"Jomblo bukan berarti tak laku, tapi kita sebagai lelaki harus menjaga wibawa kita, jangan seperti play boy, lelaki cerdas itu harus punya taste, agar wanita yang melihat kita klepek-klepek"***"Tante..." panggil Fathan lagi, kali ini dia merenggangkan tangannya minta peluk. "Baiklah," Aisyah memeluk Fathan dengan senang hati. Namun siapa sangka jika Fathan membisikkan sesuatu hingga membuatnya terdiam. "Ssst... ini rahasia kita berdua, tante, Ok!' Ucap Fathan tertawa. Angga yang melihatnya pun mencebik. 'Asli nih bocil, aku saja belum penjajakan dia udah minta peluk aja.' Batin Angga kesal.Fathan berbalik dan menjulurkan lidahnya pada pamannya."Weeek...""Ish, siapa nih yang ngajarin bocil begini?" Tanya Angga pura-pura kesal. Rayyan dan yang lainnya hanya tertawa. "Dia itu seperti mu saat kecil, Angga. Jadi, tak usah kesal begitu." ucap Reno. Aisyah pun tertawa kecil mendengarnya, Sedangkan Angga hanya mendengus kesal. "Sudah-sudah berantem Mulu, Fathan... tak baik menjul
"Apanya yang tak cocok? menolong orang lain itu tidak di lihat dari busanannya, tapi cobalah kau lihat dari hatinya dan dari ketulusannya. Apa salahnya sih nerima pertolongan orang lain? Jangan menyusahkan diri sendiri, saya tulus membantumu""Coba kau fikir, jika kau mengangkat barang sebanyak ini, lalu kau penat dan jatuh sakit, bisa runyam urusannya, pekerjaan akan terbengkalai, kau sekretarisku, jadi... harus tetap sehat." ***Angga memijat pelipisnya, Dia juga tak tahu kenapa sulit sekali membuka hati untuk wanita, setelah berjumpa Aisyah delapan tahun yang lalu. Saat ini Aisyah sudah ada di depan mata, tapi dia ragu untuk mengungkapkan cinta. Aisyah menghela nafas, lalu memejamkan matanya, dari lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin sekali mendekati Aisyah. Angga kembali membuka ponsel, sebuah pesan masuk mengabarkan jika Aisyah tak langsung pulang ke rumah. Alisnya mengkerut, "Kemana nih anak orang?"Angga pun beranjak dari duduknya, menyambar jas dan tas kerjanya, lalu m
'Mencintaimu dalam diam adalah caraku, dan memintamu di sepertiga malam adalah usahaku, bagiku kau adalah wanita spesial maka untuk mendapatkanmu juga harus dengan spesial. Aisyah... Ku harap, kau benar-benar jodohku.' ***"Mari masuk, Nak." Ajak Farha."Maaf, Ibu. Bukan saya menolak, tapi saya harus segera pulang."Wanita paruh baya itu pun hanya mengangguk, Angga kembali berpamitan, dia melirik Aisyah yang menunduk dan memilin ujung jilbabnya, Angga tersenyum dan meninggalkan rumah Aisyah.'Ah, begini rasanya jatuh cinta, rasanya aku ingin lebih dekat lagi dengannya' Lirih Angga tertawa kecil.Dia pun menghidupkan musik, mendengarkan lagu favoritnya sambil membayangkan wajah Aisyah yang semakin melekat di pikirannya. Dalam hati, Angga berharap ada keajaiban yang dapat menyatukan cintanya.---Aisyah bangun lebih awal, apalagi hari ini dia harus mengikuti Angga untuk pertemuan dengan relasi bisnisnya dari Bandung, Aisyah membaca jadwalnya hari ini sambil sarapan, lumayan padat dan p
"Tak apa, bukankah ini yang dinamakan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dan saling membutuhkan, untukmu... aku akan melakukannya,'***"Apa ponselmu itu begitu penting, sampai kau senyum-senyum sendiri," Tanya Angga. Aisyah terkesiap, "Ma-maaf, Pak, saya hanya sedang membalas pesan ibu," Dusta Aisyah. "Pesan apa sampai membuatku tersenyum seperti itu?" "Hmm... Alhamdulillah Risol hari ini habis, Pak," Lirih Aisyah. "Ooo..." Sebastian hanya geleng-geleng kepala, 'Dasar nih, Bos. Malu-malu kucing, bilang aja cemburu sama HP,' Dalam diam Angga menyembunyikan debar di hatinya.---Aisyah memperhatikan poin-poin penting dari hasil pertemuan hari ini, gadis itu mengusap wajahnya gelisah."Ya Allah, begini rasanya jadi sekretaris, harus jeli rupanya, semangat Aisyah kita ulang lagi dari awal." Lirik Aisyah menyemangati diri sendiri. "Desain furniture sudah... perjanjian kerjasama sudah... harga sudah... pesanan sudah... Alhamdulillah sudah beres." Aisyah meletakkan penanya d
Sebagai lelaki sejati, dia tak ingin melihat wanita yang dia cinta tersakiti, apalagi sampai menangis, menjaga hati wanita sangatlah tak mudah, butuh kehati-hatian, karena hati wanita lembut, meski diluar nampak ceria tapi jika di cuekin tetap saja hatinya sedikit sakit.***"Bismillah... Semoga ini menjadi awal yang baik," Guman Angga. Malam ini, Sebastian pun mendampingi Angga, sebagai Asisten pribadinya Sebastian tak ingin terjadi hal-hal yang tak di inginkan. Sebastian berhenti tepat di lobi Rayyan Mall, disana Mita dan Aisyah sudah menunggu. Dengan gugup Aisyah memandang Angga yang keluar dari mobil, kedua mata nya bersitatap dengan Angga, dan..."Ya Tuhan... Betapa indah ciptaanmu, wanita yang begitu memikat hati, dia... seperti bidadari." Batin Angga terpesona.Hanya beberapa detik, Angga memperhatikan Aisyah, kemudian menunduk, begitu juga dengan Aisyah, gadis itu berjalan berlahan dengan pandangan mata tetap di bawah, Aisyah melangkah dengan ragu, malam ini dia bukan hanya
Angga menghela nafas sekali lagi. Entah kenapa di depan Aisyah dia selalu saja lemah, lelaki itu tak bisa melihat wajah Aisyah yang sedih. Angga pun menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya kembali, kali ini dia tak ingin banyak bicara, karena Angga tahu, apa yang di lakukannya malam ini salah, seharusnya Angga ingat waktu, karena Aisyah adalah wanita baik-baik yang tak pernah keluar malam.Sedangkan Aisyah malah merasa bersalah pada atasannya, tadi dia begitu kesal, namun mendengar Angga mengucapkan kata 'Maaf' hatinya tercubit."Maaf..." Lirih Aisyah, gadis itu menunduk sambil memilin jilbabnya. Hening...Ada yang teremas di dalam sana, Nyeri hati bagai ditusuk pisau saat melihat Aisyah menunduk dengan wajah lesu, sekali lagi Angga menghela nafas panjang, dia sadar bahwa dirinya yang harus menurunkan ego. 'Benar kata Om Reno, aku masih sangat miskin tentang wanita.'---"Langsung tidur ya, jangan lupa cuci tangan, cuci muka dan gosok gigi." Pesan Angga.Suaranya terdengar lebih
"Mereka tak memikirkan berkahnya hasil kerja keras, tapi mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi saja, sehingga melakukan korupsi. Padahal, hasil yang sedikit bisa membawa kebahagiaan dari pada harta yang melimpah tapi dari hasil korupsi"***Aisyah muram karena dia bingung untuk membayar uang sekolah adik-adiknya apalagi Azalea akan ujian praktek tentu membutuhkan biaya yang banyak, selain itu Aisyah tak ingin terlalu dekat dengan Angga, dia harus menjaga hati.Serba salah memang, tapi hanya itu yang dapat Aisyah lakukan, agar dia tak kecewa dengan perasaannya, Aisyah takut jika rasanya bertepuk sebelah tangan.Aisyah membaringkan tubuhnya diatas kasur, sebelumnya dia sudah cuci kaki dan gosok gigi, kemudian tersenyum karena dia mau mengikuti perintah Angga.---Angga baru saja ingin menghempaskan tubuhnya di atas kasur, sudah beberapa malam ini dia tak bisa tidur, banyak sekali pikiran yang mengganjal di kepalanya. Perusahaan yang akan dia buka di Surabaya butuh pengawasan yang
"Aku tahu, mungkin aku pecundang karena tak bisa mengutarakan cinta ini, tapi hatiku tetap berlabuh padamu, wanita yang sudah menarik seluruh perhatianku, rasaku sudah tak dapat di takar dengan apapun, semakin hari dia semakin bertambah, seiring angin berhembus, kau... tetap merajai hatiku"***"Seperti kasus 271 Triliun itu ya, om?" Tanya Sebastian terkekeh. "Yups, hidupnya bergelimang harta, sayangnya sumber uangnya dari uang haram," Angga terdiam, dia pun mulai memikirkan beberapa orang yang masuk dalam kategori 'Buncit' meski dia geli sendiri dengan pikirannya, tapi ada benarnya juga. "Tak mungkin dia pelakunya," Lirih Angga yang di dengar Sebastian. "Siapa?" Angga menggeleng. Tapi Sebastian masih memperhatikan wajah Angga yang gusar."Kalau kau belum mau mengatakan juga tak apa, Bro. Kadang... orang yang kita anggap baik malah menusuk dari belakang." Ujar Sebastian. Reno pun memandang Angga dengan tajam, "Apa kau mencurigai seseorang?" Angga mengangguk. "Tapi, aku belum ya
Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Jika kau ingin dapat lelaki sholeh, baik, kaya dan spek pangeran perbaiki dulu sikapmu, Nak. Dari sholatmu dan tingkah lakumu, baru kau bisa mendapatkan lelaki yang kau inginkan, kalau bahasa orang-orang zaman sekarang memantaskan diri."***"Aisyah... kenapa tak menjawabnya? kakiku sudah mulai gemetar." Kata Angga tertawa. Aisyah mengangguk. Tak terasa butir bening di matanya menetes, seperti anak kecil Aisyah tiba-tiba memeluk Angga dengan erat membuat Angga tersenyum meski kaget. Gadis itu sangat bahagia, setelah menyadari jika hatinya pun menginginkan Angga, lelaki yang sejak dulu dia kagumi. "Aku mencintaimu..." Bisik Angga membalas pelukan Aisyah.Aisyah terdiam sejenak, dia kehilangan kendali sampai memeluk atasannya dengan santai, Aisyah buru-buru melerai pelukan dan mengusap air mata yang tersisa, dengan canggung Aisyah berusaha tersenyum.Laki-laki dihadapannya saat ini adalah calon suami, yang dulu sangat ia kagumi. Siapa sangka jika semesta berpihak padanya.Malam sem
Aisyah memperhatikan punggung atasannya itu, lalu pandangannya turun ke tangan, Aisyah tersenyum. Hatinya menghangat, perlahan Aisyah merasakan ketenangan jika berada di dekat Angga. ***"Ok, kita makan steak saja ya ." Ucap Angga pada akhirnya.Dia sedang malas berdebat tentang makanan, saat ini Angga benar-benar lapar, tenaganya terkuras karena mengerjakan pekerjaan di kantor. Angga melihat Aisyah mengangguk dan hatinya kembali berdesir melihat senyuman di wajah Aisyah.'Ya Allah... Bisakah aku menikahi nya besok? rasanya sudah tak sabar untuk memeluknya.' Angga memberhentikan mobil di sebuah restoran khusus steak, dia keluar terlebih dahulu kemudian memutar membuka Pintu mobil untuk Aisyah. Dengan senyum simpul dia memberi kode agar turun, tapi Aisyah masih terdiam, dengan jarak yang begitu dekat, hati Aisyah berlahan kacau, seperti ada banyak kupu-kupu yang hinggap disana. 'Ini beneran pak Angga kah?' Batin Aisyah membeku.Angga mengibaskan tangannya di depan wajah Aisyah, sa
'Hadeeuh... Maklum terkuat di bumi ini memang aneh, di tanya selalu terserah, aku kan bingung.'***Dia pun meninggalkan lantai tujuh dan turun ke kantin sambil membawa bekalnya. Dia duduk di pojokan dengan perasaan bingung harus berbuat apa. Sudah beberapa kali Hanum merasa aneh dengan sikap Mita beberapa hari belakangan ini. 'Bu Mita seperti sedang melakukan sesuatu, tapi apa ya? Atau... dia cemburu dengan Aisyah? ya... ya... dugaanku bisa jadi benar, mungkin dia cemburu karena pak Angga memilih Aisyah menjadi tunangan nya.'Hanum menggeleng keras, berusaha menghindari pikirannya yang sedang kacau. Disisi lain, Aisyah sudah kembali ke ruangannya karena Sebastian datang dan ingin bicara berdua dengan Angga. Aisyah melirik ke ruangan Angga yang luas, kaca penghalang dia antara mereka berdua terbuka, Angga yang melarang Aisyah menutup tirai itu, dengan Alasan agar Angga bisa memantaunya. Awalnya, Aisyah risih namun saat melihat Angga yang fokus dengan beberapa berkas Aisyah pun bersy
'Ah dapat, ceroboh sekali Aisyah ini, dia tak memakai sandi di komputernya. ini sangat menguntungkan bagiku.' ***Angga menatapnya, wajah Aisyah seakan memiliki magnet tersendiri membuat Angga betah menatap bola mata gadis itu. Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Angga faham Aisyah masih sok dengan pengakuannya. "Karena kau adalah gadis yang aku pilih, cinta itu tak butuh alasan, Aisyah." Jawab Angga. "Tanpa sebab apapun itu, hatiku sudah memilihmu dari dulu, dari saat kau pertama kali berdiri di podium sebagai ketua OSIS."Aisyah tertegun, benarkah???Hening...."Kau pasti tak percaya jika aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku sudah hafal semua kegiatanmu, makanan favoritmu, pekerjaanmu sampai..."Aisyah mendelik, Angga bisa sampai sedetail itu, 'Pantas saja dia sudah tau rumahku, apa dia yang menguntitku malam itu juga?' Batin Aisyah. "Sampai apa, pak?""Sampai kebiasaanmu yang kentut sembarangan pun aku tahu." Ucap Angga datar.Aisyah mencebik, hal yang m
"Jika makan sambal buatanmu aku tak akan sakit perut, Aisyah."***Angga memijat pelipisnya, tiba-tiba saja kepalanya pening, disaat dia ingin dekat dengan Aisyah selalu saja ada masalah di perusahaan. Karena itu lah, dia selalu fokus bekerja agar perusahaan yang sudah dia bangun tidak bangkrut. Tapi, Angga merasa dirinya sudah mantap untuk menikah, wajar saja pikirannya terpecah memikirkan Aisyah dan berusaha mendekatinya.'Fokus Angga... Fokus, kau pasti bisa menyelesaikan nya.' Batin Angga.Angga menghempaskan tubuhnya di atas shofa, dibiarkannya Sebastian yang masih berkutat di depan laptop.---Beberapa hari berlalu, Aisyah dan Angga masih seperti biasa, layaknya atasan dan bawahan, hanya saja Angga tidak sedingin dulu, sesekali Angga memberi perhatian pada Aisyah. "Apa kau sudah makan?""Belum, pak." Jawab Aisyah. Meski seratus Angga adalah calon suami, Aisyah masih memanggilnya "Pak" di kantor dan Angga memakluminya. "Siang ini kita makan di luar ya, ada yang ingin saya bic
"Namanya juga manusia, Bro. Bisa khilaf apalagi jika dihadapkan dengan uang, semuanya bisa berubah. Lumrah bagi wanita jika dia ingin merawat diri dan shopping, tapi cara dia salah."***"Ya ya ya... aku percaya." Kekeh Aisyah.Keduanya asyik bercerita sampai tak sadar jika Angga memperhatikan Aisyah, lelaki itu seakan tak bosan memandang wanitanya. Merasa di pandang, Aisyah pun kembali menoleh ke arah calon suaminya itu, dia tersenyum simpul. 'Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum.' Batin Aisyah.Gadis itu kembali sibuk dengan teman-temannya. Dari kejauhan Ara dan juga Reno masih memperhatikan interaksi antara Aisyah dan Angga, yang sesekali saling lirik dan melempar senyum. Ara tahu, jika Angga tulus mencintai Aisyah. "Apa kita percepat saja pernikahan mereka?" Tanya Ara langsung.Geram sendiri dia dengan Angga, Mungkin karena Angga terlalu sibuk dan sudah biasa jutek p
Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum***Gadis itu menyelami mata sendu Angga, dia menemukan kejujuran dari setiap kata-kata nya dan... Aisyah terpesona. "Terimakasih, Pak. Telah memilihku untuk menjadi makmummu," Lirih Aisyah. Kata-kata Aisyah membuat Angga lega, setidaknya gadis itu sudah menerima pertunangan ini, meski mungkin Aisyah belum mencintainya. Angga bertekad untuk tetap menunggu wanitanya, sampai kapanpun Aisyah akan menjadi wanita teristimewa di hatinya. Aisyah kembali menunduk, dipandangnya jari yang sudah terpasang cincin berlian, dalam diam dia mengagumi benda itu. 'Cantik.'---Naufal tak melepaskan pandangannya dari wajah Aisyah, gadis itu begitu cantik dengan gaun peach dan jilbab yang senada, Aisyah selalu memakai make up yang sederhana tak menor seperti wanita lainnya. Dia hanya tak nyaman jika memakai lipstik atau bedak tebal. Lelaki itu mengagum
"Untuk Aisyah, calon istriku... calon ibu dari anak-anak ku, percaya lah setiap detak rahsa yang ada, cinta dan rinduku selalu bertambah untukmu."***Naufal tersenyum, memandang pantulan dirinya di cermin, dia terlihat tampan dengan kemeja batik, tak lupa Angga memakai kaca mata hitam. Dia menghubungi teman-teman satu divisi dan berencana berangkat bersama mereka.Di Hotel orang sudah mulai berdatangan, memang tak terlalu ramai, Angga hanya ingin mengenalkan pada kolega dan juga para karyawan Daffa furniture saja, apalagi saat tahu jika banyak karyawan lelaki yang melirik Aisyah. Angga sudah siap dengan setelan jas hitam, di kamar pribadinya Angga menyunggingkan senyum saat Sebastian memberi kabar bahwa Aisyah sudah tiba di lobi, dia pun memperbaiki rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Angga tersenyum di depan cermin, " Aisyah...Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku."---Di Aula yang sudah di set sedemikan rupa, Aisyah memandang takjub ruangan itu, Farha sang ibu juga