Sonia menunduk. Sonia memang pantas untuk dimarahi. Kenapa dia tidak menjauhi Reza?Ranty juga tidak tega memarahi Sonia lagi. “Setelah masalah ini selesai, kamu segera tinggalkan Jembara saja. Kamu ikut Melvin saja. Kelak jangan bertemu dengan Reza lagi!”Kening Sonia dikerutkan. “Nggak bisa sekarang, setidaknya aku harus mengurus perceraianku dulu. Kalau nggak, nanti Melvin digugat telah melarikan istri orang.”Tetiba Ranty tersenyum. “Kamu masih bisa bercanda.”Sonia membalas dengan serius, “Aku nggak lagi bercanda!”“Kamu dan Reza sudah pisah rumah lebih dari dua tahun. Kamu sudah bisa mengajukan cerai.”Tatapan Sonia tampak dingin. “Menurutmu, apa Reza akan setuju?”“Apa lagi yang ingin dia lakukan?”“Sepertinya ….” Sonia melihat ke luar jendela, lalu berkata dengan datar, “Dia masih nggak berencana untuk menyerah!”Pada akhirnya, Ranty tidak sanggup mengalahkan Sonia. Dia pun mengantar Sonia ke vila di Jalan Yurim.Sebelum ke vila, Ranty pergi membelikan beberapa bahan makanan di
Reporter juga merasa iba dengan apa yang menimpa Thalia. “Nona Thalia, kamu orangnya baik sekali! Sonia bukan hanya iri dengan penampilanmu saja, dia juga iri karena kamu memiliki kekasih. Dia pasti sudah merencanakan semua ini sejak dulu.”Pundak Thalia gemetar. Dia tak berhenti menangis seolah-olah telah menerima pukulan besar saja.Reporter tak berhenti bertanya, “Apa Pak Reza pernah menjelaskan mengenai hubungannya dengan Sonia? Apa yang telah dikatakannya?”Thalia menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha menunjukkan senyuman paksanya. “Pak Reza sudah mengakui kesalahannya. Aku percaya ada salah paham di antara kami. Aku memilih untuk memercayainya!”“Apa kamu bisa beri tahu kami, apa yang telah dijelaskan Pak Reza?”Suara Thalia terdengar lembut. “Maaf, masalah ini adalah masalah pribadi aku dengan Pak Reza. Aku harap kalian bisa beri kamu sedikit ruang!”Reporter kembali bertanya, “Apa benar Sonia memiliki hubungan tidak jelas dengan wakil sutradara dan kru di lokasi syuting?”Ke
Reviana tersenyum sinis. “Namanya juga bukan anak baik-baik, ya jadinya seperti itu!”Hendri berdeham. “Jangan lupa dia itu anak kita.”“Sonia itu memang anak yang kita lahirkan, tapi kita tidak membesarkannya!” sindir Reviana, “Dia tumbuh di lingkungan yang buruk, wajar kalau dia jadi seperti ini! Tidak masalah kalau dia tidak tahu diri, yang penting jangan buat malu nama keluarga kita!”Saat Hendri hendak bersuara, tetiba Stellah berjalan menuruni tangga.Stella mengenakan pakaian tidur yang sangat imut dengan memeluk boneka kucing di tangannya. Dia kelihatan sangat gembira. “Ayah, Ibu, apa yang lagi kalian katakan?”Reviana tidak ingin mengungkit masalah Sonia, dia pun tidak menjawab, melainkan menarik tangan Stella. “Gimana kondisi studio?”“Aku memang ingin bahas masalah ini sama kalian!” Stella merangkul lengan Reviana dengan mesranya. “Aku dan anggota timku ingin mengikuti pertunjukan fesyen yang sangat terkenal di luar negeri, tapi persyaratannya tinggi sekali. Jadi, kami butuh
Sonia menonaktifkan ponselnya. Dia menggunakan ponsel yang lain untuk berhubungan dengan orang lain.Saat ini Sonia sedang memfokuskan dirinya untuk berkreasi. Dia sama sekali tidak peduli dengan berita yang sedang heboh di luar sana. Dia juga jarang melihat ponselnya.Hanya saja saat Ranty meneleponnya, dia pun baru mengetahui apa yang telah dikatakan Thalia. Sementara itu, hingga saat ini, Reza masih belum melakukan klarifikasi apa pun.Sonia merasa sangat tenang. Dia sering mengurung diri di dalam ruang baca. Terkadang dia kepikiran untuk memasak sendiri. Meskipun dia masih tidak jago dalam memasak dan rasanya tidaklah enak, dia tetap memaksa dirinya untuk menghabisi semua makanannya. Sebab pantangan terbesar dalam hidup Sonia adalah menyia-nyiakan makanan!Setiap harinya, Juno, Dania, dan Yandi akan melakukan panggilan video dengan Sonia. Menyadari kondisi Sonia baik-baik saja, mereka pun merasa tenang.Saat penggemar Thalia memaki dengan galak, Juno ingin sekali mengekspos identit
Sonia langsung berdiri. “Jangan dibuang!”“Tidak dibuang, hanya ditambah sedikit bumbu saja,” balas Reza. Dia memasukkan sisa mi Sonia dan dirinya ke dalam panci.Sonia berkata dengan sinis, “Pak Reza, apa kamu merasa higienis?”Reza memalingkan kepalanya menunjukkan senyuman di wajahnya. “Saat kita ciuman, aku juga sudah sering menelan air liurmu. Sekarang kamu malah membahas masalah higienis?”Amarah di hati Sonia mulai bergejolak. Hatinya terasa penat. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.Reza membuka kulkas, lalu mengeluarkan sayuran, mencucinya, baru memasukkannya ke dalam panci. Dia menaruh sedikit merica, kecap, kemudian menggoreng telur mata sapi.Setelah mendidih, Reza menuangkan mi ke dua mangkuk. Satu untuk Sonia dan satunya lagi untuknya.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia kepikiran dengan ucapan Darren untuk pantang menyerah. Dia pun berlagak tidak terjadi apa-apa dan melanjutkan makannya.Telur di dalam mangkuk Sonia adalah telur yang digoreng oleh Reza. Kuning telur
Sonia tidak ingin berbicara panjang lebar dengannya lagi. Dia berdiri, lalu berjalan kembali ke ruang baca sembari mengeluarkan suara datarnya, “Nanti tolong tutup pintunya. Aku harap kamu nggak kemari lagi!”Reza menatap bayangan punggung Sonia. Tatapannya terlihat sangat muram.Beberapa saat kemudian, Reza menunduk lanjut menyantap mi yang sudah dingin itu. Mi yang gosong ditambah telah dingin membuat Reza kesulitan untuk menelannya. Namun, Reza memaksa dirinya untuk menyantap mi tersebut.Seusai makan, ponsel yang diletakkan Sonia di atas meja makan berdering. Dia lupa untuk mengambil ponselnya. Reza melirik layar ponsel sekilas, lalu mengangkatnya.“Sayang, sudah makan siang belum?” tanya Ranty.Kening Reza spontan berkerut. “Ranty, lain kali jangan biarkan dia masak sendiri. Apa kamu tidak tahu dia tidak berbakat dalam memasak? Apa kamu ingin dia mati keracunan?”Ranty merasa syok. Seketika amarahnya pun meluap. “Reza, kenapa kamu bisa ada di rumah Sonia?”Reza menjauhkan ponsel d
Sonia tidak berbicara lagi. Dia mengambil ponselnya, lalu berjalan kembali ke ruang bacanya.Reza membawa dua mangkuk ke dapur, lalu memasukkannya ke dalam mesin pencuci piring. Setelah itu, dia membersihkan dapur.Setelah mangkuk selesai dicuci, Reza menyusunnya ke rak. Dia duduk sejenak di ruang tamu, lalu berjalan ke ruang baca.Reza mengetuk pintu dengan perlahan. “Aku pergi dulu. Kamu tenang saja. Semuanya akan diatasi dalam dua hari ini!”Sonia duduk di depan meja kerja. Saat mendengar suara dari luar pintu, dia pun tidak merespons.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mulai menjauh. Ruangan menjadi hening dalam seketika.Sonia meletakkan pena di tangan, lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dia merasa sekujur tubuhnya telah kehilangan tenaga.…Keesokan harinya, GK melakukan pengumuman untuk memutuskan kerja sama dengan Thalia secara sepihak. Mulai hari ini, Thalia bukan lagi duta merek GK. Mereka juga tidak akan bekerja sama untuk selamanya.Bukan hanya Thalia
Reza mengenakan pakaian formal itu kelihatan sangat berwibawa. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi reporter, lalu berkata dengan datar, “Aku tidak pernah mengakui Thalia sebagai kekasihku. Masalah pertunangan itu juga tidak benar. Kami tidak pernah bersama! Aku harap kalian tidak menyebar gosip tak benar dan mengganggu kehidupanku!”Para reporter terbengong. Salah satu reporter segera bertanya, “Pak Reza, masalah hubunganmu dengan Nona Thalia telah diketahui semua orang di dunia ini. Apa Pak Reza lagi cari alasan?”Tatapan Reza menjadi sinis. Dia melirik reporter yang berbicara itu. “Apa aku dan Thalia pernah memublikasikan hubungan kami di depan umum? Apa kamu pernah melihat kami sedang bermesraan? Diketahui semua orang di dunia? Bukankah semua itu ulah kalian yang menyebar gosip tak benar?”Nada bicara Reza sangatlah dingin. Auranya sungguh mengerikan. Dia melirik para reporter hingga mereka semua merinding ketakutan, tidak bisa mengatakan apa-apa.Salah seorang reporter wanita
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m