"Kamu seperti cahaya bulan, terang benderang diantara kegelapan. Ucapanmu seakan melodi rindu yang mengusik tidurku. Ah, aku seperti paedofil, menyukai anak ingusan."
***Braaak...Seorang wanita menjatuhkan semua barang yang ada di tangannya dia tak sengaja menabrak seseorang, karena tergesa-gesa."Maaf... maaf... saya tak sengaja, pak." Ucap Aisyah dengan menunduk."Harusnya kau harus hati-hati dan lihat jalan."DegSuara itu... Aisyah langsung mendongak menatap lelaki di hadapannya.' Masyaallah... Ganteng banget nih cowok.'"Hei, Mba.. Sudah tatapannya? silahkan menyingkir." Ucap salah satu lelaki di sampingnya."Ah, Maaf. Sekali lagi saya minta maaf." Aisyah menunduk dan menyingkir ke tepi, tapi ekor matanya masih mengikuti langkah dua lelaki itu.Saat bayangan keduanya menghilang, Aisyah langsung merapikan tasnya yang jatuh, serta kertas-kertas yang dia bawa.Hari ini dia mendapat panggilan untuk interview, sudah lama dia mencari info tentang Daffa Furniture, tentu saja dia juga ingat jika CEO nya adalah lelaki tampan yang dulu pernah datang ke sekolahnya.Salah satu impiannya adalah bekerja di Daffa Furniture, Karena dia ingin belajar lebih banyak dari seorang Daffa Anggara. Aisyah sudah mengidolakannya sejak hari itu.'Bismillah, semoga saja HRD merekomendasikan diriku untuk menjadi staf disini.' Batin Aisyah.Dia pun kembali merapikan baju juga jilbabnya, sepanjang lorong dia mengingat-ingat suara lelaki yang dia tabrak.'Aku pikir tadi itu, Pak Angga. Tapi, kok beda ya? dulu dia ganteng dan ramah. Tadi, galak bener, Wajahnya pun berbeda.' Guman Aisyah.Gadis itu buru-buru menghilangkan pikirannya dari lelaki itu, dia ingin fokus. Tujuan utamanya adalah mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya.Masih ingat saat SMA dulu Aisyah begitu mengidolakan seorang Daffa Anggara, CEO muda, bertalenta dan juga... Tampan.
***
Delapan Tahun yang lalu
Semua anak-anak kelas 12 SMA Patriot sudah berkumpul di aula Garuda, mereka akan melakukan kegiatan orientasi kewirausahaan, konon pembicaranya adalah seorang pengusaha muda kaya raya yang memiliki beberapa perusahaan, dan yang paling terkenal adalah Daffa Furniture.
Dengan riuh anak-anak itu menyambut sang pemuda, Daffa Anggara, eksekutif muda dengan style serba hitam itu membuat para siswa berdecak kagum, apalagi hari ini Daffa terlihat begitu macho dengan menggulung kemejanya sampai siku. Tak lupa dia memakai kaca mata hitam, agar penampilan nya semakin berkarisma.Asistennya hanya tersenyum melihat para siswa yang meneriaki bosnya itu."Bos, dengerin tuh para cewek-cewek, itu tandanya sudah waktunya kau cari cewek, jangan jomblo terus." Bisik Sebastian di sampingnya.Angga hanya mencebik saja, tapi dia tetap tersenyum, dia tak mau harga dirinya turun hanya karena tak meladeni gadis-gadis itu.Tak lama setelah itu, seorang gadis maju dan memulai acara, Angga langsung memperhatikan anak SMA tersebut. Dia membaca name tag yang ada di dada sebelah kanan bajunya.AISYAH MAHESWARI'Wiiih... Manis bener nih anak, tak bosan dilihat, suaranya pun merdu.' Batin Angga. Baginya, baru kali ini dia melihat gadis remaja masih SMA dengan dandanan yang apa adanya.Tidak seperti anak lainnya, Aisyah terlihat begitu berbeda. Dengan jilbab putih, rok abu-abu, dan tak memakai make up membuat penampilan Aisyah begitu sederhana tapi menawan.Angga kembali memindai wajah gadis itu, semenit kemudian dia tersenyum kecil. Sampai, Aisyah turun podium Angga tak melepaskan pandangannya.'Kamu seperti cahaya bulan, terang benderang diantara kegelapan. Ucapanmu seakan melodi rindu yang mengusik tidurku. Ah, aku seperti paedofil, menyukai anak ingusan. Tapi... Dia cantik.' Batin Angga lagi.Angga kembali tersadar dari khayalannya saat MC memanggil namanya.Dengan gagah dia maju ke podium,"Hmmm... Sebenarnya, bapak kepala sekolah tadi terlalu berlebihan jika menyematkan namaku menjadi pengusaha tersukses, saya ini hanya pemuda biasa sama seperti kalian. Apalagi, saya ini hanya pedagang kayu."Semua hadirin pun tertawa mendengar suara Angga."Tapi, saya akan memberikan tips dan trik bagi adik-adik semua."Seketika semua siswa diam, mereka menyimak penjabaran dari Angga untuk menjadi pengusaha sukses di usia muda."Nah yang pertama yang harus kalian lakukan itu adalah niat, kenapa seperti itu? karena jika niat kalian hanya seperti hangat-hangat tai ayam itu percuma, kalau mau sukses ya... harus diniatkan benar-benar, bukan main-main.""Yang kedua, belajar dengan sungguh-sungguh. Mumpung kalian masih di SMA nih, tugas kalian saat ini adalah belajar dengan giat, jangan malas, mimpi bolehlah setinggi langit, ingin jadi CEO ingin punya perusahaan besar, ingin memiliki perusahaan Dengan karyawan beribu-ribu, tapi kalau tak belajar, bagaimana bisa? benar tidak?" Tanya Angga di depan para siswa.Mereka pun mengangguk membenarkan ucapan Angga, termasuk Aisyah yang sedari tadi menyimak dengan serius, gadis itu menulis di buku kecilnya poin-poin yang penting, dia juga ingin menjadi sukses."Nah dan yang terakhir jangan lupa nih, setelah tadi niat sudah, belajar juga, usaha juga sudah yang terakhir ikhtiar, pasrahkan semuanya pada sang maha kuasa, yang terpenting kita terus bekerja dengan benar, sholatnya pun benar, apalagi sedekahnya tak bolong, insyaallah semua akan menjadi pengusaha sukses.""Amiiiin..." Teriak para siswa.Prok Prok ProkAula seketika bergemuruh dengan tepuk tangan dan teriakan para siswi saat Angga kembali duduk.Memasuki sesi tanya jawab yang pertama kali mengangkat tangan asal Aisyah, dia adalah ketua OSIS, jadi mental nya sangat berani, apalagi jika berhadapan dengan orang banyak, baginya sudah biasa."Ya, Silahkan Aisyah, apa pertanyaanmu?" Tanya salah satu guru yang menjadi moderator."Terimakasih, Ibu Paulin. Saya hanya ingin bertanya dengan pak Angga. Jika seperti kami orang yang kurang mampu apa bisa juga menjadi pengusaha? kan membangun sebuah perusahaan harus banyak uang." Tanya Aisyah.Gadis itu menatap Angga yang tersenyum.'Duh, senyumnya kok manis sekali nih pembicara, hatiku jadi nyut nyutan.' Batin Aisyah.Tadi, dia tak memperhatikan wajah Angga lama-lama dia hanya fokus dengan materi yang di sampaikan, saat bersitatap seperti itu Aisyah baru menyadari jika Anga adalah sosok lelaki yang dapat menghipnotis semua orang.Di depan, Angga masih tersenyum, melihat Aisyah yang bertanya, sampai Sebastian menyikutnya untuk segera menjawab, karena Angga harus kembali ke perusahaan untuk rapat direksi."Pertanyaan yang bagus, tapi... pertanyaan mu terkesan pesimis, dik."Angga bingung ingin memanggil apa gadis itu, dia menatap Aisyah yang tersenyum.'Ampun dah, nih anak masih bocil tapi senyumnya bikin meleleh, jadi nggak fokus kan.' Batin Angga."Tidak semua orang berasal dari orang kaya untuk menjadi kaya, contohnya saja Jack Ma, dia merintis dari nol, begitu pemilik label ayam cepat saji, dia juga orang miskin, namun karena kegigihannya dan mau belajar, sekarang menjadi orang terkenal. Di mulai dari yang kecil saja dulu, jika hanya punya uang seratus ribu, maka kau harus memutar otakmu, mencari ide agar uang modalmu beranak pinak." Papar Angga.Prok Prok ProkKembali siswa-siswi itu bertepuk tangan, setiap kata-kata yang keluar dari mulut Angga membuat mereka kagum.'Kau benar, Pak Angga. Ucapanmu tak semudah yang kita bayangkan, untuk memutar uang seratus ribu itu sangat sulit, ibuku selalu terbentur dengan kebutuhan keluarga. Ah, tapi benar juga kata Pak Angga, aku harus belajar dengan giat, insyaallah aku akan menjadi pengusaha sukses juga seperti dia. amiiiiiiinn yang kenceng.' Guman Aisyah.Dari kejauhan, Angga kembali menoleh ke belakang saat hendak masuk ke mobil.'Semoga kita akan bertemu lagi, Aisyah. Dan, kau sudah menjadi orang yang sukses.''Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, aku mampu, aku punya skill yang tak dimiliki orang lain."***'Bismillah, semoga saja HRD merekomendasikan diriku untuk menjadi staf disini.' Batin Aisyah. Dia pun kembali merapikan baju juga jilbabnya, sepanjang lorong dia mengingat-ingat suara lelaki yang dia tabrak. 'Aku pikir tadi itu, Pak Angga. Tapi, kok beda ya? dulu dia ganteng dan ramah. Tadi, galak bener, Wajahnya pun berbeda. Tapi mirip sih. Ah, bodo amat' Guman Aisyah. Gadis itu buru-buru menghilangkan pikirannya dari lelaki itu, dia ingin fokus. Tujuan utamanya adalah mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya.Aisyah menuju ruangan khusus untuk calon karyawan baru, disana sudah ada tiga orang wanita, yang juga akan interview, Aisyah melihatnya langsung ciut, penampilan mereka sangat cantik dan elegan. Jika dibandingkan dirinya yang hanya menggunakan kemeja putih dan sepatu flat. 'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, a
"Oh Bulan, kenapa pesonanya begitu kuat, sampai aku terus memikirkannya. Ini tidak boleh berlanjut, aku harus menghapus bayang-bayang lelaki itu dari pikiranku. Tujuanku adalah mencari kerja, bukan mencari suami. Lagi pula, aku dan dia seperti langit dan bumi, Jomplang euy."***Sebastian dan Angga memperhatikan CV Hanum."Bagaimana denganmu, Om.""Ok, tak masalah. Tapi... om masih condong ke Aisyah." Jawab Om Reno. Lelaki paruh baya itu menaruh curiga pada Angga, karena sejak tadi Angga tak berhenti menatap foto Aisyah."Dia tak cocok di bagian keuangan, om. Aku tak setuju.""Lalu, Aisyah bagusnya kita letak dimana?""Dia akan aku..."Ketiga orang itu menunggu jawaban Angga yang menggantung. Dengan penasaran, Sebastian menghidupkan kamera, dia ingin memberi laporan pada Ara."Dia jadi sekretarisku saja,""Ha ha ha..." Tawa Sebastian langsung pecah.Om Reno dan Mita hanya terbengong. "Kau sudah memiliki Sebastian, Angga." Ujar Om Reno."Hmm... Aku butuh satu lagi, apalagi saat ini ak
Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah bisa membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu.'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.'***"Siapa sih, ganggu orang tidur saja," Umpat Aisyah kesal.Sejenak Aisyah terdiam membaca pesan tersebut. Dia mengulangi lagi kata-kata di benda pipihnya itu."Selamat Anda diterima di perusahaan Daffa Furniture, silahkan datang ke kantor jam tujuh tiga puluh." Aisyah kembali terdiam, kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan dan..."Aaa... Alhamdulillah ya Allah, makasih. Akhirnya..."Pagi harinya, Aisyah sudah siap dengan setelan blous berwarna peach di padu jilbab hitam, dia sengaja memakai sedikit make up agar tak terlihat pucat, Aisyah memang jarang memoles wajahnya, hari ini dia hanya ingin memberi kesan terbaik di hari pertama kerja, dia ingin membuktikan jika Daffa Furniture tidak salah sudah men
"Kalau cinta, Hargai dan biarkan bertumbuh. Sebab cinta bukan tentang memiliki akan tetapi tentang menghargai." *** "Kenapa melongo begitu? Kan sudah biasa aku menunggumu terlebih dahulu. Lagian tumben, terlambat sampai jam sembilan." Kata Reno dengan sedikit marah. "Hmm... Biasa, Om. Tadi malam begadang." Ucap Angga santai. Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu. 'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.' Batin Angga. Sebastian dan Om Reno saling lirik melihat Angga yang senyum-senyum sendiri tak seperti biasanya. "Kau sehat, Nak?" Angga terkesiap, tak seperti biasanya Reno memanggilnya dengan 'Nak', jika kata itu keluar maka ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, atau Reno mengetahui sesuatu yang sedang dia sembunyikan. "Hmm... Alhamdulillah aku sehat, Om." "Kalau sudah cinta bila
'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'---"Apa sih yang dia baca, serius amat, belum juga di kasih tugas udah pusing." Lirih Angga. Lelaki itu pun menoleh pada asisten pribadinya."Apa kau sudah memberi tugas pada Aisyah?"Tanya Angga.Sebastian menggeleng, "Aku ini tak sepertimu, bos. Tak akan aku siksa karyawan baru, aku sudah memberi tahu Mita, jika hari ini Aisyah hanya mempelajari pekerjaanmu, keperluanmu, makan siangmu dan..." Angga memicing tajam, "Dan apa?""Dan memberi tahunya jika kau itu bos galak dan keji." Kekeh Sebastian."Dasar gila." Umpat Angga.Kali ini dia mengalihkankan pandangannya, dia tak ingin terlalu lama memandang Aisyah, demi keamanan hatinya yang mulai tak wajar.DI meja kerjanya Aisyah terus mempelajari jadwal-jadwal rapat dan pertemuan Angga dengan perusahaan lain, kemudian dia tulis di buku kecil pribadinya, dia tulis dengan lengkap, jadwal mak
Muka tabung gas apanya sih, orang mukanya ganteng begitu, kaya Lee Min Ho kok. Mbak aja tuh yang rabun matanya, lelaki ganteng di bilang muka tabung gas, aneh.***Angga sedikit kecewa dengan pertanyaan Aisyah, kemudian dia pun berdiri dan kembali masuk ke ruangannya, membuat Aisyah melongo."Kamu boleh pulang." Titah Angga dingin.'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'Aisyah pun merapikan meja kerjanya, dan pulang dengan mengendarai ojek online.Sesampainya di rumah, Aisyah langsung membersihkan diri, lalu berbaring di atas kasur, merebahkan tubuhnya yang mulai letih.' Baru hari pertama, sabaaar... bener kata mbak Mita, kalau pak Angga itu super jutek, pokoknya dia itu dispenser, titik!!!' Batin Aisyah.Entah kenapa, gadis itu mengingat wajah Angga yang cepat berubah, dalam sekejap bisa berubah jutek dan dingin. ---Aisyah terbangun saat alarmnya berbunyi, dia bergerak ke
'Aku tak bisa diam begini, bisa-bisa dia digaet orang. tapi... hari ini pesonanya memang sangat cantik, polesan sederhana tapi memiliki vibe positif, pantas saja dari tadi banyak yang mengamati wajahnya, ini tak bisa dibiarkan.' ***"Saya bukan mengusir, Pak. Tapi....""Saya paham, Ok. Ayoo kita berangkat. Maaf ya, Bu... saya bawa Aisyah hari ini.""Tak apa, Nak. Lain kali mampir kesini lagi," Jawab Wanda ramah."Insyaallah." Angga pun salam dan mencium punggung wanita paruh baya itu.Tanpa menghiraukan Aisyah yang memberengut, Angga keluar dan masuk mobil.'Ish, memang manusia laknat.' Batin Aisyah lagi.Aisyah duduk di belakang kemudi, sedangkan Angga disisi sang sopir. Sepanjang perjalanan Aisyah menyimak pemaparan Angga tentang bahan rapat yang akan dia sampaikan, untuk saja Aisyah selalu membawa buku kecilnya, dia mencatat bagian-bagian pentingnya saja."Hmm, Jadi konsumen lebih suka dengan bahan kayu jati yang mana?" Tanya Aisyah.Dia jadi tertarik membahas tentang kayu jati, s
"Jomblo bukan berarti tak laku, tapi kita sebagai lelaki harus menjaga wibawa kita, jangan seperti play boy, lelaki cerdas itu harus punya taste, agar wanita yang melihat kita klepek-klepek"***"Tante..." panggil Fathan lagi, kali ini dia merenggangkan tangannya minta peluk. "Baiklah," Aisyah memeluk Fathan dengan senang hati. Namun siapa sangka jika Fathan membisikkan sesuatu hingga membuatnya terdiam. "Ssst... ini rahasia kita berdua, tante, Ok!' Ucap Fathan tertawa. Angga yang melihatnya pun mencebik. 'Asli nih bocil, aku saja belum penjajakan dia udah minta peluk aja.' Batin Angga kesal.Fathan berbalik dan menjulurkan lidahnya pada pamannya."Weeek...""Ish, siapa nih yang ngajarin bocil begini?" Tanya Angga pura-pura kesal. Rayyan dan yang lainnya hanya tertawa. "Dia itu seperti mu saat kecil, Angga. Jadi, tak usah kesal begitu." ucap Reno. Aisyah pun tertawa kecil mendengarnya, Sedangkan Angga hanya mendengus kesal. "Sudah-sudah berantem Mulu, Fathan... tak baik menjul
Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Jika kau ingin dapat lelaki sholeh, baik, kaya dan spek pangeran perbaiki dulu sikapmu, Nak. Dari sholatmu dan tingkah lakumu, baru kau bisa mendapatkan lelaki yang kau inginkan, kalau bahasa orang-orang zaman sekarang memantaskan diri."***"Aisyah... kenapa tak menjawabnya? kakiku sudah mulai gemetar." Kata Angga tertawa. Aisyah mengangguk. Tak terasa butir bening di matanya menetes, seperti anak kecil Aisyah tiba-tiba memeluk Angga dengan erat membuat Angga tersenyum meski kaget. Gadis itu sangat bahagia, setelah menyadari jika hatinya pun menginginkan Angga, lelaki yang sejak dulu dia kagumi. "Aku mencintaimu..." Bisik Angga membalas pelukan Aisyah.Aisyah terdiam sejenak, dia kehilangan kendali sampai memeluk atasannya dengan santai, Aisyah buru-buru melerai pelukan dan mengusap air mata yang tersisa, dengan canggung Aisyah berusaha tersenyum.Laki-laki dihadapannya saat ini adalah calon suami, yang dulu sangat ia kagumi. Siapa sangka jika semesta berpihak padanya.Malam sem
Aisyah memperhatikan punggung atasannya itu, lalu pandangannya turun ke tangan, Aisyah tersenyum. Hatinya menghangat, perlahan Aisyah merasakan ketenangan jika berada di dekat Angga. ***"Ok, kita makan steak saja ya ." Ucap Angga pada akhirnya.Dia sedang malas berdebat tentang makanan, saat ini Angga benar-benar lapar, tenaganya terkuras karena mengerjakan pekerjaan di kantor. Angga melihat Aisyah mengangguk dan hatinya kembali berdesir melihat senyuman di wajah Aisyah.'Ya Allah... Bisakah aku menikahi nya besok? rasanya sudah tak sabar untuk memeluknya.' Angga memberhentikan mobil di sebuah restoran khusus steak, dia keluar terlebih dahulu kemudian memutar membuka Pintu mobil untuk Aisyah. Dengan senyum simpul dia memberi kode agar turun, tapi Aisyah masih terdiam, dengan jarak yang begitu dekat, hati Aisyah berlahan kacau, seperti ada banyak kupu-kupu yang hinggap disana. 'Ini beneran pak Angga kah?' Batin Aisyah membeku.Angga mengibaskan tangannya di depan wajah Aisyah, sa
'Hadeeuh... Maklum terkuat di bumi ini memang aneh, di tanya selalu terserah, aku kan bingung.'***Dia pun meninggalkan lantai tujuh dan turun ke kantin sambil membawa bekalnya. Dia duduk di pojokan dengan perasaan bingung harus berbuat apa. Sudah beberapa kali Hanum merasa aneh dengan sikap Mita beberapa hari belakangan ini. 'Bu Mita seperti sedang melakukan sesuatu, tapi apa ya? Atau... dia cemburu dengan Aisyah? ya... ya... dugaanku bisa jadi benar, mungkin dia cemburu karena pak Angga memilih Aisyah menjadi tunangan nya.'Hanum menggeleng keras, berusaha menghindari pikirannya yang sedang kacau. Disisi lain, Aisyah sudah kembali ke ruangannya karena Sebastian datang dan ingin bicara berdua dengan Angga. Aisyah melirik ke ruangan Angga yang luas, kaca penghalang dia antara mereka berdua terbuka, Angga yang melarang Aisyah menutup tirai itu, dengan Alasan agar Angga bisa memantaunya. Awalnya, Aisyah risih namun saat melihat Angga yang fokus dengan beberapa berkas Aisyah pun bersy
'Ah dapat, ceroboh sekali Aisyah ini, dia tak memakai sandi di komputernya. ini sangat menguntungkan bagiku.' ***Angga menatapnya, wajah Aisyah seakan memiliki magnet tersendiri membuat Angga betah menatap bola mata gadis itu. Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Angga faham Aisyah masih sok dengan pengakuannya. "Karena kau adalah gadis yang aku pilih, cinta itu tak butuh alasan, Aisyah." Jawab Angga. "Tanpa sebab apapun itu, hatiku sudah memilihmu dari dulu, dari saat kau pertama kali berdiri di podium sebagai ketua OSIS."Aisyah tertegun, benarkah???Hening...."Kau pasti tak percaya jika aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku sudah hafal semua kegiatanmu, makanan favoritmu, pekerjaanmu sampai..."Aisyah mendelik, Angga bisa sampai sedetail itu, 'Pantas saja dia sudah tau rumahku, apa dia yang menguntitku malam itu juga?' Batin Aisyah. "Sampai apa, pak?""Sampai kebiasaanmu yang kentut sembarangan pun aku tahu." Ucap Angga datar.Aisyah mencebik, hal yang m
"Jika makan sambal buatanmu aku tak akan sakit perut, Aisyah."***Angga memijat pelipisnya, tiba-tiba saja kepalanya pening, disaat dia ingin dekat dengan Aisyah selalu saja ada masalah di perusahaan. Karena itu lah, dia selalu fokus bekerja agar perusahaan yang sudah dia bangun tidak bangkrut. Tapi, Angga merasa dirinya sudah mantap untuk menikah, wajar saja pikirannya terpecah memikirkan Aisyah dan berusaha mendekatinya.'Fokus Angga... Fokus, kau pasti bisa menyelesaikan nya.' Batin Angga.Angga menghempaskan tubuhnya di atas shofa, dibiarkannya Sebastian yang masih berkutat di depan laptop.---Beberapa hari berlalu, Aisyah dan Angga masih seperti biasa, layaknya atasan dan bawahan, hanya saja Angga tidak sedingin dulu, sesekali Angga memberi perhatian pada Aisyah. "Apa kau sudah makan?""Belum, pak." Jawab Aisyah. Meski seratus Angga adalah calon suami, Aisyah masih memanggilnya "Pak" di kantor dan Angga memakluminya. "Siang ini kita makan di luar ya, ada yang ingin saya bic
"Namanya juga manusia, Bro. Bisa khilaf apalagi jika dihadapkan dengan uang, semuanya bisa berubah. Lumrah bagi wanita jika dia ingin merawat diri dan shopping, tapi cara dia salah."***"Ya ya ya... aku percaya." Kekeh Aisyah.Keduanya asyik bercerita sampai tak sadar jika Angga memperhatikan Aisyah, lelaki itu seakan tak bosan memandang wanitanya. Merasa di pandang, Aisyah pun kembali menoleh ke arah calon suaminya itu, dia tersenyum simpul. 'Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum.' Batin Aisyah.Gadis itu kembali sibuk dengan teman-temannya. Dari kejauhan Ara dan juga Reno masih memperhatikan interaksi antara Aisyah dan Angga, yang sesekali saling lirik dan melempar senyum. Ara tahu, jika Angga tulus mencintai Aisyah. "Apa kita percepat saja pernikahan mereka?" Tanya Ara langsung.Geram sendiri dia dengan Angga, Mungkin karena Angga terlalu sibuk dan sudah biasa jutek p
Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum***Gadis itu menyelami mata sendu Angga, dia menemukan kejujuran dari setiap kata-kata nya dan... Aisyah terpesona. "Terimakasih, Pak. Telah memilihku untuk menjadi makmummu," Lirih Aisyah. Kata-kata Aisyah membuat Angga lega, setidaknya gadis itu sudah menerima pertunangan ini, meski mungkin Aisyah belum mencintainya. Angga bertekad untuk tetap menunggu wanitanya, sampai kapanpun Aisyah akan menjadi wanita teristimewa di hatinya. Aisyah kembali menunduk, dipandangnya jari yang sudah terpasang cincin berlian, dalam diam dia mengagumi benda itu. 'Cantik.'---Naufal tak melepaskan pandangannya dari wajah Aisyah, gadis itu begitu cantik dengan gaun peach dan jilbab yang senada, Aisyah selalu memakai make up yang sederhana tak menor seperti wanita lainnya. Dia hanya tak nyaman jika memakai lipstik atau bedak tebal. Lelaki itu mengagum
"Untuk Aisyah, calon istriku... calon ibu dari anak-anak ku, percaya lah setiap detak rahsa yang ada, cinta dan rinduku selalu bertambah untukmu."***Naufal tersenyum, memandang pantulan dirinya di cermin, dia terlihat tampan dengan kemeja batik, tak lupa Angga memakai kaca mata hitam. Dia menghubungi teman-teman satu divisi dan berencana berangkat bersama mereka.Di Hotel orang sudah mulai berdatangan, memang tak terlalu ramai, Angga hanya ingin mengenalkan pada kolega dan juga para karyawan Daffa furniture saja, apalagi saat tahu jika banyak karyawan lelaki yang melirik Aisyah. Angga sudah siap dengan setelan jas hitam, di kamar pribadinya Angga menyunggingkan senyum saat Sebastian memberi kabar bahwa Aisyah sudah tiba di lobi, dia pun memperbaiki rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Angga tersenyum di depan cermin, " Aisyah...Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku."---Di Aula yang sudah di set sedemikan rupa, Aisyah memandang takjub ruangan itu, Farha sang ibu juga