Sonia menonaktifkan ponselnya. Dia menggunakan ponsel yang lain untuk berhubungan dengan orang lain.Saat ini Sonia sedang memfokuskan dirinya untuk berkreasi. Dia sama sekali tidak peduli dengan berita yang sedang heboh di luar sana. Dia juga jarang melihat ponselnya.Hanya saja saat Ranty meneleponnya, dia pun baru mengetahui apa yang telah dikatakan Thalia. Sementara itu, hingga saat ini, Reza masih belum melakukan klarifikasi apa pun.Sonia merasa sangat tenang. Dia sering mengurung diri di dalam ruang baca. Terkadang dia kepikiran untuk memasak sendiri. Meskipun dia masih tidak jago dalam memasak dan rasanya tidaklah enak, dia tetap memaksa dirinya untuk menghabisi semua makanannya. Sebab pantangan terbesar dalam hidup Sonia adalah menyia-nyiakan makanan!Setiap harinya, Juno, Dania, dan Yandi akan melakukan panggilan video dengan Sonia. Menyadari kondisi Sonia baik-baik saja, mereka pun merasa tenang.Saat penggemar Thalia memaki dengan galak, Juno ingin sekali mengekspos identit
Sonia langsung berdiri. “Jangan dibuang!”“Tidak dibuang, hanya ditambah sedikit bumbu saja,” balas Reza. Dia memasukkan sisa mi Sonia dan dirinya ke dalam panci.Sonia berkata dengan sinis, “Pak Reza, apa kamu merasa higienis?”Reza memalingkan kepalanya menunjukkan senyuman di wajahnya. “Saat kita ciuman, aku juga sudah sering menelan air liurmu. Sekarang kamu malah membahas masalah higienis?”Amarah di hati Sonia mulai bergejolak. Hatinya terasa penat. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.Reza membuka kulkas, lalu mengeluarkan sayuran, mencucinya, baru memasukkannya ke dalam panci. Dia menaruh sedikit merica, kecap, kemudian menggoreng telur mata sapi.Setelah mendidih, Reza menuangkan mi ke dua mangkuk. Satu untuk Sonia dan satunya lagi untuknya.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia kepikiran dengan ucapan Darren untuk pantang menyerah. Dia pun berlagak tidak terjadi apa-apa dan melanjutkan makannya.Telur di dalam mangkuk Sonia adalah telur yang digoreng oleh Reza. Kuning telur
Sonia tidak ingin berbicara panjang lebar dengannya lagi. Dia berdiri, lalu berjalan kembali ke ruang baca sembari mengeluarkan suara datarnya, “Nanti tolong tutup pintunya. Aku harap kamu nggak kemari lagi!”Reza menatap bayangan punggung Sonia. Tatapannya terlihat sangat muram.Beberapa saat kemudian, Reza menunduk lanjut menyantap mi yang sudah dingin itu. Mi yang gosong ditambah telah dingin membuat Reza kesulitan untuk menelannya. Namun, Reza memaksa dirinya untuk menyantap mi tersebut.Seusai makan, ponsel yang diletakkan Sonia di atas meja makan berdering. Dia lupa untuk mengambil ponselnya. Reza melirik layar ponsel sekilas, lalu mengangkatnya.“Sayang, sudah makan siang belum?” tanya Ranty.Kening Reza spontan berkerut. “Ranty, lain kali jangan biarkan dia masak sendiri. Apa kamu tidak tahu dia tidak berbakat dalam memasak? Apa kamu ingin dia mati keracunan?”Ranty merasa syok. Seketika amarahnya pun meluap. “Reza, kenapa kamu bisa ada di rumah Sonia?”Reza menjauhkan ponsel d
Sonia tidak berbicara lagi. Dia mengambil ponselnya, lalu berjalan kembali ke ruang bacanya.Reza membawa dua mangkuk ke dapur, lalu memasukkannya ke dalam mesin pencuci piring. Setelah itu, dia membersihkan dapur.Setelah mangkuk selesai dicuci, Reza menyusunnya ke rak. Dia duduk sejenak di ruang tamu, lalu berjalan ke ruang baca.Reza mengetuk pintu dengan perlahan. “Aku pergi dulu. Kamu tenang saja. Semuanya akan diatasi dalam dua hari ini!”Sonia duduk di depan meja kerja. Saat mendengar suara dari luar pintu, dia pun tidak merespons.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mulai menjauh. Ruangan menjadi hening dalam seketika.Sonia meletakkan pena di tangan, lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dia merasa sekujur tubuhnya telah kehilangan tenaga.…Keesokan harinya, GK melakukan pengumuman untuk memutuskan kerja sama dengan Thalia secara sepihak. Mulai hari ini, Thalia bukan lagi duta merek GK. Mereka juga tidak akan bekerja sama untuk selamanya.Bukan hanya Thalia
Reza mengenakan pakaian formal itu kelihatan sangat berwibawa. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi reporter, lalu berkata dengan datar, “Aku tidak pernah mengakui Thalia sebagai kekasihku. Masalah pertunangan itu juga tidak benar. Kami tidak pernah bersama! Aku harap kalian tidak menyebar gosip tak benar dan mengganggu kehidupanku!”Para reporter terbengong. Salah satu reporter segera bertanya, “Pak Reza, masalah hubunganmu dengan Nona Thalia telah diketahui semua orang di dunia ini. Apa Pak Reza lagi cari alasan?”Tatapan Reza menjadi sinis. Dia melirik reporter yang berbicara itu. “Apa aku dan Thalia pernah memublikasikan hubungan kami di depan umum? Apa kamu pernah melihat kami sedang bermesraan? Diketahui semua orang di dunia? Bukankah semua itu ulah kalian yang menyebar gosip tak benar?”Nada bicara Reza sangatlah dingin. Auranya sungguh mengerikan. Dia melirik para reporter hingga mereka semua merinding ketakutan, tidak bisa mengatakan apa-apa.Salah seorang reporter wanita
Millie sungguh syok. Dia tidak berani bertanya lagi. “Oke, oke, aku nggak tanya lagi. Thalia, kamu jangan nangis. Kamu tenangkan dirimu dulu. Kita akan cabut berita hangat itu. Kamu cukup unggah postingan untuk tenangin emosi penggemarmu saja.”Thalia berusaha menenangkan dirinya. Dia mengangguk dengan terisak-isak. “Aku mengerti!”Tak lama kemudian, Thalia mengunggah sebuah postingan di Instagram. Dia tidak menjelaskan mengenai masalahnya dengan Reza. Dia hanya mengatakan kondisinya saat ini sangat buruk. Dia tidak bisa berpikir dengan kepala dingin. Dia meminta sedikit waktu dari para penggemarnya.Semua penggemar tentu merasa sakit hati. Mereka mulai melakukan pembelaan.Di sisi lain, departemen humas perusahaan Matias menghubungi Ranty. “Nona Ranty, pihak Thalia mulai menghapus berita.”Ranty juga telah menonton wawancara Reza. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan tersenyum dingin, “Mereka kira mereka bisa hebohin dan redain berita sesuka hati mereka? Mereka kira dunia me
Postingan panjang Darren telah menimbulkan perdebatan hebat para netizen. Para penggemar Thalia memarahi Darren telah memutarbalikkan fakta. Mereka juga memarahi Darren ingin memanfaatkan situasi untuk bisa tenar.Namun masih banyak netizen yang masih memiliki akal sehat. Mereka membandingkan Thalia di foto dengan Thalia yang sekarang. Kelima indranya memang telah berubah.Mata Thalia semakin besar. Hidungnya semakin mancung saja. Dia semakin mirip dengan Sonia saja. Sementara itu, tidak ada perubahan apa-apa dengan Sonia yang di foto dengan Sonia yang sekarang.Jadi, semua orang juga tahu sebenarnya siapa yang telah melakukan operasi plastik.Penggemar Thalia maju untuk menjelaskan. Mereka mengatakan foto yang diunggah Darren adalah hasil editan. Thalia memang sudah cantik sejak dulu.Namun, para netizen mengunggah foto Thalia ketika membintangi film Sutradara Nathan. Alhasil para penggemar merasa tertampar dan tidak tahu harus berkata apa lagi.Berhubung masalah operasi plastik Sonia
Apalagi dalam wawancara sebelumnya, Thalia pernah mengisyaratkan bahwa Sonia telah melakukan operasi plastik supaya bisa menyerupai wajahnya. Ketika menonton kembali video wawancara itu, semua orang memaki Thalia sebagai wanita murahan!Semua orang mulai menyerang kolom komentar Thalia. Jelas-jelas dialah yang melakukan operasi plastik untuk menyerupai wajah Sonia, dia malah memutarbalikkan fakta. Apa dia tidak takut dengan dosa yang dia perbuat?Memang ada yang merasa perbuatan Peace yang telah meretas ponsel Thalia dan manajernya sangatlah tidak sopan. Hanya saja, mereka juga tidak mempermasalahkan hal ini lagi.Suara netizen telah berubah. Orang yang panik kali ini adalah Thalia.Thalia tidak menyangka masalah akan berubah menjadi seperti ini. Tak disangka ada yang akan meretas ponsel Millie, bahkan diam-diam merekam pembicaraan mereka berdua.Sekarang ponsel Millie diserang banyak panggilan. Tempat tinggalnya berhasil dilacak. Ada banyak penggemar sedang mengepung di depan gedung u
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun