Yana merangkak untuk duduk di atas paha Kelly, lalu merangkul leher sang ibu. Dia bertanya dengan nada khawatir, “Ibu, Nenek juga galakin kamu, ya?”Kelly memeluk putrinya. “Tenang saja, Ibu nggak takut!”“Ibu, kelak kita nggak usah ke rumah Nenek lagi, ya.” Yana dapat merasakan kesedihan di hati Kelly. Kelly terisak-isak sembari mengangguk dengan perlahan. “Oke!”Tiba-tiba pintu rumah dibuka. Sonia masuk dengan menenteng dua kantong belanjaan. Ketika melihat kedua orang sedang berpelukan, Sonia pun bertanya, “Ada apa?”“Bibi!” Yana memalingkan kepalanya. “Nenek galakin Ibu!”Sonia melihat Kelly dengan kaget. Dia berjalan kemari, duduk di samping mereka, lalu bertanya, “Hari ini kamu pulang ke rumah Kak Kenzo?”“Emm!” Kelly mengangguk, lalu menceritakan apa yang terjadi hari ini.“Bagaimana perasaanmu terhadap Derrick?” tanya Sonia.“Nggak ada perasaan apa-apa. Kamu sendiri tahu kondisiku. Aku nggak mungkin akan berpacaran, apalagi menikah.”“Kita jangan pikirkan masalah ayahmu dulu.
“Ranty akan segera tiba!” balas Sonia, lalu memalingkan kepalanya bertanya pada Yana, “Bibi Ranty akan segera kemari. Katanya dia bawa hadiah buat kamu. Apa kamu gembira?”Yana segera berlari ke sisi pintu. “Bibi Ranty!”“Masih belum!” Kelly tersenyum dengan tidak berdaya.Setengah jam kemudian, Ranty datang dengan menenteng banyak kantongan. Begitu memasuki rumah, dia langsung menjerit, “Di mana Yana? Yana kesayanganku!”Yana berlari dari dalam dapur. “Bibi Ranty!”Ranty meletakkan barang bawaannya, lalu menggendong Yana. “Sayangku, Bibi kangen banget sama kamu!”Yana sungguh gembira saat ini.Sonia menyajikan makanan ke atas meja. “Kamu cuci tangan dulu. Kita akan segera makan!”“Aku beri hadiah ke Yana dulu!” Ranty mencuci tangan, lalu mengeluarkan hadiah kepada Yana.Ada boneka, kotak musik, dan berbagai terusan indah ….“Ada satu mainan lagi, tapi ukurannya agak gede, jadi aku suruh kurir untuk mengantarnya ke rumah. Seharusnya paket akan diterima dalam dua hari ini.” Ranty tersen
Kali ini Ranty sungguh gembira lantaran berhasil mendapatkan klien besar di Kota Kibau. Sonia dan Kelly juga ikut gembira ketika mendengar kabar ini. Mereka bertiga minum bersama sembari mengobrol santai. Suasana terasa sangat hangat.Yana juga sedang makan dengan patuhnya. Terkadang dia juga ikut tertawa ketika mendengar ucapan mereka.Langit semakin gelap. Mereka memindahkan “markas” dari ruang makan ke ruang tamu. Ranty lanjut minum alkohol, Sonia makan es krim, kemudian Kelly makan keripik kentang.Mereka masih sedang mengobrol. Sepertinya ada banyak topik yang bisa dibicarakan mereka.Saat ini, Yana sudah tidak bisa menahan kantuknya lagi. Dia tertidur dengan bersandar di dalam pelukan Kelly. Namun ketiga orang dewasa masih saja tidak ingin tidur, terus melanjutkan obrolan mereka hingga larut malam.Ranty minum banyak malam ini. Dia pun terpaksa menginap di rumah Kelly. Sonia memapah Ranty ke kamar tamu, lalu kembali ke rumahnya.Saat Sonia masuk ke rumah, dia langsung duduk di so
“Sebenarnya apa yang sudah terjadi?” tanya Jason dengan penasaran.Reza meletakkan ponselnya, lalu menuangkan alkohol untuk dirinya sendiri. Dia tidak lagi bersuara.Gambaran Sonia bersama Melvin malam itu sudah membangkitkan amarah di hati Reza!“Kamu tidak telepon Sonia balik?” Jason mendorong ponsel ke sisi Reza.Reza hanya melirik ponselnya sekilas, tetapi dia tidak bergerak.“Dia telepon malam-malam. Gimana kalau ada apa-apa sama dia?” ucap Jason dengan perlahan.Tatapan Reza menjadi serius. Tanpa ragu sama sekali, dia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Sonia kembali.“Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Sorry ….”Kening Reza spontan berkerut. Dia menelepon sekali lagi, tetapi ponsel masih dalam keadaan tidak aktif.Raut wajah Reza seketika menjadi muram. Dia spontan berdiri, lalu meninggalkan ruangan dengan langkah buru-buru.“Jangan buru-buru!” Jason menatap bayangan punggung si lelaki, lalu menambahkan, “Bisa jadi Sonia sudah memblokir nomormu!”Tetiba tubu
Sonia duluan membalas panggilan Ranty. Saat ini Ranty sedang mengendarai mobil. Begitu panggilan terhubung, Ranty langsung bertanya, “Tidur juga tutup ponsel, ya?”“Ponselku kehabisan baterai. Ada apa?” tanya Sonia.Ranty berkata dengan tersenyum, “Nggak kenapa-napa. Matias akan dinas ke Wranchis. Dia suruh aku ikut dia ke sana. Sekarang aku lagi di perjalanan ke bandara. Aku cuma mau kabari kamu saja.”Sonia tersenyum tipis. “Selamat menikmati!”“Emm!” Ranty membalas dengan tersenyum, “Setelah aku kembali, kita minum lagi, ya!”“Oke!” Setelah panggilan diakhiri, Sonia pun menghubungi Kelly. Kelly hanya ingin memberitahunya masalah Ranty, lalu memberitahunya dia akan membawa Yana ke taman bermain. Sarapan sudah disiapkan.Setelah menelepon Kelly, Sonia pun sudah berjalan keluar lift. Mobil Keluarga Herdian juga sudah tiba di luar sana.Sonia memasuki mobil. Jari tangannya berhenti di atas nama Reza. Saat dia sedang ragu untuk menelepon Reza atau tidak, tetiba dia menerima panggilan da
Welly mengejar Sonia, lalu berkata dengan tersenyum, “Sonia, kamu tenang saja. Kelak aku tidak akan dekat-dekat lagi sama kamu. Aku datang cuma untuk berterima kasih kepadamu. Kamu sudah membantuku untuk menemukan kakak kandungku.”Saat ini Welly sudah tidak berpakaian lusuh seperti sebelumnya. Dia bagai sudah berubah saja. Dia telah memotong rambutnya menjadi gaya yang lebih modern, lalu mengenakan pakaian bermerek. Hanya saja, gaya premannya masih belum berubah.Langkah kaki Sonia seketika berhenti. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan datar, “Kalau kamu sudah menemukan kakak kandungmu, kamu mesti menghargainya. Jangan sampai kamu kehilangan kakakmu!”Welly berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Tentu saja! Aku hanya punya kakakku saja. Kami tidak akan berpisah lagi.”“Emm!” Sonia mengangguk. “Bagus sekali!”Welly tersenyum menyeringai. “Kakakku sudah mau sampai. Aku pergi cari dia dulu.”Seusai berbicara, Welly langsung berjalan pergi.Sonia pun tersenyum, lalu mulai menyibuk
Kedua mata Stella terbelalak lebar. “Kamu sudah menghabiskannya? Kamu kalah judi, ‘kan?”Terlintas ekspresi canggung dari wajah Welly. Dia pun tersenyum. “Kakak nggak usah tahu masalah itu. Pokoknya sekarang uangku sudah habis. Aku lihat ada yang menghabiskan uang 200 juta dalam satu malam. Kalau dibandingkan dengan dia, aku sudah tergolong hemat!”Stella merasa Welly sungguh tidak masuk akal. “Kamu kira aku itu apa? Mesin ATM? Sepertinya orang tuamu juga nggak mungkin beri uang sebanyak itu sama kamu!”Welly juga tidak merasa marah. Dia masih saja tersenyum. “Orang tua kita sudah tiada. Sekarang aku hanya punya kamu saja!”“Aku ini bukan anggota keluargamu!” Stella berjalan mundur selangkah. Dia menatap Welly dengan tatapan geram dan juga waspada. “Kamu jauhi aku dulu. Kalau nggak, aku akan lapor polisi!”“Lapor saja! Kamu perbesar masalah saja. Lagi pula, aku juga tahu kamu tinggal di mana. Kalau kamu tidak kasih aku, aku akan cari orang tua asuhmu!” ucap Welly tanpa takut sama sekal
Pintu rumah itu juga sudah diganti dengan sebuah pintu anti maling yang berwarna abu-abu. Terdapat juga sebuah dekorasi bingkai di bagian tengahnya. Rumah kelihatan semakin modern saja.Saking bagusnya, Sonia pun melirik pintu itu sekilas ketika keluar di pagi hari. Saat Sonia pulang di malam harinya, dia berjalan keluar lift, hendak memasuki rumah. Tetiba terdengar suara nyaring dari belakang. “Kakak, kamu sudah pulang kerja, ya?”Sonia segera memalingkan kepalanya, melihat ke belakang. Namun, tidak ada orang di belakang.Saat ini, bingkai di atas pintu digeser, lalu menunjukkan layar sebesar Ipad. Muncul sebuah animasi bola berbulu muncul di atas, lalu menatap Sonia dengan tersenyum. Animasi itu sungguh mirip dengan Totoro yang gendut saja!Sonia merasa bingung. Dia berjalan mendekat. “Apa kamu lagi bicara sama aku?”“Tentu saja! Memangnya ada orang lain di sini?” Animasi di dalam layar tersenyum. “Aku perkenalkan diriku dulu, namaku Hemiko, aku adalah anggota Takuu yang ke-28976. Ke
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang