, tetapi Kelly tidak bisa bersikap biasa-biasa saja.Untung saja selama makan, Jason terus menjaga Yana. Jadi, dia tidak memiliki waktu untuk meladeni Kelly. Makanan pun bisa dilahap Kelly dengan tenang.Selesai makan, Kelly kembali ke meja kerjanya. Sementara, Jason membawa Yana untuk bermain di ruangannya.Sewaktu pukul tiga sore hari,
Tatapan sinis Jason diarahkan ke sisi Kelly. Dia pun bertanya, âApa yang kamu takutkan?âKelly segera membalas, âAku bukan takut. Hanya saja, nggak bagus untuk membawa anak di saat kerja.âJason masih melirik raut wajah Kelly. Dia juga tidak berkata lain, langsung berpamitan dengan Yana. âSampai jumpa! Kamu mesti merindukanku, ya!ââPaman juga mesti merindukan aku dan Ibu, ya!â Yana melambaikan tangan kecilnya.Kelly tidak berani tinggal lama di mobil lagi. Dia segera menggendong Yana untuk menuruni mobil. Setelah mobil Jason melaju pergi, mereka berdua baru memasuki gedung.Kepergian Jason membuat Kelly merasa sangat lega. Raut wajahnya juga tidak setegang sebelumnya lagi. Dia menggendong Yana, lalu berkata dengan tersenyum, âPaman Jason itu bosnya ibu. Kamu nggak boleh kasih tahu semuanya ke dia, apalagi terlalu menempel sama dia. Nanti kamu akan dibenci!âYana melebarkan mata jernihnya. âTapi Paman itu temanku!âKelly membalas dengan tidak berdaya, âMeskipun kalian itu teman, kalian
Yana merangkak untuk duduk di atas paha Kelly, lalu merangkul leher sang ibu. Dia bertanya dengan nada khawatir, âIbu, Nenek juga galakin kamu, ya?âKelly memeluk putrinya. âTenang saja, Ibu nggak takut!ââIbu, kelak kita nggak usah ke rumah Nenek lagi, ya.â Yana dapat merasakan kesedihan di hati Kelly. Kelly terisak-isak sembari mengangguk dengan perlahan. âOke!âTiba-tiba pintu rumah dibuka. Sonia masuk dengan menenteng dua kantong belanjaan. Ketika melihat kedua orang sedang berpelukan, Sonia pun bertanya, âAda apa?ââBibi!â Yana memalingkan kepalanya. âNenek galakin Ibu!âSonia melihat Kelly dengan kaget. Dia berjalan kemari, duduk di samping mereka, lalu bertanya, âHari ini kamu pulang ke rumah Kak Kenzo?ââEmm!â Kelly mengangguk, lalu menceritakan apa yang terjadi hari ini.âBagaimana perasaanmu terhadap Derrick?â tanya Sonia.âNggak ada perasaan apa-apa. Kamu sendiri tahu kondisiku. Aku nggak mungkin akan berpacaran, apalagi menikah.ââKita jangan pikirkan masalah ayahmu dulu.
âRanty akan segera tiba!â balas Sonia, lalu memalingkan kepalanya bertanya pada Yana, âBibi Ranty akan segera kemari. Katanya dia bawa hadiah buat kamu. Apa kamu gembira?âYana segera berlari ke sisi pintu. âBibi Ranty!ââMasih belum!â Kelly tersenyum dengan tidak berdaya.Setengah jam kemudian, Ranty datang dengan menenteng banyak kantongan. Begitu memasuki rumah, dia langsung menjerit, âDi mana Yana? Yana kesayanganku!âYana berlari dari dalam dapur. âBibi Ranty!âRanty meletakkan barang bawaannya, lalu menggendong Yana. âSayangku, Bibi kangen banget sama kamu!âYana sungguh gembira saat ini.Sonia menyajikan makanan ke atas meja. âKamu cuci tangan dulu. Kita akan segera makan!ââAku beri hadiah ke Yana dulu!â Ranty mencuci tangan, lalu mengeluarkan hadiah kepada Yana.Ada boneka, kotak musik, dan berbagai terusan indah âĶ.âAda satu mainan lagi, tapi ukurannya agak gede, jadi aku suruh kurir untuk mengantarnya ke rumah. Seharusnya paket akan diterima dalam dua hari ini.â Ranty tersen
Kali ini Ranty sungguh gembira lantaran berhasil mendapatkan klien besar di Kota Kibau. Sonia dan Kelly juga ikut gembira ketika mendengar kabar ini. Mereka bertiga minum bersama sembari mengobrol santai. Suasana terasa sangat hangat.Yana juga sedang makan dengan patuhnya. Terkadang dia juga ikut tertawa ketika mendengar ucapan mereka.Langit semakin gelap. Mereka memindahkan âmarkasâ dari ruang makan ke ruang tamu. Ranty lanjut minum alkohol, Sonia makan es krim, kemudian Kelly makan keripik kentang.Mereka masih sedang mengobrol. Sepertinya ada banyak topik yang bisa dibicarakan mereka.Saat ini, Yana sudah tidak bisa menahan kantuknya lagi. Dia tertidur dengan bersandar di dalam pelukan Kelly. Namun ketiga orang dewasa masih saja tidak ingin tidur, terus melanjutkan obrolan mereka hingga larut malam.Ranty minum banyak malam ini. Dia pun terpaksa menginap di rumah Kelly. Sonia memapah Ranty ke kamar tamu, lalu kembali ke rumahnya.Saat Sonia masuk ke rumah, dia langsung duduk di so
âSebenarnya apa yang sudah terjadi?â tanya Jason dengan penasaran.Reza meletakkan ponselnya, lalu menuangkan alkohol untuk dirinya sendiri. Dia tidak lagi bersuara.Gambaran Sonia bersama Melvin malam itu sudah membangkitkan amarah di hati Reza!âKamu tidak telepon Sonia balik?â Jason mendorong ponsel ke sisi Reza.Reza hanya melirik ponselnya sekilas, tetapi dia tidak bergerak.âDia telepon malam-malam. Gimana kalau ada apa-apa sama dia?â ucap Jason dengan perlahan.Tatapan Reza menjadi serius. Tanpa ragu sama sekali, dia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Sonia kembali.âMaaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Sorry âĶ.âKening Reza spontan berkerut. Dia menelepon sekali lagi, tetapi ponsel masih dalam keadaan tidak aktif.Raut wajah Reza seketika menjadi muram. Dia spontan berdiri, lalu meninggalkan ruangan dengan langkah buru-buru.âJangan buru-buru!â Jason menatap bayangan punggung si lelaki, lalu menambahkan, âBisa jadi Sonia sudah memblokir nomormu!âTetiba tubu
Sonia duluan membalas panggilan Ranty. Saat ini Ranty sedang mengendarai mobil. Begitu panggilan terhubung, Ranty langsung bertanya, âTidur juga tutup ponsel, ya?ââPonselku kehabisan baterai. Ada apa?â tanya Sonia.Ranty berkata dengan tersenyum, âNggak kenapa-napa. Matias akan dinas ke Wranchis. Dia suruh aku ikut dia ke sana. Sekarang aku lagi di perjalanan ke bandara. Aku cuma mau kabari kamu saja.âSonia tersenyum tipis. âSelamat menikmati!ââEmm!â Ranty membalas dengan tersenyum, âSetelah aku kembali, kita minum lagi, ya!ââOke!â Setelah panggilan diakhiri, Sonia pun menghubungi Kelly. Kelly hanya ingin memberitahunya masalah Ranty, lalu memberitahunya dia akan membawa Yana ke taman bermain. Sarapan sudah disiapkan.Setelah menelepon Kelly, Sonia pun sudah berjalan keluar lift. Mobil Keluarga Herdian juga sudah tiba di luar sana.Sonia memasuki mobil. Jari tangannya berhenti di atas nama Reza. Saat dia sedang ragu untuk menelepon Reza atau tidak, tetiba dia menerima panggilan da
Welly mengejar Sonia, lalu berkata dengan tersenyum, âSonia, kamu tenang saja. Kelak aku tidak akan dekat-dekat lagi sama kamu. Aku datang cuma untuk berterima kasih kepadamu. Kamu sudah membantuku untuk menemukan kakak kandungku.âSaat ini Welly sudah tidak berpakaian lusuh seperti sebelumnya. Dia bagai sudah berubah saja. Dia telah memotong rambutnya menjadi gaya yang lebih modern, lalu mengenakan pakaian bermerek. Hanya saja, gaya premannya masih belum berubah.Langkah kaki Sonia seketika berhenti. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan datar, âKalau kamu sudah menemukan kakak kandungmu, kamu mesti menghargainya. Jangan sampai kamu kehilangan kakakmu!âWelly berpikir sejenak, lalu mengangguk. âTentu saja! Aku hanya punya kakakku saja. Kami tidak akan berpisah lagi.ââEmm!â Sonia mengangguk. âBagus sekali!âWelly tersenyum menyeringai. âKakakku sudah mau sampai. Aku pergi cari dia dulu.âSeusai berbicara, Welly langsung berjalan pergi.Sonia pun tersenyum, lalu mulai menyibuk
Hallie menggeleng. âKetika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!âAska menatap Hallie dengan ramah. âAnak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.ââIbuku?â tanya Hallie dengan penasaran.âIya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!â Suara Aska terdengar terisak-isak. âSelama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!âMata Hallie memerah. âAku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!âSaat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.âPak Guru!â Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
âEmm, aku tidur siang!â Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, âBagaimana dengan pertemuan tadi siang?âTheresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, âSepertinya nggak begitu cocok.âMorgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.âNggak cocok?â Ranty merasa agak kecewa. âKenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?âTheresia berkata dengan nada bercanda, âKami saling nggak suka.ââJadi, kalian nggak nonton opera?ââNggak!ââKakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, âHanya ada daun teh, coba dicicipi.ââOke, tidak masalah!â Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?âEmm!âTheresia mengangguk. âSetelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.âMorgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, âApa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?ââIya!â Morgan mengangguk. âSementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.âTheresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, âAku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. âAku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.ââEmm!â Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. âTuan Morgan!âWanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. âCuaca sudah cerah?ââIya, sudah cerah!â Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. âApa suasana hatimu sudah membaik?âSonia meregangkan tubuhnya. âSuasana hatiku selalu baik!âKemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. âApa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?ââKamu pergi bersamaku!â Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.âNggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.â Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. âSekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.ââKalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!ââOke!âReza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. âJadi, jangan harap untuk meninggalkanku!âSonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. âAku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!âSuara Reza terdengar serak. âSayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?ââPeduli!ââSekarang aku sangat panik!âSonia memeluknya. âAku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?ââTapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!â Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.âSonia!â Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. âKematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.âSonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.âAku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, âKamu mau muntahin ke dalam air lagi?âTangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, âAku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.ââAku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?ââSelain m