Beranda / Pendekar / Janu: Tahap Awal / CP 34. Bertanding

Share

CP 34. Bertanding

Penulis: Moa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 17:55:08

"Baiklah! Tanpa minta persetujuan kalian, aku mulai tantangan ini! Sekarang, semuanya ambil kain ini masing masing satu!" 

Sambil mengeluarkan bermacam macam kain warna warni, Mpu Kalya menyebarkannya ke segala penjuru. Anak anak terhenyak, mereka pun dengan masih canggung segera berlarian menangkap sebuah kain. 

Sementara itu para murid Perguruan Pinus Angin sibuk menancapkan bendera di tanah. Bendera bendera itu ditancapkan membentuk lingkaran lingkaran menyerupai arena.

"Bagus, bagus... Sekarang bagi siapapun yang warna atau corak kain yang didapat sama dengan bendera yang menancap di tanah, segera pergi ke arena masing masing." Tegas Mpu Kalya.

"Suli! Selanjutnya kau yang urus pertandingan mereka."

"Baik guru!" Suli memberi hormat.

"Kalian semua! Segera masuk ke arena masing masing!" Teriak Suli.

Semua anak masuk ke arena masing masing. Janu mendapat kain berwarna hitam, dia masuk ke arena yang berbendera hitam. 

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Janu: Tahap Awal   CP 35. Enam Tersisa

    Pertarungan antara Wulung dan si anak bertubuh gempal sangat sengit, keduanya tidak mau mengalah. Saat si anak masih oleng, Wulung melayangkan pukulan ke dada lawannya.Terkejut, si anak bertubuh gempal tidak dapat menghindar. Tubuhnya sedikit terpental saat dadanya dipukul oleh Wulung. Agak sesak pernafasannya akibat serangan itu. Walaupun bertubuh kecil, namun tenaga Wulung tidak bisa diremehkan.Sesaat mereka berdua bangkit, nafas mereka tersengal. Wulung berdiri sambil meringis mengelus pipi kirinya yang lebam. Sementara lawannya tersengal sengal memegang dada yang agak sesak.Wulung saat itu mulai bisa mengendalikan kepanikannya, dia mulai menemukan rasa percaya diri. Sementara di dalam benak lawannya mulai tumbuh kepanikan dan kegelisahan karena Wulung memberikan perlawanan yang cukup sengit. Dia merasa gelisah sekaligus marah karena serangan Wulung.Dengan percaya diri Wulung mulai bergerak maju. Diaturnya lagi taktik serangan untuk melawan. Si ana

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 36. Tiga Terkuat

    Tahap tiga besar tersisa hanya Janu, Malya, dan si anak bertelanjang dada. Mereka bisa dianggap sebagai tiga anak terkuat dari tiga puluh dua anak yang lolos menjadi murid Perguruan Pinus Angin. Janu, memiliki kelincahan dan taktik serang yang jitu. Malya, gadis dengan ilmu dan jurus jurus yang mematikan. Serta si anak bertelanjang dada, memiliki daya tahan dan serangan yang sangat kuat.Pertandingan terakhir itu dilakukan secara langsung, ketiganya masuk ke dalam arena. Disana mereka saling dihadapkan langsung, dilihat siapa yang gugur terlebih dahulu, dan siapa yang bertahan di akhir pertandingan."Perkenalkan! Namaku Malya, cucu dari Ki Ekadanta." Malya membuka percakapan.Malya tersenyum kepada kedua lawannya. Matanya menyiratkan hasrat untuk bertarung. Dia seperti seekor macan betina yang ganas saat menjaga anaknya."Salam kenal! Aku Janu, dari Kademangan Janti." Ujar Janu tegang."Oh, kau dari Janti juga rupanya! Sama seperti anak yang bernam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 37. Perguruan Pinus Angin

    Dua hari berlalu saat rombongan tiba di Perguruan Pinus Angin. Sepanjang perjalanan mereka melewati hutan yang sangat lebat. Disini mereka bisa dipastikan akan kehilangan arah apabila tidak ada murid perguruan yang menuntunnya. Matahari sebagai penunjuk arah pun hampir tidak tampak tertutup dedaunan yang lebat.Dari hutan lebat itu mereka terus menanjak, melewati beberapa aliran sungai kecil, lembah berkelok, hingga tiba di lautan pinus di lereng sebuah gunung. Barulah dari atas sana matahari sebagai penunjuk arah akhirnya terlihat jelas. Di lautan pinus, terdapat sebuah gapura besar yang dijaga dua patung Kala bertangan enam.Seorang lelaki muda berusia sekitar dua puluhan tahun berdiri menunggu di dekat gapura. Tampaknya dia sedang menunggu kedatangan rombongan murid baru. Wajahnya cerah saat melihat Suli berada di depan rombongan memimpin anak anak menuju ke perguruan."Kak Suli! Terimakasih sudah menjaga rombongan sampai kemari. Sekarang kakak beristirahat,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 38. Pusat Penempaan

    "Kak, senjata mistis itu apa?""Akan aku jelaskan! Senjata terbagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan energi dan aura yang ada di dalamnya. Sebelum ini senjata yang kalian kenal selama ini hanyalah senjata biasa tanpa energi dan aura apapun.""Nah, untuk tingkatan dasar adalah senjata tanpa aura seperti yang kalian kenal. Lalu selanjutnya adalah senjata mistis. Senjata ini hanya bisa menyalurkan energi dari tubuh si pengguna, tanpa bisa menyimpan atau memiliki kemampuan khusus tersendiri. Jadi apabila si pengguna menggunakan jurus energi api, maka senjata ini akan menyerap energi si pengguna dan mengeluarkan energi tersebut menjadi berlipat.""Yang ketiga adalah senjata bumi. Senjata tingkat ini mampu menyimpan energi dan aura dari alam, jadi energi pengguna tidak akan terserap habis oleh senjata tersebut. Selanjutnya adalah senjata langit, dimana daya serang dan kemampuannya jauh diatas senjata bumi. Senjata ini memiliki daya hancur yang sangat luas dan dap

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 39. Tingkatan Kekuatan

    Rombongan kembali melanjutkan perjalanan melewati hutan pinus. Sesaat di depan mereka tampak sebuah lapangan kecil yang dikelilingi pepohonan pinus berjejer rapi. Di tengah tengah lapangan ada sebuah batu besar pipih, disekelilingnya tumbuh bunga bunga beraneka warna, semakin mempercantik suasana."Nah, ini adalah taman asoka, salah satu tempat bagi para guru dan sesepuh memberi wejangan kepada para murid. Apabila para sesepuh dan guru tidak sedang bermeditasi atau melakukan urusan, mereka akan bergantian memberikan ilmu disini.""Kak, apakah ada waktu waktu tertentu para guru datang kemari? Bagaimana kita tahu kapan para sesepuh dan guru datang kemari?" Tanya salah satu anak."Biasanya para sesepuh dan guru datang kemari setiap dua malam purnama. Namun apabila sang guru tidak datang karena suatu hal mendadak, maka murid inti yang dituakan akan menggantikan mereka disini." Jelasnya."Nah, tadi siapa yang bertanya tentang tingkat penyerapan energi? Begini,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 40. Pusat Kitab

    "Kak Atraman, aku mau bertanya. Apabila ada dua orang di tahap berbeda bertarung, apakah orang di tahap lebih rendah bisa mengalahkan orang di tahap lebih tinggi?" Seorang anak bertanya."Mana mungkin bisa!" Sahut anak yang lain."Hmm... Itu bisa saja terjadi. Menurutku ada beberapa hal yang membuatnya mungkin. Yang pertama adalah karena pengalaman bertarung yang lebih banyak. Yang kedua adalah karena adanya suatu kondisi tertentu, seperti keracunan, kutukan, atau apapun yang melemahkan musuh. Dan yang ketiga adalah karena bakat.""Disini kalian jangan pernah sekalipun meremehkan bakat. Bisa saja seseorang yang kalian anggap lemah mengalahkan mereka yang tampak lebih kuat. Biasanya mereka memiliki suatu bakat yang unggul seperti kecerdikan, taktik, kesabaran, reflek serang, dan lainnya."Beberapa anak melanjutkan bertanya, dari yang ilmu bela diri hingga pertanyaan lain seputar peningkatan kekuatan. Disini Atraman menjawab dengan sabar semua pertanyaan pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Janu: Tahap Awal   CP 41. Kitab Seni Permulaan Hampa

    "Dengar kalian semua! Disini kalian hanya diperbolehkan meminjam satu buku kitab meditasi dasar, satu teknik pergerakan, dan satu kitab jurus pertarungan setiap satu tahun. Kembalikan lagi kitab yang kalian pinjam satu minggu ke depan. Selama kalian berada disini, tidak diperbolehkan untuk berkelahi atau membuat kegaduhan.""Kitab meditasi ada di lantai empat, kitab teknik pergerakan ada di lantai tiga, dan kitab jurus pertarungan ada di lantai dua. Untuk lantai satu ini berisi kitab kitab duniawi, disini wawasan tentang dunia dan pengetahuan lainnya tersedia. Untuk lantai satu ini kalian bebas masuk kapanpun. Larangan bagi kalian adalah memasuki lantai kelima dan seterusnya. Itu khusus bagi guru dan murid yang sudah mencapai tingkat konsep kebenaran."Setelah diberi penjelasan panjang lebar oleh Ki Ekadanta, semua anak langsung bergegas naik ke lantai dua dan menyebar ke segala arah.Di setiap lantai terdapat ratusan kitab dan gulungan yang disusun rapi diatas

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Janu: Tahap Awal   CP 42. Kitab Pergerakan Dan Jurus

    Disini akhirnya Janu memilih kitab seni permulaan hampa yang misterius. Saat dia menoleh mencari keberadaan Wulung, yang dicarinya sudah tidak ada disana. Malya pun juga sudah tidak nampak lagi, hanya Rangin yang masih berdiri membaca penjelasan beberapa kitab. Beberapa anak mulai berdatangan naik ke lantai tersebut. Janu pun memutuskan untuk turun ke lantai tiga. Suasana disana sudah berkurang keramaiannya. Janu masih belum menemukan Wulung disana. 'Ah, mungkin Wulung sudah ada di lantai dua.' Pikirnya. Dia pun bergerak menuju ke salah satu rak yang ada disana. Dibukanya satu per satu gulungan kitab pergerakan. Dia pun mulai sibuk kembali mencari jurus pergerakan. Beberapa kali Janu berkeliling, akhirnya dia menemukan sebuah kitab yang tulisannya diukir pada sebuah batu pipih. Janu melihat nama jurus tersebut, biasa saja, tidak ada yang menakjubkan. Kitab teknik bergerak bebas, itu nama yang terukir di batu pipih. Dia lantas melihat isi di ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19

Bab terbaru

  • Janu: Tahap Awal   CP 121. Para Pemberontak Takdir

    Para pendekar sakti mandraguna bertempur dengan si raksasa Kurupa. Mereka melakukan pertempuran dengan berbagai serangan yang luar biasa kuat dan dalam jangkauan yang luas. Beberapa hari mereka bertempur, menyebabkan wilayah itu menjadi hancur. Badai angin, gempa bumi, gunung meletus, bahkan sungai pun meluap menyebabkan banjir bandang ke segala penjuru. Tanah di hutan Trangil sudah tidak berbentuk, rusak dan gersang, tidak ada tanda kehidupan di atasnya.Selama lima hari bertempur, Kurupa mulai terdesak. Dia yang hanya seorang diri akhirnya tidak mampu mengimbangi kekuatan para pendekar yang bersatu. Kurupa kemudian melarikan diri dengan menghilang dibalik udara hampa. Para pendekar tidak mampu melacak keberadaannya, aura dan jejaknya semua hilang seketika."Aaarrgghh! Kurang ajar si Kurupa itu! Kita tidak boleh membiarkannya lolos begitu saja, kuta harus mencarinya sampai ketemu!" Ki Ekadanta marah mengetahui Kurupa hilang di depan mata."Kalian semua tidak us

  • Janu: Tahap Awal   CP 120. Kurupa

    "Hei, babi dari Pinus Angin! Hadapi aku kalau kau sanggup!" Tantang si wanita penghadang."Huh! Nyi Kupita, suamimu sudah mati di tangan kami! Kini saatnya giliranmu ikut suamimu ke alam kematian!""Heh! Kejar aku kalau kau sanggup!"Nyi Kupita bergerak bagai angin, dia berlalu menghindari keramaian, diikuti oleh Suli yang mengejarnya. Mereka berdua bergerak menembus kobaran api, menuju ke suatu tempat yang lain.Di sebuah bukit sang wanita berhenti, punggungnya membelakangi Suli."Kena kau sekarang! Beraninya kau mengacaukan rencanaku yang sudah aku buat selama bertahun tahun." Ucap wanita itu.Suli berhenti, dia waspada. Apa maksud dari ucapan Nyi Kupita itu."Apa kau tahu siapa aku?" Tanya Nyi Kupita. Suaranya perlahan mulai berubah agak berat."Apa kau tahu? Ha?!""Aku adalah Gendri Kupita! Penguasa gunung dan lembah! Kau tak akan sanggup melawanku! Hahaha..." Wanita itu berteriak dan tertawa terbahak bahak. Dia kemu

  • Janu: Tahap Awal   CP 119. Target Berkumpul

    Beberapa waktu para panglima Mataram dan pendekar dari berbagai perguruan melanjutkan pembicaraan. Mereka membahas teknis pergerakan mereka. Suli dan para murid Perguruan Pinus Angin bergerak dari arah barat. Mereka mengepung ke timur dan langsung menuju ke sumber ritual berlangsung.Selesai pembahasan, mereka pun segera bertindak. Selesai persiapan, Suli menuju ke bagian barat hutan Trangil, lantas bersembunyi di balik pepohonan.Tidak lama, sebuah asap hitam membubung tinggi dari berbagai arah. Api menggelora tinggi melebihi pohon, membakar sisi sisi hutan. Api itu menjalar dari satu pohon ke pohon yang lain, menutup bagian luar hutan, terus merasuk semakin jauh ke dalam.Para prajurit dan pendekar yang bersembunyi di luar hutan juga mulai merangsek masuk dari celah kobaran api. Mereka bergerak sesuai rencana, menutup seluruh pergerakan para penganut ilmu hitam.Melihat api yang berkobar sangat besar dari segala arah, para penganut ilmu hitam tetap tena

  • Janu: Tahap Awal   CP 118. Penyerapan Belum Usai

    Beberapa hari setelah penyerangan ke sarang perampok Tanduk Api, Janu dan kawan kawan berpisah dengan Suli. Mereka kembali ke Perguruan Pinus Angin, sementara Suli masih melanjutkan tugasnya. Sebelumnya, para tawanan sudah dikembalikan ke desa masing masing oleh para prajurit Lasem."Kalau kalian mendapat tugas semacam ini lagi, butuh dua kali lagi agar nilainya bisa ditukar dengan ramuan mantra ilusi. Aku jamin ramuan itu akan sangat berguna bagi kalian." Saran Suli saat mereka hendak balik ke perguruan."Ramuan mantra ilusi? Apa itu kak?" Tanya Malya penasaran."Itu adalah semacam ramuan mujarab untuk melancarkan kemampuan berpikir kita. Ramuan itu sangat penting apabila kalian menginginkan sebuah pencerahan. Tapi ingat! Ramuan itu hanya boleh diminum sekali saja.""Hmm, baik kak! Sekarang kami balik dulu, selamat tinggal kak Suli! Sampia jumpa nanti di perguruan."Tujuh orang lelaki dan dua perempuan berjalan kembali menuju ke perguruan. Mereka

  • Janu: Tahap Awal   CP 117. Pasca Penyerangan

    "Kak Suli! Semua kawanan perampok sudah kami tumbangkan. Jalada, Andaka, dan Kijan sudah tewas semua, sisa Nyi Kupita yang berhasil melarikan diri ke hutan." Lapor Wulung."Coba kalian periksa sekali lagi, siapa tahu masih ada yang bersembunyi di dalam pondok tau di pinggir bukit.""Baik kak!"Wulung lantas mengajak beberapa murid lain untuk berkeliling. Sementara itu Malya berdiri terpaku menatap Janu yang tengah bermeditasi menyembuhkan diri."Kak, apa dia baik baik saja?" Tanya Malya kepada Suli."Dia baik baik saja, serangan tadi hanya melukai bagian dalam sedikit saja, tidak berpengaruh besar. Dengan ramuan buatanku ini, semua luka dalam akan sembuh seketika, bahkan mungkin bisa memicu peningkatan kekebalan tubuh menjadi lebih baik lagi." Jawab Suli santai."Ramuan macam apa itu kak?" Gumam Malya."Hehehe, kau tidak perlu tahu. Ini rahasia!" Suli tersenyum tipis."Aish! Dasar kakak gendut!" Umpat Malya sedikit kecewa. Dia

  • Janu: Tahap Awal   CP 116. Kehancuran Tanduk Api

    Jalada menyerang dengan membabi buta, tidak sadar bahwa senjatanya rusak parah melawan pisau Dwitungga Baruna. Sampai akhirnya goloknya patah, barulah dia mampu dibekuk oleh Janu. Dengan mengorbankan dada kanannya, Janu berhasil menghujamkan pisaunya ke perut Jalada. Ditambah dengan luka yang cukup lebar di leher, membuat lelaki itu pun terjatuh kehilangan nyawa.Para pengikut Jalada kaget melihat pimpinan mereka tewas di tangan Janu. Mereka serasa tidak percaya melihat junjungannya yang selama ini dianggap paling kuat dan brutal bisa sampai meregang nyawa dikalahkan oleh Janu.Kijan, Andaka, dan para wakil perampok yang lain pun juga ikut kaget. Keringat dingin mengucur deras, kini tidak ada lagi yang mampu menahan serangan para murid Perguruan Pinus Angin. Beberapa langsung berlari melarikan diri, sebagian besar masih terdiam di tempat.Melihat Jalada tewas, Nyi Kupita langsung ambil langkah seribu. Dia pergi begitu saja dari hadapan Suli yang tadi sempat mela

  • Janu: Tahap Awal   CP 115. Dendam Terbalas

    Janu dan Wulung juga telah selesai dengan pondok terakhir di wilayahnya. Mereka mendengar keributan di sudut bukit, mereka pun lantas segera menghampirinya.Di satu titik, mereka melihat dari kejauhan beberapa murid tengah bertahan dari serangan para perampok. Di sisi lain, mereka juga melihat lawannya, Jalada, dengan amarahnya menyerang membabi buta.Malya pun terlihat tengah menghadapi Andaka yang sedang mengamuk seperti banteng kesetanan. Sementara itu Rangin yang sedari tadi sudah memisahkan diri tengah mengahadapi lima perampok sekaligus. Nyi Kupita yang hendak membantu Jalada juga tengah ditahan oleh Suli."Wulung, aku akan menghadapi Jalada! Kau urus anak buahnya." Tegas Janu."Tapi kak..." Ujar Wulung sedikit emosi. Dia juga ingin menghadapi Jalada.Janu menatap Wulung, matanya memancarkan keinginan yang sangat kuat. Beberapa saat Wulung mendesah. Dia pun mengangguk."Baik lah kak. Hati hati!" Ucap Wulung pelan. Dia kemudian berlari

  • Janu: Tahap Awal   CP 114. Bukit Pembantaian

    "Kita bagi kelompok dalam empat penjuru! Aku ke utara, sisanya kalian bagi saja sendiri, siapa yang akan mengikutiku." Tegas Suli.Para murid pun langsung membagi menjadi empat kelompok, masing masing mengepung dari empat sudut bukit. Janu, Rangin, dan Wulung bergerak ke sisi timur. Sedangkan Malya, bersama murid murid yang lain mengepung dari arah selatan.Disini belum ada yang menyadari pergerakan para murid Perguruan Pinus Angin. Mereka melakukan penyergapan dengan sangat senyap dan tanpa suara, aura mereka pun bahkan dihilangkan. Dengan gesit mereka berjalan mengendap endap dari semak ke semak, pohon ke pohon.Setelah merasa cukup dekat dengan target, mereka langsung menghabisi para penjaga itu dengan senyap. Di luar, para penjaga yang berada di setiap sudut dihabisi tanpa sisa. Tidak ada suara apapun terdengar selain kematian.Para murid berhasil menyusup ke dalam menerobos pagar bambu. Mereka pun bergerak menuju ke pondok pondok yang tersebar disana

  • Janu: Tahap Awal   CP 113. Sarang Tanduk Api

    Melihat pemimpinnya kalah, para kera yang lain berhamburan ke segala arah. Bagai tubuh tak berkepala, kera kera itu seakan kembali ke sifatnya yang biasa, yang biasanya takut apabila melihat manusia. Dengan tewasnya Lutung Kasyapa, selesai pula tugas Janu dan kawan kawan di Masin. Para prajurit dan murid Perguruan Pinus Angin bisa bernafas lega, kewaspadaan mereka mengendor melihat para kera bergelantungan kabur dari lokasi itu. Para murid perguruan, termasuk Rakawan, terlihat kelelahan setelah bertempur dengan hebat dengan sang siluman. Murid murid dan prajurit yang terluka langsung diberikan pertolongan oleh para prajurit yang sehat. Dua minggu berlalu sejak penyerangan ke hutan Segorokayu, Janu dan ketiga rekannya kini sudah tiba di Lasem. Mereka tidak mau berlama lama di Masin, karena masih ada tugas yang harus dikerjakan di Lasem. Mereka harus membasmi komplotan perampok Tanduk Api yang bertahun tahun meresahkan warga. Di pusat kadipaten, mereka

DMCA.com Protection Status