Home / Pendekar / Janu: Tahap Awal / CP 72. Desa Mati

Share

CP 72. Desa Mati

Author: Moa
last update Last Updated: 2021-06-20 09:23:46

"Kenapa kalian terburu buru ingin kembali ke Perguruan Pinus Angin?" Tanya Mpu Marhantika.

Sehari sejak Janu mencapai tingkat penguatan energi, keempatnya langsung berencana untuk segera kembali ke Perguruan Pinus Angin. Mereka sudah bersiap di depan rumah tamu untuk pergi.

"Disini tugas kami sudah selesai mpu. Kami ingin segera melapor kepada guru kami." Jawab Janu.

"Tinggallah disini beberapa hari lagi!"

"Maaf mpu, kami benar benar tidak bisa. Kami harus segera kembali." Tegas Janu bersikukuh.

"Huft, dasar anak muda! Santai sedikit saja tidak mau." Ucap sang empu ketus.

"Sekali lagi maafkan kami Mpu Marhantika." Sambil terus meminta maaf Janu memberi hormat.

"Baik, baik. Aku paham." Ujar sang mpu kemudian.

"Kalian pergilah! Tapi kalau ada waktu, kembali lagi kemari." Lanjutnya.

"Terima kasih mpu, atas kesediaannya menerima kami beberapa hari ini. Kalau memang waktu mengijinkan, kami siap bekerjasama dengan Perguruan Pe

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janu: Tahap Awal   CP 73. Korban

    Janu curiga saat dia menemukan seonggok mayat terbujur kaku di depan sebuah rumah. Ditambah dengan kondisi mayat yang sangat mengenaskan, membuatnya yakin kalau mayat itu adalah korban penggunaan ilmu hitam, sama seperti kejadian wabah misterius empat tahun lalu.Dia pun menduga bahwa korban lainnya mungkin saja dikumpulkan di dalam rumah di dekat mayat yang mereka temukan.Mereka pun bergerak. Rangin segera maju mendobrak pintu rumah yang tertutup rapat. Bau tidak sedap semakin menyeruak menusuk hidung.Benar saja, di dalam rumah mereka melihat tumpukan mayat bergelimpangan. Tua muda semua tewas di dalam rumah. Kondisi mereka seperti mayat yang ditemukan di depan rumah.Kebanyakan mayat ditemukan dengan kondisi kesakitan. Ada dua mayat lelaki dan wanita tua yang tergeletak di atas dipan di dalam sebuah kamar. Kemungkinan itu adalah pasangan suami istri pemilik rumah. Di atap ruang depan bolong.'Semua warga tewas disini. Mungkin mayat yang ada di

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 74. Kehebohan Di Kademangan

    "Bagaimana? Apa kalian mendapat informasi yang bagus?" Tanya Janu saat mengetahui Rangin dan Malya datang.Mereka berempat berkumpul di sebuah hutan di dekat sebuah desa di Kademangan Vriloka."Kami sudah berhasil mendapat nama nama dan wilayah dimana wabah itu muncul." Jawab Rangin."Lalu?""Apa kau tahu yang kami temukan?" Ujar Malya sambil tersenyum."Apa?" Sahut Janu dan Wulung berbarengan."Kita kan sudah mengingat gambaran keseluruhan daerah sini dari kitab yang kita pinjam di pusat kitab. Kami sudah membayangkan letak dari desa desa yang terkena wabah. Apabila digambarkan, wabah itu membentuk suatu pola. Dari sana akan diketahui mana saja daerah yang akan terkena wabah selanjutnya." Terang Malya."Teruskan!" Ujar Janu semakin tertarik."Kesimpulan yang berhasil kami ambil adalah... Target selanjutnya kemunculan wabah itu ada di pusat Kademangan Vriloka.""Menarik!" Janu sedikit memicingkan mata."Kalau begi

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 75. Musuh Lama

    Rangin dan Wulung bergerak menuju ke pusat kabut, dimana kepulan kabut hitam tebal sangat terasa hingga hampir membutakan mata.Untung saja kemampuan mereka sudah mencapai tingkat penguatan energi, jadi semakin mudah menjaga tubuh mereka dari racun kabut tersebut.Masuk ke dalam kabut hitam, keduanya terus mencari lokasi titik pusat dari kabut. Sepanjang jalan mereka menjumpai ada beberapa warga yang tidak selamat dan tergeletak di tengah jalan.Di dalam kabut, mereka tiba di titik pusat kabut tersebut. Dengan intuisinya, mereka terus berjalan sambil mengamati sekeliling. Disana mereka berpencar. Rangin masuk ke sebuah rumah warga, sementara Wulung berjalan menyusuri lorong.Saat menyusuri jalanan, tak lupa Wulung menggeledah tempat jualan dan gerobak pedagang yang ditinggal pemiliknya. Dia membuka isi dari barang barang jualan para pedagang.Beruntung sekali, beberapa kali Wulung menggeledah gerobak gerobak pedagang, dia akhirnya menemukan b

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 76. Amarah Wulung

    Janu dan para sahabatnya berjalan mengendap endap mendekati kerumunan orang di tengah hutan. Mereka lantas bersembunyi di balik semak, berusaha menguping pembicaraan.Seorang sosok berjubah hitam berdiri di tengah kerumunan. Di hadapannya, membelakangi keempat remaja, sosok lain berjubah kelabu tengah dimaki habis habisan oleh sosok berjubah hitam di depannya. Sementara orang orang yang mengerumuni mereka tampak ketakutan sambil menundukkan wajah.Sekilas Janu dan kawan kawannya melihat wajah sosok berjubah hitam. Mereka bertiga seperti mengenal dengan sosok tersebut. Dia bukan lain adalah Salwaka, si penganut ilmu hitam, murid Perguruan Lembah Ular.Dari sini terkuak sudah siapa dalang di balik wabah mematikan di Kademangan Vriloka. Salwaka, lelaki yang dahulu menyerang Masin dengan wabah yang sama, kini sudah kembali muncul ke permukaan.Janu dan kawan kawan terus menguping pembicaraan mereka. Dia tidak mau gegabah menyerang musuhnya secara langsung. Di

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 77. Tipu Muslihat

    Satu orang remaja muncul dari balik semak, menghajar orang orang yang tengah kesakitan sehabis meminum ramuan misterius. Diikuti oleh tiga remaja lain yang juga maju melawan musuh musuhnya itu.Selepas melewati dan menghajar beberapa orang, Wulung menghampiri Jalada. Seperti banteng mengamuk, dia maju tanpa kenal takut. Pikirannya sudah dikendalikan emosi. Remaja kecil itu berusaha menyerang Jalada yang masih meringkuk kesakitan.Saat akhirnya dia berhadapan dengan Jalada, sesuatu terjadi.Dia melihat wajah Jalada tersenyum lebar. Terlihat gigi gigi hitam yang menjijikan dari balik senyumnya. Sesaat Jalada mendongak. Matanya jalang, melirik ke arah Wulung. Dia tertawa terkikik."Hihihi... Para ikan terpancing juga!" Ujarnya."Apa... Apa maksudmu?!" Teriak Wulung masih emosi.Janu dan kedua kawan yang lain mulai panik. Melihat gerak gerik Jalada yang seperti itu membuat mereka tersadar. Mereka telah termakan oleh tipuan orang orang ini.

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 78. Musuh Kuat Bergerak

    Separuh energi telah terkuras saat Wulung akhirnya kembali maju ke medan perkelahian. Kini keempatnya memiliki kesempatan untuk keluar dari kepungan.Jalada melihat anak buahnya masih tidak sanggup menembus pertahanan keempat remaja itu. Lelaki itu berteriak teriak tidak sabaran. Dia memaki maki Janu dan kawan kawannya dengan ucapan yang kasar."Bajingan kalian antek Mataram! Berani beraninya kalian mengganggu pekerjaan kami!"Disini Jalada ragu anak buahnya mampu menghabisi keempat remaja itu. Dia yang kaget dengan kemampuan mereka yakin kalau para remaja ini bisa meloloskan diri. Melihat kekuatan anak buahnya dan kemampuan musuh membuatnya sedikit kecut."Huft, Lama sekali kalian! Bagaimana kalau kami ikut masuk ke dalam pertarungan?" Sambil mendesah, Salwaka berbicara kepada Jalada."Belum saatnya kau ikut campur, Salwaka." Gerutu Jalada."Alah, lama! Ayo sekarang kita serang saja." Ujar Salwaka.Disini Jalada mau tidak mau masuk k

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 79. Mbah Bogel

    Wulung lengah, dia terlambat menyadari tombak yang diayunkan ke kepalanya. Dia yang sudah kelelahan kaget dengan serangan itu. Reflek tangannya ke atas, berusaha menahan serangan itu.'Prakk!'Benturan pun tidak terelakkan. Tangan Wulung sedikit bengkok akibat hantaman tombak, mungkin saja tulangnya patah. Lunglai tangan kanan Wulung terjuntai tidak bisa digerakkan. Dia menjerit kesakitan.Para remaja itu sudah terdesak, kelelahan membuat mereka kehilangan jalan keluar. Serangan putus asa dilancarkan keempatnya, namun dengan cepat dapat dipatahkan musuh.Janu dan kawan kawan terluka cukup parah. Mereka menderita luka tusukan dan sabetan di sana sini. Bahkan tangan kanan Wulung patah terkena serangan musuh.'Woosh!'Bola api muncul dari segala arah, mengarah kearah para perampok Tanduk Api. Seorang perampok yang terlambat menghindar terbakar hidup hidup.Para perampok yang lain kaget bukan main dengan serangan tiba tiba itu. Salw

    Last Updated : 2021-06-20
  • Janu: Tahap Awal   CP 80. Hati Dan Jalan Kebenaran

    Janu siuman saat hari sudah gelap. Dia terbangun di dalam sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Di sebelahnya, Wulung dan Malya masih tergeletak tak sadarkan diri. Rangin tak tampak sama sekali di dalam sana.Di dalam gubuk tidak ada barang apapun terisi, hanya selembar tikar bambu lebar untuk alas berbaring.Dia lantas mencoba untuk duduk. Badannya masih sedikit lemas akibat mengeluarkan kekuatan dan energi yang berlebihan. Duduk sebentar, lalu dengan berat dan sedikit pusing, dia berdiri dan berjalan pelan menuju keluar gubuk.Di luar, di dekat pohon rambutan, Rangin baru nampak tengah bermeditasi. Terlihat bekas luka dan gurat merah hasil lecutan cambuk menggurat di badannya. Dia yang paling awal siuman.Janu mendekati Rangin, perlahan."Rangin, kita ada dimana?" Tanya Janu pelan.Rangin menjawab tanpa membuka mata, "Kau sudah sadar rupanya. Kita ada di kediaman Mbah Bogel.""Mbah Bogel? Apa dia yang menyelamatkan kita?""Bena

    Last Updated : 2021-06-20

Latest chapter

  • Janu: Tahap Awal   CP 121. Para Pemberontak Takdir

    Para pendekar sakti mandraguna bertempur dengan si raksasa Kurupa. Mereka melakukan pertempuran dengan berbagai serangan yang luar biasa kuat dan dalam jangkauan yang luas. Beberapa hari mereka bertempur, menyebabkan wilayah itu menjadi hancur. Badai angin, gempa bumi, gunung meletus, bahkan sungai pun meluap menyebabkan banjir bandang ke segala penjuru. Tanah di hutan Trangil sudah tidak berbentuk, rusak dan gersang, tidak ada tanda kehidupan di atasnya.Selama lima hari bertempur, Kurupa mulai terdesak. Dia yang hanya seorang diri akhirnya tidak mampu mengimbangi kekuatan para pendekar yang bersatu. Kurupa kemudian melarikan diri dengan menghilang dibalik udara hampa. Para pendekar tidak mampu melacak keberadaannya, aura dan jejaknya semua hilang seketika."Aaarrgghh! Kurang ajar si Kurupa itu! Kita tidak boleh membiarkannya lolos begitu saja, kuta harus mencarinya sampai ketemu!" Ki Ekadanta marah mengetahui Kurupa hilang di depan mata."Kalian semua tidak us

  • Janu: Tahap Awal   CP 120. Kurupa

    "Hei, babi dari Pinus Angin! Hadapi aku kalau kau sanggup!" Tantang si wanita penghadang."Huh! Nyi Kupita, suamimu sudah mati di tangan kami! Kini saatnya giliranmu ikut suamimu ke alam kematian!""Heh! Kejar aku kalau kau sanggup!"Nyi Kupita bergerak bagai angin, dia berlalu menghindari keramaian, diikuti oleh Suli yang mengejarnya. Mereka berdua bergerak menembus kobaran api, menuju ke suatu tempat yang lain.Di sebuah bukit sang wanita berhenti, punggungnya membelakangi Suli."Kena kau sekarang! Beraninya kau mengacaukan rencanaku yang sudah aku buat selama bertahun tahun." Ucap wanita itu.Suli berhenti, dia waspada. Apa maksud dari ucapan Nyi Kupita itu."Apa kau tahu siapa aku?" Tanya Nyi Kupita. Suaranya perlahan mulai berubah agak berat."Apa kau tahu? Ha?!""Aku adalah Gendri Kupita! Penguasa gunung dan lembah! Kau tak akan sanggup melawanku! Hahaha..." Wanita itu berteriak dan tertawa terbahak bahak. Dia kemu

  • Janu: Tahap Awal   CP 119. Target Berkumpul

    Beberapa waktu para panglima Mataram dan pendekar dari berbagai perguruan melanjutkan pembicaraan. Mereka membahas teknis pergerakan mereka. Suli dan para murid Perguruan Pinus Angin bergerak dari arah barat. Mereka mengepung ke timur dan langsung menuju ke sumber ritual berlangsung.Selesai pembahasan, mereka pun segera bertindak. Selesai persiapan, Suli menuju ke bagian barat hutan Trangil, lantas bersembunyi di balik pepohonan.Tidak lama, sebuah asap hitam membubung tinggi dari berbagai arah. Api menggelora tinggi melebihi pohon, membakar sisi sisi hutan. Api itu menjalar dari satu pohon ke pohon yang lain, menutup bagian luar hutan, terus merasuk semakin jauh ke dalam.Para prajurit dan pendekar yang bersembunyi di luar hutan juga mulai merangsek masuk dari celah kobaran api. Mereka bergerak sesuai rencana, menutup seluruh pergerakan para penganut ilmu hitam.Melihat api yang berkobar sangat besar dari segala arah, para penganut ilmu hitam tetap tena

  • Janu: Tahap Awal   CP 118. Penyerapan Belum Usai

    Beberapa hari setelah penyerangan ke sarang perampok Tanduk Api, Janu dan kawan kawan berpisah dengan Suli. Mereka kembali ke Perguruan Pinus Angin, sementara Suli masih melanjutkan tugasnya. Sebelumnya, para tawanan sudah dikembalikan ke desa masing masing oleh para prajurit Lasem."Kalau kalian mendapat tugas semacam ini lagi, butuh dua kali lagi agar nilainya bisa ditukar dengan ramuan mantra ilusi. Aku jamin ramuan itu akan sangat berguna bagi kalian." Saran Suli saat mereka hendak balik ke perguruan."Ramuan mantra ilusi? Apa itu kak?" Tanya Malya penasaran."Itu adalah semacam ramuan mujarab untuk melancarkan kemampuan berpikir kita. Ramuan itu sangat penting apabila kalian menginginkan sebuah pencerahan. Tapi ingat! Ramuan itu hanya boleh diminum sekali saja.""Hmm, baik kak! Sekarang kami balik dulu, selamat tinggal kak Suli! Sampia jumpa nanti di perguruan."Tujuh orang lelaki dan dua perempuan berjalan kembali menuju ke perguruan. Mereka

  • Janu: Tahap Awal   CP 117. Pasca Penyerangan

    "Kak Suli! Semua kawanan perampok sudah kami tumbangkan. Jalada, Andaka, dan Kijan sudah tewas semua, sisa Nyi Kupita yang berhasil melarikan diri ke hutan." Lapor Wulung."Coba kalian periksa sekali lagi, siapa tahu masih ada yang bersembunyi di dalam pondok tau di pinggir bukit.""Baik kak!"Wulung lantas mengajak beberapa murid lain untuk berkeliling. Sementara itu Malya berdiri terpaku menatap Janu yang tengah bermeditasi menyembuhkan diri."Kak, apa dia baik baik saja?" Tanya Malya kepada Suli."Dia baik baik saja, serangan tadi hanya melukai bagian dalam sedikit saja, tidak berpengaruh besar. Dengan ramuan buatanku ini, semua luka dalam akan sembuh seketika, bahkan mungkin bisa memicu peningkatan kekebalan tubuh menjadi lebih baik lagi." Jawab Suli santai."Ramuan macam apa itu kak?" Gumam Malya."Hehehe, kau tidak perlu tahu. Ini rahasia!" Suli tersenyum tipis."Aish! Dasar kakak gendut!" Umpat Malya sedikit kecewa. Dia

  • Janu: Tahap Awal   CP 116. Kehancuran Tanduk Api

    Jalada menyerang dengan membabi buta, tidak sadar bahwa senjatanya rusak parah melawan pisau Dwitungga Baruna. Sampai akhirnya goloknya patah, barulah dia mampu dibekuk oleh Janu. Dengan mengorbankan dada kanannya, Janu berhasil menghujamkan pisaunya ke perut Jalada. Ditambah dengan luka yang cukup lebar di leher, membuat lelaki itu pun terjatuh kehilangan nyawa.Para pengikut Jalada kaget melihat pimpinan mereka tewas di tangan Janu. Mereka serasa tidak percaya melihat junjungannya yang selama ini dianggap paling kuat dan brutal bisa sampai meregang nyawa dikalahkan oleh Janu.Kijan, Andaka, dan para wakil perampok yang lain pun juga ikut kaget. Keringat dingin mengucur deras, kini tidak ada lagi yang mampu menahan serangan para murid Perguruan Pinus Angin. Beberapa langsung berlari melarikan diri, sebagian besar masih terdiam di tempat.Melihat Jalada tewas, Nyi Kupita langsung ambil langkah seribu. Dia pergi begitu saja dari hadapan Suli yang tadi sempat mela

  • Janu: Tahap Awal   CP 115. Dendam Terbalas

    Janu dan Wulung juga telah selesai dengan pondok terakhir di wilayahnya. Mereka mendengar keributan di sudut bukit, mereka pun lantas segera menghampirinya.Di satu titik, mereka melihat dari kejauhan beberapa murid tengah bertahan dari serangan para perampok. Di sisi lain, mereka juga melihat lawannya, Jalada, dengan amarahnya menyerang membabi buta.Malya pun terlihat tengah menghadapi Andaka yang sedang mengamuk seperti banteng kesetanan. Sementara itu Rangin yang sedari tadi sudah memisahkan diri tengah mengahadapi lima perampok sekaligus. Nyi Kupita yang hendak membantu Jalada juga tengah ditahan oleh Suli."Wulung, aku akan menghadapi Jalada! Kau urus anak buahnya." Tegas Janu."Tapi kak..." Ujar Wulung sedikit emosi. Dia juga ingin menghadapi Jalada.Janu menatap Wulung, matanya memancarkan keinginan yang sangat kuat. Beberapa saat Wulung mendesah. Dia pun mengangguk."Baik lah kak. Hati hati!" Ucap Wulung pelan. Dia kemudian berlari

  • Janu: Tahap Awal   CP 114. Bukit Pembantaian

    "Kita bagi kelompok dalam empat penjuru! Aku ke utara, sisanya kalian bagi saja sendiri, siapa yang akan mengikutiku." Tegas Suli.Para murid pun langsung membagi menjadi empat kelompok, masing masing mengepung dari empat sudut bukit. Janu, Rangin, dan Wulung bergerak ke sisi timur. Sedangkan Malya, bersama murid murid yang lain mengepung dari arah selatan.Disini belum ada yang menyadari pergerakan para murid Perguruan Pinus Angin. Mereka melakukan penyergapan dengan sangat senyap dan tanpa suara, aura mereka pun bahkan dihilangkan. Dengan gesit mereka berjalan mengendap endap dari semak ke semak, pohon ke pohon.Setelah merasa cukup dekat dengan target, mereka langsung menghabisi para penjaga itu dengan senyap. Di luar, para penjaga yang berada di setiap sudut dihabisi tanpa sisa. Tidak ada suara apapun terdengar selain kematian.Para murid berhasil menyusup ke dalam menerobos pagar bambu. Mereka pun bergerak menuju ke pondok pondok yang tersebar disana

  • Janu: Tahap Awal   CP 113. Sarang Tanduk Api

    Melihat pemimpinnya kalah, para kera yang lain berhamburan ke segala arah. Bagai tubuh tak berkepala, kera kera itu seakan kembali ke sifatnya yang biasa, yang biasanya takut apabila melihat manusia. Dengan tewasnya Lutung Kasyapa, selesai pula tugas Janu dan kawan kawan di Masin. Para prajurit dan murid Perguruan Pinus Angin bisa bernafas lega, kewaspadaan mereka mengendor melihat para kera bergelantungan kabur dari lokasi itu. Para murid perguruan, termasuk Rakawan, terlihat kelelahan setelah bertempur dengan hebat dengan sang siluman. Murid murid dan prajurit yang terluka langsung diberikan pertolongan oleh para prajurit yang sehat. Dua minggu berlalu sejak penyerangan ke hutan Segorokayu, Janu dan ketiga rekannya kini sudah tiba di Lasem. Mereka tidak mau berlama lama di Masin, karena masih ada tugas yang harus dikerjakan di Lasem. Mereka harus membasmi komplotan perampok Tanduk Api yang bertahun tahun meresahkan warga. Di pusat kadipaten, mereka

DMCA.com Protection Status