Hardy takut akan dibalas dendam oleh Thalia. Di sisi lain, sepertinya mental Thalia sedang berada di ambang keruntuhan.Pikiran Darren menjadi kosong. Tetiba dia kepikiran masalah ketika di Gotham sebelumnya, waktu itu Darren dan Sonia baru saja kenal dengan Thalia. Thalia yang waktu itu sangatlah lugu, imut, rakus, dan pelit. Mereka bertiga sering bersenda gurau dan mengobrol bersama.Sebenarnya Sonia jarang ikut dalam topik membosankan mereka. Biasanya Darren dan Thalia lebih sering membuat keonaran dan mengobrol bersama.Sutradara Nathan mengira Darren menyukai Thalia. Dia pun dinasihati untuk berpikir dengan saksama.Jujur saja, Darren memang memiliki kesan bagus terhadap Thalia. Hanya saja, dia tahu jarak mereka berdua sangatlah jauh. Mereka bisa menjadi teman, tetapi mereka tidak mungkin bisa menjadi pasangan. Jadi, Darren berusaha untuk mengendalikan perasaannya.Hanya saja, Darren sungguh tidak menyangka jarak di antara mereka bukan karena perubahan identitas Thalia, melainkan
“Lagi lihat apa? Serius banget?” Sonia tersenyum datar, lalu membagikan laporan kepadanya, “Persiapkan pakaian sesuai dengan yang aku tulis.”“Oke!” balas si asisten dengan segera. Tatapannya ketika melihat Sonia terasa agak aneh.Sonia kembali melanjutkan pekerjaannya. Sekitar sepuluh menit kemudian, ponselnya bergetar. Dia menerima panggilan masuk dari Ranty.Sonia mengangkat panggilan, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Kenapa kamu telepon pada jam segini? Kamu nggak sibuk?”“Sayangku, kamu sudah baca berita belum?” Nada bicara Ranty sangat dingin.“Berita apa?”“Mengenai kamu dengan Reza. Coba kamu baca!”Sonia merasa kaget. Dia segera membuka laptop, lalu membuka akun Instagram-nya.“Kamu dibuntuti atau Reza yang dibuntuti?” ucap Ranty dengan penuh emosi, “Aku akan segera cari bagian humas Matias untuk mengendalikan suara netizen. Sekarang mungkin ada awak media di depan lokasi syuting. Kamu jangan keluar dari lokasi syuting dulu. Aku akan pergi jemput kamu.”Sonia membaca beri
Kening Sonia tampak berkerut. “Suruh Bi Linda jaga Yana dengan baik. Kalian jangan keluar rumah dalam beberapa hari ini.”“Oke, tapi gimana sama kamu? Kamu lagi di mana? Apa yang telah terjadi?” tanya Kelly dengan cemas.“Aku baik-baik saja. Mungkin aku nggak bisa pulang dalam beberapa hari ini. Kamu dan Bi Linda jagain Yana, ya.”Kelly masih saja tidak tenang. “Sonia, sebenarnya apa yang telah terjadi?”“Kamu baca berita saja,” balas Sonia dengan suara datar, “Tapi kamu jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja.”Kelly segera membuka berita. Dia pun berkata dengan kaget, “Bukankah si Thalia itu teman kamu sewaktu di lokasi syuting? Kita pernah nonton bioskop bareng, ‘kan?”“Iya!”Kelly langsung membalas dengan penuh emosi, “Kenapa mereka semua malah memutarbalikkan fakta? Kenapa dia nggak klarifikasi?”“Karena semua ini kerjaannya.”Amarah Kelly langsung membeludak. “Aku mau komentar di bawah berita itu, biar semua orang tahu kenyataannya!”“Jangan!” Sonia segera menghentikannya. “Para
Panggilan diakhiri. Dia memalingkan kepalanya berkata pada Darren, “Aku pergi dulu. Mungkin aku nggak akan ke lokasi syuting dulu. Tolong beri tahu Pak Teddy, dia bisa hubungi aku kalau ada apa-apa.”Bukannya Sonia takut, hanya saja dia tidak ingin melibatkan kru lokasi syuting dalam masalah pribadinya. Jadi, solusi terbaik adalah tidak menampakkan diri untuk sementara waktu. Setelah berita tidak viral lagi, para penggemar juga tidak akan berulah lagi.“Oke, aku bawa kamu keluar!” balas Darren dengan segera.“Nggak usah!” Sonia membereskan laptopnya dengan tenang. “Aku pergi sendiri saja. Tenang saja, mereka nggak akan bisa halangi aku.”Darren tahu dengan kemampuan Sonia. Dia pun mengangguk. “Kamu yang hati-hati, ya. Hubungi aku kalau ada apa-apa. Sepertinya nomor ponselmu akan segera didapatkan mereka. Lebih baik kamu persiapkan nomor ponsel cadangan. Ingat beri tahu aku nomor barumu.”“Oke,” balas Sonia, “Bisa jadi Thalia juga akan menargetkanmu. Kamu juga mesti lebih waspada.”“Ten
Sonia menunduk. Sonia memang pantas untuk dimarahi. Kenapa dia tidak menjauhi Reza?Ranty juga tidak tega memarahi Sonia lagi. “Setelah masalah ini selesai, kamu segera tinggalkan Jembara saja. Kamu ikut Melvin saja. Kelak jangan bertemu dengan Reza lagi!”Kening Sonia dikerutkan. “Nggak bisa sekarang, setidaknya aku harus mengurus perceraianku dulu. Kalau nggak, nanti Melvin digugat telah melarikan istri orang.”Tetiba Ranty tersenyum. “Kamu masih bisa bercanda.”Sonia membalas dengan serius, “Aku nggak lagi bercanda!”“Kamu dan Reza sudah pisah rumah lebih dari dua tahun. Kamu sudah bisa mengajukan cerai.”Tatapan Sonia tampak dingin. “Menurutmu, apa Reza akan setuju?”“Apa lagi yang ingin dia lakukan?”“Sepertinya ….” Sonia melihat ke luar jendela, lalu berkata dengan datar, “Dia masih nggak berencana untuk menyerah!”Pada akhirnya, Ranty tidak sanggup mengalahkan Sonia. Dia pun mengantar Sonia ke vila di Jalan Yurim.Sebelum ke vila, Ranty pergi membelikan beberapa bahan makanan di
Reporter juga merasa iba dengan apa yang menimpa Thalia. “Nona Thalia, kamu orangnya baik sekali! Sonia bukan hanya iri dengan penampilanmu saja, dia juga iri karena kamu memiliki kekasih. Dia pasti sudah merencanakan semua ini sejak dulu.”Pundak Thalia gemetar. Dia tak berhenti menangis seolah-olah telah menerima pukulan besar saja.Reporter tak berhenti bertanya, “Apa Pak Reza pernah menjelaskan mengenai hubungannya dengan Sonia? Apa yang telah dikatakannya?”Thalia menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha menunjukkan senyuman paksanya. “Pak Reza sudah mengakui kesalahannya. Aku percaya ada salah paham di antara kami. Aku memilih untuk memercayainya!”“Apa kamu bisa beri tahu kami, apa yang telah dijelaskan Pak Reza?”Suara Thalia terdengar lembut. “Maaf, masalah ini adalah masalah pribadi aku dengan Pak Reza. Aku harap kalian bisa beri kamu sedikit ruang!”Reporter kembali bertanya, “Apa benar Sonia memiliki hubungan tidak jelas dengan wakil sutradara dan kru di lokasi syuting?”Ke
Reviana tersenyum sinis. “Namanya juga bukan anak baik-baik, ya jadinya seperti itu!”Hendri berdeham. “Jangan lupa dia itu anak kita.”“Sonia itu memang anak yang kita lahirkan, tapi kita tidak membesarkannya!” sindir Reviana, “Dia tumbuh di lingkungan yang buruk, wajar kalau dia jadi seperti ini! Tidak masalah kalau dia tidak tahu diri, yang penting jangan buat malu nama keluarga kita!”Saat Hendri hendak bersuara, tetiba Stellah berjalan menuruni tangga.Stella mengenakan pakaian tidur yang sangat imut dengan memeluk boneka kucing di tangannya. Dia kelihatan sangat gembira. “Ayah, Ibu, apa yang lagi kalian katakan?”Reviana tidak ingin mengungkit masalah Sonia, dia pun tidak menjawab, melainkan menarik tangan Stella. “Gimana kondisi studio?”“Aku memang ingin bahas masalah ini sama kalian!” Stella merangkul lengan Reviana dengan mesranya. “Aku dan anggota timku ingin mengikuti pertunjukan fesyen yang sangat terkenal di luar negeri, tapi persyaratannya tinggi sekali. Jadi, kami butuh
Sonia menonaktifkan ponselnya. Dia menggunakan ponsel yang lain untuk berhubungan dengan orang lain.Saat ini Sonia sedang memfokuskan dirinya untuk berkreasi. Dia sama sekali tidak peduli dengan berita yang sedang heboh di luar sana. Dia juga jarang melihat ponselnya.Hanya saja saat Ranty meneleponnya, dia pun baru mengetahui apa yang telah dikatakan Thalia. Sementara itu, hingga saat ini, Reza masih belum melakukan klarifikasi apa pun.Sonia merasa sangat tenang. Dia sering mengurung diri di dalam ruang baca. Terkadang dia kepikiran untuk memasak sendiri. Meskipun dia masih tidak jago dalam memasak dan rasanya tidaklah enak, dia tetap memaksa dirinya untuk menghabisi semua makanannya. Sebab pantangan terbesar dalam hidup Sonia adalah menyia-nyiakan makanan!Setiap harinya, Juno, Dania, dan Yandi akan melakukan panggilan video dengan Sonia. Menyadari kondisi Sonia baik-baik saja, mereka pun merasa tenang.Saat penggemar Thalia memaki dengan galak, Juno ingin sekali mengekspos identit
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun