Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Kamu seperti cahaya bulan, terang benderang diantara kegelapan. Ucapanmu seakan melodi rindu yang mengusik tidurku. Ah, aku seperti paedofil, menyukai anak ingusan."***Braaak...Seorang wanita menjatuhkan semua barang yang ada di tangannya dia tak sengaja menabrak seseorang, karena tergesa-gesa. "Maaf... maaf... saya tak sengaja, pak." Ucap Aisyah dengan menunduk."Harusnya kau harus hati-hati dan lihat jalan."DegSuara itu... Aisyah langsung mendongak menatap lelaki di hadapannya. ' Masyaallah... Ganteng banget nih cowok.' "Hei, Mba.. Sudah tatapannya? silahkan menyingkir." Ucap salah satu lelaki di sampingnya. "Ah, Maaf. Sekali lagi saya minta maaf." Aisyah menunduk dan menyingkir ke tepi, tapi ekor matanya masih mengikuti langkah dua lelaki itu. Saat bayangan keduanya menghilang, Aisyah langsung merapikan tasnya yang jatuh, serta kertas-kertas yang dia bawa. Hari ini dia mendapat panggilan untuk interview, sudah lama dia mencari info tentang Daffa Furniture, tentu saja di
'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, aku mampu, aku punya skill yang tak dimiliki orang lain."***'Bismillah, semoga saja HRD merekomendasikan diriku untuk menjadi staf disini.' Batin Aisyah. Dia pun kembali merapikan baju juga jilbabnya, sepanjang lorong dia mengingat-ingat suara lelaki yang dia tabrak. 'Aku pikir tadi itu, Pak Angga. Tapi, kok beda ya? dulu dia ganteng dan ramah. Tadi, galak bener, Wajahnya pun berbeda. Tapi mirip sih. Ah, bodo amat' Guman Aisyah. Gadis itu buru-buru menghilangkan pikirannya dari lelaki itu, dia ingin fokus. Tujuan utamanya adalah mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya.Aisyah menuju ruangan khusus untuk calon karyawan baru, disana sudah ada tiga orang wanita, yang juga akan interview, Aisyah melihatnya langsung ciut, penampilan mereka sangat cantik dan elegan. Jika dibandingkan dirinya yang hanya menggunakan kemeja putih dan sepatu flat. 'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, a
"Oh Bulan, kenapa pesonanya begitu kuat, sampai aku terus memikirkannya. Ini tidak boleh berlanjut, aku harus menghapus bayang-bayang lelaki itu dari pikiranku. Tujuanku adalah mencari kerja, bukan mencari suami. Lagi pula, aku dan dia seperti langit dan bumi, Jomplang euy."***Sebastian dan Angga memperhatikan CV Hanum."Bagaimana denganmu, Om.""Ok, tak masalah. Tapi... om masih condong ke Aisyah." Jawab Om Reno. Lelaki paruh baya itu menaruh curiga pada Angga, karena sejak tadi Angga tak berhenti menatap foto Aisyah."Dia tak cocok di bagian keuangan, om. Aku tak setuju.""Lalu, Aisyah bagusnya kita letak dimana?""Dia akan aku..."Ketiga orang itu menunggu jawaban Angga yang menggantung. Dengan penasaran, Sebastian menghidupkan kamera, dia ingin memberi laporan pada Ara."Dia jadi sekretarisku saja,""Ha ha ha..." Tawa Sebastian langsung pecah.Om Reno dan Mita hanya terbengong. "Kau sudah memiliki Sebastian, Angga." Ujar Om Reno."Hmm... Aku butuh satu lagi, apalagi saat ini ak
Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah bisa membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu.'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.'***"Siapa sih, ganggu orang tidur saja," Umpat Aisyah kesal.Sejenak Aisyah terdiam membaca pesan tersebut. Dia mengulangi lagi kata-kata di benda pipihnya itu."Selamat Anda diterima di perusahaan Daffa Furniture, silahkan datang ke kantor jam tujuh tiga puluh." Aisyah kembali terdiam, kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan dan..."Aaa... Alhamdulillah ya Allah, makasih. Akhirnya..."Pagi harinya, Aisyah sudah siap dengan setelan blous berwarna peach di padu jilbab hitam, dia sengaja memakai sedikit make up agar tak terlihat pucat, Aisyah memang jarang memoles wajahnya, hari ini dia hanya ingin memberi kesan terbaik di hari pertama kerja, dia ingin membuktikan jika Daffa Furniture tidak salah sudah men
"Kalau cinta, Hargai dan biarkan bertumbuh. Sebab cinta bukan tentang memiliki akan tetapi tentang menghargai." *** "Kenapa melongo begitu? Kan sudah biasa aku menunggumu terlebih dahulu. Lagian tumben, terlambat sampai jam sembilan." Kata Reno dengan sedikit marah. "Hmm... Biasa, Om. Tadi malam begadang." Ucap Angga santai. Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu. 'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.' Batin Angga. Sebastian dan Om Reno saling lirik melihat Angga yang senyum-senyum sendiri tak seperti biasanya. "Kau sehat, Nak?" Angga terkesiap, tak seperti biasanya Reno memanggilnya dengan 'Nak', jika kata itu keluar maka ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, atau Reno mengetahui sesuatu yang sedang dia sembunyikan. "Hmm... Alhamdulillah aku sehat, Om." "Kalau sudah cinta bila
'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'---"Apa sih yang dia baca, serius amat, belum juga di kasih tugas udah pusing." Lirih Angga. Lelaki itu pun menoleh pada asisten pribadinya."Apa kau sudah memberi tugas pada Aisyah?"Tanya Angga.Sebastian menggeleng, "Aku ini tak sepertimu, bos. Tak akan aku siksa karyawan baru, aku sudah memberi tahu Mita, jika hari ini Aisyah hanya mempelajari pekerjaanmu, keperluanmu, makan siangmu dan..." Angga memicing tajam, "Dan apa?""Dan memberi tahunya jika kau itu bos galak dan keji." Kekeh Sebastian."Dasar gila." Umpat Angga.Kali ini dia mengalihkankan pandangannya, dia tak ingin terlalu lama memandang Aisyah, demi keamanan hatinya yang mulai tak wajar.DI meja kerjanya Aisyah terus mempelajari jadwal-jadwal rapat dan pertemuan Angga dengan perusahaan lain, kemudian dia tulis di buku kecil pribadinya, dia tulis dengan lengkap, jadwal mak
Muka tabung gas apanya sih, orang mukanya ganteng begitu, kaya Lee Min Ho kok. Mbak aja tuh yang rabun matanya, lelaki ganteng di bilang muka tabung gas, aneh.***Angga sedikit kecewa dengan pertanyaan Aisyah, kemudian dia pun berdiri dan kembali masuk ke ruangannya, membuat Aisyah melongo."Kamu boleh pulang." Titah Angga dingin.'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'Aisyah pun merapikan meja kerjanya, dan pulang dengan mengendarai ojek online.Sesampainya di rumah, Aisyah langsung membersihkan diri, lalu berbaring di atas kasur, merebahkan tubuhnya yang mulai letih.' Baru hari pertama, sabaaar... bener kata mbak Mita, kalau pak Angga itu super jutek, pokoknya dia itu dispenser, titik!!!' Batin Aisyah.Entah kenapa, gadis itu mengingat wajah Angga yang cepat berubah, dalam sekejap bisa berubah jutek dan dingin. ---Aisyah terbangun saat alarmnya berbunyi, dia bergerak ke
Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Jika kau ingin dapat lelaki sholeh, baik, kaya dan spek pangeran perbaiki dulu sikapmu, Nak. Dari sholatmu dan tingkah lakumu, baru kau bisa mendapatkan lelaki yang kau inginkan, kalau bahasa orang-orang zaman sekarang memantaskan diri."***"Aisyah... kenapa tak menjawabnya? kakiku sudah mulai gemetar." Kata Angga tertawa. Aisyah mengangguk. Tak terasa butir bening di matanya menetes, seperti anak kecil Aisyah tiba-tiba memeluk Angga dengan erat membuat Angga tersenyum meski kaget. Gadis itu sangat bahagia, setelah menyadari jika hatinya pun menginginkan Angga, lelaki yang sejak dulu dia kagumi. "Aku mencintaimu..." Bisik Angga membalas pelukan Aisyah.Aisyah terdiam sejenak, dia kehilangan kendali sampai memeluk atasannya dengan santai, Aisyah buru-buru melerai pelukan dan mengusap air mata yang tersisa, dengan canggung Aisyah berusaha tersenyum.Laki-laki dihadapannya saat ini adalah calon suami, yang dulu sangat ia kagumi. Siapa sangka jika semesta berpihak padanya.Malam sem
Aisyah memperhatikan punggung atasannya itu, lalu pandangannya turun ke tangan, Aisyah tersenyum. Hatinya menghangat, perlahan Aisyah merasakan ketenangan jika berada di dekat Angga. ***"Ok, kita makan steak saja ya ." Ucap Angga pada akhirnya.Dia sedang malas berdebat tentang makanan, saat ini Angga benar-benar lapar, tenaganya terkuras karena mengerjakan pekerjaan di kantor. Angga melihat Aisyah mengangguk dan hatinya kembali berdesir melihat senyuman di wajah Aisyah.'Ya Allah... Bisakah aku menikahi nya besok? rasanya sudah tak sabar untuk memeluknya.' Angga memberhentikan mobil di sebuah restoran khusus steak, dia keluar terlebih dahulu kemudian memutar membuka Pintu mobil untuk Aisyah. Dengan senyum simpul dia memberi kode agar turun, tapi Aisyah masih terdiam, dengan jarak yang begitu dekat, hati Aisyah berlahan kacau, seperti ada banyak kupu-kupu yang hinggap disana. 'Ini beneran pak Angga kah?' Batin Aisyah membeku.Angga mengibaskan tangannya di depan wajah Aisyah, sa
'Hadeeuh... Maklum terkuat di bumi ini memang aneh, di tanya selalu terserah, aku kan bingung.'***Dia pun meninggalkan lantai tujuh dan turun ke kantin sambil membawa bekalnya. Dia duduk di pojokan dengan perasaan bingung harus berbuat apa. Sudah beberapa kali Hanum merasa aneh dengan sikap Mita beberapa hari belakangan ini. 'Bu Mita seperti sedang melakukan sesuatu, tapi apa ya? Atau... dia cemburu dengan Aisyah? ya... ya... dugaanku bisa jadi benar, mungkin dia cemburu karena pak Angga memilih Aisyah menjadi tunangan nya.'Hanum menggeleng keras, berusaha menghindari pikirannya yang sedang kacau. Disisi lain, Aisyah sudah kembali ke ruangannya karena Sebastian datang dan ingin bicara berdua dengan Angga. Aisyah melirik ke ruangan Angga yang luas, kaca penghalang dia antara mereka berdua terbuka, Angga yang melarang Aisyah menutup tirai itu, dengan Alasan agar Angga bisa memantaunya. Awalnya, Aisyah risih namun saat melihat Angga yang fokus dengan beberapa berkas Aisyah pun bersy
'Ah dapat, ceroboh sekali Aisyah ini, dia tak memakai sandi di komputernya. ini sangat menguntungkan bagiku.' ***Angga menatapnya, wajah Aisyah seakan memiliki magnet tersendiri membuat Angga betah menatap bola mata gadis itu. Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Angga faham Aisyah masih sok dengan pengakuannya. "Karena kau adalah gadis yang aku pilih, cinta itu tak butuh alasan, Aisyah." Jawab Angga. "Tanpa sebab apapun itu, hatiku sudah memilihmu dari dulu, dari saat kau pertama kali berdiri di podium sebagai ketua OSIS."Aisyah tertegun, benarkah???Hening...."Kau pasti tak percaya jika aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku sudah hafal semua kegiatanmu, makanan favoritmu, pekerjaanmu sampai..."Aisyah mendelik, Angga bisa sampai sedetail itu, 'Pantas saja dia sudah tau rumahku, apa dia yang menguntitku malam itu juga?' Batin Aisyah. "Sampai apa, pak?""Sampai kebiasaanmu yang kentut sembarangan pun aku tahu." Ucap Angga datar.Aisyah mencebik, hal yang m
"Jika makan sambal buatanmu aku tak akan sakit perut, Aisyah."***Angga memijat pelipisnya, tiba-tiba saja kepalanya pening, disaat dia ingin dekat dengan Aisyah selalu saja ada masalah di perusahaan. Karena itu lah, dia selalu fokus bekerja agar perusahaan yang sudah dia bangun tidak bangkrut. Tapi, Angga merasa dirinya sudah mantap untuk menikah, wajar saja pikirannya terpecah memikirkan Aisyah dan berusaha mendekatinya.'Fokus Angga... Fokus, kau pasti bisa menyelesaikan nya.' Batin Angga.Angga menghempaskan tubuhnya di atas shofa, dibiarkannya Sebastian yang masih berkutat di depan laptop.---Beberapa hari berlalu, Aisyah dan Angga masih seperti biasa, layaknya atasan dan bawahan, hanya saja Angga tidak sedingin dulu, sesekali Angga memberi perhatian pada Aisyah. "Apa kau sudah makan?""Belum, pak." Jawab Aisyah. Meski seratus Angga adalah calon suami, Aisyah masih memanggilnya "Pak" di kantor dan Angga memakluminya. "Siang ini kita makan di luar ya, ada yang ingin saya bic
"Namanya juga manusia, Bro. Bisa khilaf apalagi jika dihadapkan dengan uang, semuanya bisa berubah. Lumrah bagi wanita jika dia ingin merawat diri dan shopping, tapi cara dia salah."***"Ya ya ya... aku percaya." Kekeh Aisyah.Keduanya asyik bercerita sampai tak sadar jika Angga memperhatikan Aisyah, lelaki itu seakan tak bosan memandang wanitanya. Merasa di pandang, Aisyah pun kembali menoleh ke arah calon suaminya itu, dia tersenyum simpul. 'Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum.' Batin Aisyah.Gadis itu kembali sibuk dengan teman-temannya. Dari kejauhan Ara dan juga Reno masih memperhatikan interaksi antara Aisyah dan Angga, yang sesekali saling lirik dan melempar senyum. Ara tahu, jika Angga tulus mencintai Aisyah. "Apa kita percepat saja pernikahan mereka?" Tanya Ara langsung.Geram sendiri dia dengan Angga, Mungkin karena Angga terlalu sibuk dan sudah biasa jutek p
Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum***Gadis itu menyelami mata sendu Angga, dia menemukan kejujuran dari setiap kata-kata nya dan... Aisyah terpesona. "Terimakasih, Pak. Telah memilihku untuk menjadi makmummu," Lirih Aisyah. Kata-kata Aisyah membuat Angga lega, setidaknya gadis itu sudah menerima pertunangan ini, meski mungkin Aisyah belum mencintainya. Angga bertekad untuk tetap menunggu wanitanya, sampai kapanpun Aisyah akan menjadi wanita teristimewa di hatinya. Aisyah kembali menunduk, dipandangnya jari yang sudah terpasang cincin berlian, dalam diam dia mengagumi benda itu. 'Cantik.'---Naufal tak melepaskan pandangannya dari wajah Aisyah, gadis itu begitu cantik dengan gaun peach dan jilbab yang senada, Aisyah selalu memakai make up yang sederhana tak menor seperti wanita lainnya. Dia hanya tak nyaman jika memakai lipstik atau bedak tebal. Lelaki itu mengagum
"Untuk Aisyah, calon istriku... calon ibu dari anak-anak ku, percaya lah setiap detak rahsa yang ada, cinta dan rinduku selalu bertambah untukmu."***Naufal tersenyum, memandang pantulan dirinya di cermin, dia terlihat tampan dengan kemeja batik, tak lupa Angga memakai kaca mata hitam. Dia menghubungi teman-teman satu divisi dan berencana berangkat bersama mereka.Di Hotel orang sudah mulai berdatangan, memang tak terlalu ramai, Angga hanya ingin mengenalkan pada kolega dan juga para karyawan Daffa furniture saja, apalagi saat tahu jika banyak karyawan lelaki yang melirik Aisyah. Angga sudah siap dengan setelan jas hitam, di kamar pribadinya Angga menyunggingkan senyum saat Sebastian memberi kabar bahwa Aisyah sudah tiba di lobi, dia pun memperbaiki rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Angga tersenyum di depan cermin, " Aisyah...Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku."---Di Aula yang sudah di set sedemikan rupa, Aisyah memandang takjub ruangan itu, Farha sang ibu juga