Sebagai lelaki sejati, dia tak ingin melihat wanita yang dia cinta tersakiti, apalagi sampai menangis, menjaga hati wanita sangatlah tak mudah, butuh kehati-hatian, karena hati wanita lembut, meski diluar nampak ceria tapi jika di cuekin tetap saja hatinya sedikit sakit.***"Bismillah... Semoga ini menjadi awal yang baik," Guman Angga. Malam ini, Sebastian pun mendampingi Angga, sebagai Asisten pribadinya Sebastian tak ingin terjadi hal-hal yang tak di inginkan. Sebastian berhenti tepat di lobi Rayyan Mall, disana Mita dan Aisyah sudah menunggu. Dengan gugup Aisyah memandang Angga yang keluar dari mobil, kedua mata nya bersitatap dengan Angga, dan..."Ya Tuhan... Betapa indah ciptaanmu, wanita yang begitu memikat hati, dia... seperti bidadari." Batin Angga terpesona.Hanya beberapa detik, Angga memperhatikan Aisyah, kemudian menunduk, begitu juga dengan Aisyah, gadis itu berjalan berlahan dengan pandangan mata tetap di bawah, Aisyah melangkah dengan ragu, malam ini dia bukan hanya
Angga menghela nafas sekali lagi. Entah kenapa di depan Aisyah dia selalu saja lemah, lelaki itu tak bisa melihat wajah Aisyah yang sedih. Angga pun menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya kembali, kali ini dia tak ingin banyak bicara, karena Angga tahu, apa yang di lakukannya malam ini salah, seharusnya Angga ingat waktu, karena Aisyah adalah wanita baik-baik yang tak pernah keluar malam.Sedangkan Aisyah malah merasa bersalah pada atasannya, tadi dia begitu kesal, namun mendengar Angga mengucapkan kata 'Maaf' hatinya tercubit."Maaf..." Lirih Aisyah, gadis itu menunduk sambil memilin jilbabnya. Hening...Ada yang teremas di dalam sana, Nyeri hati bagai ditusuk pisau saat melihat Aisyah menunduk dengan wajah lesu, sekali lagi Angga menghela nafas panjang, dia sadar bahwa dirinya yang harus menurunkan ego. 'Benar kata Om Reno, aku masih sangat miskin tentang wanita.'---"Langsung tidur ya, jangan lupa cuci tangan, cuci muka dan gosok gigi." Pesan Angga.Suaranya terdengar lebih
"Mereka tak memikirkan berkahnya hasil kerja keras, tapi mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi saja, sehingga melakukan korupsi. Padahal, hasil yang sedikit bisa membawa kebahagiaan dari pada harta yang melimpah tapi dari hasil korupsi"***Aisyah muram karena dia bingung untuk membayar uang sekolah adik-adiknya apalagi Azalea akan ujian praktek tentu membutuhkan biaya yang banyak, selain itu Aisyah tak ingin terlalu dekat dengan Angga, dia harus menjaga hati.Serba salah memang, tapi hanya itu yang dapat Aisyah lakukan, agar dia tak kecewa dengan perasaannya, Aisyah takut jika rasanya bertepuk sebelah tangan.Aisyah membaringkan tubuhnya diatas kasur, sebelumnya dia sudah cuci kaki dan gosok gigi, kemudian tersenyum karena dia mau mengikuti perintah Angga.---Angga baru saja ingin menghempaskan tubuhnya di atas kasur, sudah beberapa malam ini dia tak bisa tidur, banyak sekali pikiran yang mengganjal di kepalanya. Perusahaan yang akan dia buka di Surabaya butuh pengawasan yang
"Aku tahu, mungkin aku pecundang karena tak bisa mengutarakan cinta ini, tapi hatiku tetap berlabuh padamu, wanita yang sudah menarik seluruh perhatianku, rasaku sudah tak dapat di takar dengan apapun, semakin hari dia semakin bertambah, seiring angin berhembus, kau... tetap merajai hatiku"***"Seperti kasus 271 Triliun itu ya, om?" Tanya Sebastian terkekeh. "Yups, hidupnya bergelimang harta, sayangnya sumber uangnya dari uang haram," Angga terdiam, dia pun mulai memikirkan beberapa orang yang masuk dalam kategori 'Buncit' meski dia geli sendiri dengan pikirannya, tapi ada benarnya juga. "Tak mungkin dia pelakunya," Lirih Angga yang di dengar Sebastian. "Siapa?" Angga menggeleng. Tapi Sebastian masih memperhatikan wajah Angga yang gusar."Kalau kau belum mau mengatakan juga tak apa, Bro. Kadang... orang yang kita anggap baik malah menusuk dari belakang." Ujar Sebastian. Reno pun memandang Angga dengan tajam, "Apa kau mencurigai seseorang?" Angga mengangguk. "Tapi, aku belum ya
"Aku akan meresmikan pertungan kita, dan bagiku kau adalah pasangan hidupku, sudah lama aku memintamu pada sang pemilik cinta, sampai pada akhirnya kau berada di hadapanku. Jadi, kali ini aku tak akan melepaskanmu dan tak akan membiarkanmu jauh dari depan mataku. Kau... Akan selalu ada di sampingmu, menjadi tunanganku, menjadi calon istriku, dan menjadi calon ibu dari anak-anakku." ***'Kenapa dia senyum-senyum sendiri? Apa dia sedang berbalas pesan dengan Naufal? ini tak bisa dibiarkan.' Batin Angga memanas.Tanpa mendengar cerita dari Sebastian, Angga langsung menutup Telpon Sebastian, lelaki itu menekan tombol interkom dan memanggil Aisyah."Aisyah, silahkan masuk, dan... Bawa coklat dingin ke ruangan saya." Titah Angga dingin. Mendengar namanya di panggil, Aisyah pun meletakkan ponsel di atas meja, dengan sigap Aisyah ke pantry di lantai tujuh, membuat coklat dingin kesukaan Angga.Angga menarik nafas panjang-panjang untuk menenangkan hatinya, tetap saja ada yang terbakar disana
"Maukah kau menjadikanku imammu? menjadi ibu dari anak-anakku, kita kan menjalani hidup berdua, bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga."***"Hmm... Maaf, Pak. Aku bisa jalan sendiri, tak perlu di gandeng." Kata Aisyah.Langkah Angga terhenti, dan memandang tangannya, benar saja sedari tadi Angga tak melepaskan tangan Aisyah."Maaf." Ucap Angga melepaskan genggamannya.Lelaki itu kembali jalan lalu tersenyum sedikit, sentuhan tangan tadi membuat jantung dan hatinya tak aman, ada getaran aneh yang selalu muncul saat Angga berada di sisi Aisyah.Begitu juga dengan Aisyah, gadis itu menunduk saat keduanya sudah berada di dalam lift. Dia tak berani mengangkat wajah, ada rona merah disana, yang mungkin saja terlambat datang.'Ya Tuhan... mimpi apa aku kemarin?' Batin Aisyah,Keduanya membisu di dalam lift, sampai akhirnya sampai di basement, Angga menuju parkir khusus CEO, lalu menekan kunci mobil dia membuka pintu untuk Aisyah, melihat hanya terdiam dia pun memberi kode dengan matan
"Rupanya orang terdekat bisa menjadi pisau belati di belakang, dia orang kepercayaan tapi dia juga yang menikam Angga dari belakang. sungguh di luar dugaan."***Aisyah melirik Angga yang begitu santai menikmati es krimnya, dia menyunggingkan senyum. Betapa dirinya beruntung dicintai oleh lelaki seperti Angga, Aisyah bertanya-tanya apa dia juga akan mencintainya? Aisyah merasa ini terlalu cepat dan membuatnya ragu. Namun, Aisyah dapat meresakan binar kebahagiaan dari wajah atasannya itu. 'Jika wajah bapak seperti ini terus, siapa yang tak meleleh melihatnya?' Batin Aisyah.Aisyah terdiam membeku, saat tiba-tiba Angga menoleh dan mendekatkan wajahnya, kedua mata Aisyah mengerjap, membuat Angga menarik senyuman, gadis di hadapannya saat ini sangat menggemaskan."Sudah waktunya pulang, apa kamu masih mau disini?" Tanya Angga dingin.Nada bicara nya tak selembut tadi, Angga kembali ke setelan awal dan membuat Aisyah mencebik. "Dasar kulkas sepuluh pintu!." Umpat Aisyah.Namun, Aisyah b
" jika datang kepada mu seorang laki-laki yang baik agamanya, nasabnya maka diterima, jangan menolak Rizki. Bukankah cinta juga akan datang seiring perjalanan waktu? Layaknya pasangan yang melakukan ta'aruf.''***Angga menghela nafas panjang, kemudian menghirup udara malam."Aku tahu, mungkin ini menurutmu main-main, Aisyah. tapi sungguh cintaku tak pernah main-main. Aku mencintaimu dari dulu, dari dirimu berseragam abu-abu hingga saat ini. kau terlihat manis dan menggemaskan." Guman Angga. Lelaki itu tersenyum. Membayangkan wajah Aisyah yang manis. Pada Akhirnya, Angga kalah dengan rencana awalnya, dia ingin lebih cepat berada disisi Aisyah, sampai nekad mengajaknya bertunangan. ---Pagi menyingsing, tubuh Aisyah terasa berat untuk bangun dari tempat tidurnya, tadi malam dia merasakan mimpi yang aneh sampai membuatnya terbangun tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Setelah shalat subuh Aisyah baru bisa memejamkan mata lagi. Ketukan pintu berulang-ulang membuatnya terpaksa ban
Malam ini, kau akan menjadi istri seorang pengusaha, Aisyah. kehidupan nya dan kehidupan kita sangat berbeda, jadi ibu harap kau bisa menjadi istri yang baik bagi pak Angga, menyiapkan bajunya, sarapannya, menyambutnya dengan senyuman. Jangan pernah kau tinggikan suaramu dari suami mu, nak."***Azalea hanya nyengir saja. Dalam diam Aisyah merenungi kata-kata Farha dan juga pamannya. Selama ini dia memang tak pernah mematok standar pasangannya, dia hanya fokus bekerja dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik, dan Allah mendatangkan pasangan yang begitu tampan mendekati sempurna. Aisyah tersenyum, dia sangat bahagia melihat semua keluarganya juga bahagia atas pernikahannya. "Ya Allah... Terimakasih kau mengirimkan Mas Angga dalam hidupku, kau memberiku kehabagiaan yang berlipat ganda." Aisyah pun pamit kembali ke kamar karena merasakan handphone nya bergetar, dia melihat layar dan Angga menelpon. Dia tersenyum tiba-tiba saja jantungnya berdebar. "Duh, ini hanya panggilan telepo
"Jika kau ingin dapat lelaki sholeh, baik, kaya dan spek pangeran perbaiki dulu sikapmu, Nak. Dari sholatmu dan tingkah lakumu, baru kau bisa mendapatkan lelaki yang kau inginkan, kalau bahasa orang-orang zaman sekarang memantaskan diri."***"Aisyah... kenapa tak menjawabnya? kakiku sudah mulai gemetar." Kata Angga tertawa. Aisyah mengangguk. Tak terasa butir bening di matanya menetes, seperti anak kecil Aisyah tiba-tiba memeluk Angga dengan erat membuat Angga tersenyum meski kaget. Gadis itu sangat bahagia, setelah menyadari jika hatinya pun menginginkan Angga, lelaki yang sejak dulu dia kagumi. "Aku mencintaimu..." Bisik Angga membalas pelukan Aisyah.Aisyah terdiam sejenak, dia kehilangan kendali sampai memeluk atasannya dengan santai, Aisyah buru-buru melerai pelukan dan mengusap air mata yang tersisa, dengan canggung Aisyah berusaha tersenyum.Laki-laki dihadapannya saat ini adalah calon suami, yang dulu sangat ia kagumi. Siapa sangka jika semesta berpihak padanya.Malam sem
Aisyah memperhatikan punggung atasannya itu, lalu pandangannya turun ke tangan, Aisyah tersenyum. Hatinya menghangat, perlahan Aisyah merasakan ketenangan jika berada di dekat Angga. ***"Ok, kita makan steak saja ya ." Ucap Angga pada akhirnya.Dia sedang malas berdebat tentang makanan, saat ini Angga benar-benar lapar, tenaganya terkuras karena mengerjakan pekerjaan di kantor. Angga melihat Aisyah mengangguk dan hatinya kembali berdesir melihat senyuman di wajah Aisyah.'Ya Allah... Bisakah aku menikahi nya besok? rasanya sudah tak sabar untuk memeluknya.' Angga memberhentikan mobil di sebuah restoran khusus steak, dia keluar terlebih dahulu kemudian memutar membuka Pintu mobil untuk Aisyah. Dengan senyum simpul dia memberi kode agar turun, tapi Aisyah masih terdiam, dengan jarak yang begitu dekat, hati Aisyah berlahan kacau, seperti ada banyak kupu-kupu yang hinggap disana. 'Ini beneran pak Angga kah?' Batin Aisyah membeku.Angga mengibaskan tangannya di depan wajah Aisyah, sa
'Hadeeuh... Maklum terkuat di bumi ini memang aneh, di tanya selalu terserah, aku kan bingung.'***Dia pun meninggalkan lantai tujuh dan turun ke kantin sambil membawa bekalnya. Dia duduk di pojokan dengan perasaan bingung harus berbuat apa. Sudah beberapa kali Hanum merasa aneh dengan sikap Mita beberapa hari belakangan ini. 'Bu Mita seperti sedang melakukan sesuatu, tapi apa ya? Atau... dia cemburu dengan Aisyah? ya... ya... dugaanku bisa jadi benar, mungkin dia cemburu karena pak Angga memilih Aisyah menjadi tunangan nya.'Hanum menggeleng keras, berusaha menghindari pikirannya yang sedang kacau. Disisi lain, Aisyah sudah kembali ke ruangannya karena Sebastian datang dan ingin bicara berdua dengan Angga. Aisyah melirik ke ruangan Angga yang luas, kaca penghalang dia antara mereka berdua terbuka, Angga yang melarang Aisyah menutup tirai itu, dengan Alasan agar Angga bisa memantaunya. Awalnya, Aisyah risih namun saat melihat Angga yang fokus dengan beberapa berkas Aisyah pun bersy
'Ah dapat, ceroboh sekali Aisyah ini, dia tak memakai sandi di komputernya. ini sangat menguntungkan bagiku.' ***Angga menatapnya, wajah Aisyah seakan memiliki magnet tersendiri membuat Angga betah menatap bola mata gadis itu. Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya berlahan. Angga faham Aisyah masih sok dengan pengakuannya. "Karena kau adalah gadis yang aku pilih, cinta itu tak butuh alasan, Aisyah." Jawab Angga. "Tanpa sebab apapun itu, hatiku sudah memilihmu dari dulu, dari saat kau pertama kali berdiri di podium sebagai ketua OSIS."Aisyah tertegun, benarkah???Hening...."Kau pasti tak percaya jika aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku sudah hafal semua kegiatanmu, makanan favoritmu, pekerjaanmu sampai..."Aisyah mendelik, Angga bisa sampai sedetail itu, 'Pantas saja dia sudah tau rumahku, apa dia yang menguntitku malam itu juga?' Batin Aisyah. "Sampai apa, pak?""Sampai kebiasaanmu yang kentut sembarangan pun aku tahu." Ucap Angga datar.Aisyah mencebik, hal yang m
"Jika makan sambal buatanmu aku tak akan sakit perut, Aisyah."***Angga memijat pelipisnya, tiba-tiba saja kepalanya pening, disaat dia ingin dekat dengan Aisyah selalu saja ada masalah di perusahaan. Karena itu lah, dia selalu fokus bekerja agar perusahaan yang sudah dia bangun tidak bangkrut. Tapi, Angga merasa dirinya sudah mantap untuk menikah, wajar saja pikirannya terpecah memikirkan Aisyah dan berusaha mendekatinya.'Fokus Angga... Fokus, kau pasti bisa menyelesaikan nya.' Batin Angga.Angga menghempaskan tubuhnya di atas shofa, dibiarkannya Sebastian yang masih berkutat di depan laptop.---Beberapa hari berlalu, Aisyah dan Angga masih seperti biasa, layaknya atasan dan bawahan, hanya saja Angga tidak sedingin dulu, sesekali Angga memberi perhatian pada Aisyah. "Apa kau sudah makan?""Belum, pak." Jawab Aisyah. Meski seratus Angga adalah calon suami, Aisyah masih memanggilnya "Pak" di kantor dan Angga memakluminya. "Siang ini kita makan di luar ya, ada yang ingin saya bic
"Namanya juga manusia, Bro. Bisa khilaf apalagi jika dihadapkan dengan uang, semuanya bisa berubah. Lumrah bagi wanita jika dia ingin merawat diri dan shopping, tapi cara dia salah."***"Ya ya ya... aku percaya." Kekeh Aisyah.Keduanya asyik bercerita sampai tak sadar jika Angga memperhatikan Aisyah, lelaki itu seakan tak bosan memandang wanitanya. Merasa di pandang, Aisyah pun kembali menoleh ke arah calon suaminya itu, dia tersenyum simpul. 'Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum.' Batin Aisyah.Gadis itu kembali sibuk dengan teman-temannya. Dari kejauhan Ara dan juga Reno masih memperhatikan interaksi antara Aisyah dan Angga, yang sesekali saling lirik dan melempar senyum. Ara tahu, jika Angga tulus mencintai Aisyah. "Apa kita percepat saja pernikahan mereka?" Tanya Ara langsung.Geram sendiri dia dengan Angga, Mungkin karena Angga terlalu sibuk dan sudah biasa jutek p
Ya Allah...Semoga saja dia benar-benar jodohku, Tapi... ah, sabar Aisyah jangan terburu-buru menyimpulkan perasaanmu, mungkin ini hanya sekedar kagum***Gadis itu menyelami mata sendu Angga, dia menemukan kejujuran dari setiap kata-kata nya dan... Aisyah terpesona. "Terimakasih, Pak. Telah memilihku untuk menjadi makmummu," Lirih Aisyah. Kata-kata Aisyah membuat Angga lega, setidaknya gadis itu sudah menerima pertunangan ini, meski mungkin Aisyah belum mencintainya. Angga bertekad untuk tetap menunggu wanitanya, sampai kapanpun Aisyah akan menjadi wanita teristimewa di hatinya. Aisyah kembali menunduk, dipandangnya jari yang sudah terpasang cincin berlian, dalam diam dia mengagumi benda itu. 'Cantik.'---Naufal tak melepaskan pandangannya dari wajah Aisyah, gadis itu begitu cantik dengan gaun peach dan jilbab yang senada, Aisyah selalu memakai make up yang sederhana tak menor seperti wanita lainnya. Dia hanya tak nyaman jika memakai lipstik atau bedak tebal. Lelaki itu mengagum
"Untuk Aisyah, calon istriku... calon ibu dari anak-anak ku, percaya lah setiap detak rahsa yang ada, cinta dan rinduku selalu bertambah untukmu."***Naufal tersenyum, memandang pantulan dirinya di cermin, dia terlihat tampan dengan kemeja batik, tak lupa Angga memakai kaca mata hitam. Dia menghubungi teman-teman satu divisi dan berencana berangkat bersama mereka.Di Hotel orang sudah mulai berdatangan, memang tak terlalu ramai, Angga hanya ingin mengenalkan pada kolega dan juga para karyawan Daffa furniture saja, apalagi saat tahu jika banyak karyawan lelaki yang melirik Aisyah. Angga sudah siap dengan setelan jas hitam, di kamar pribadinya Angga menyunggingkan senyum saat Sebastian memberi kabar bahwa Aisyah sudah tiba di lobi, dia pun memperbaiki rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Angga tersenyum di depan cermin, " Aisyah...Aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku."---Di Aula yang sudah di set sedemikan rupa, Aisyah memandang takjub ruangan itu, Farha sang ibu juga