Share

Assasin 2

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-29 16:05:37

Sore itu anak-anak dijemput dengan Sultan dan Naima. Nuwa tak ingat siapa Sultan, dengan Naima juga agak lupa.

“Wortel, besok pagi aku akan beli wortel banyak-banyak. Rasakanlah kau pembalasanku.” Wanita Suku Mui itu masuk ke dalam rumah. Namun, ia sempat menoleh sejenak. Entah mengapa rasa hati tidak tenang seperti ada yang memperhatikannya dari jauh.

“Mungkin hanya perasaanku saja,” ujar guru wing chun tersebut dan ia lekas menutup pintu rapat-rapat.

Malam itu cuaca dingin sekali. Tak nyenyak tidur Nuwa, ia merasa diawasi dari segala arah. Wanita tersebut sampai membuka jendela dan pasir berterbangan mengenai mata besarnya.

Sekilas ia seperti melihat sekelebat bayangan hitam yang melintas di dekat rumahnya. Bahkan Kai pun mulai meringkik. Nuwa berdiri, meraih khimar, jaket, dan langsung ke luar kamar.

“Kau lihat sesuau, Kai?” tanya Nuwa. Insting binatang tidak pernah salah menyangkut bahaya di depan mata.

“Tidak ada siapa-siapa di sini. Perasaanku saja atau jangan-jangan tentar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Janji Setia    Cerita Palsu

    Dayyan baru saja kembali dari perbatasan tempat dia menemukan Nuwa dulu. Mantan tentara itu mendapat berita tentang rumah muridnya yang diterobos masuk oleh tiga perempuan tak dikenal, dan berbahasa sama dengan Nuwa. Atas saran ayah Bhani, tempat dulu di mana Maira dan Fahmi menangkap kumpulan penjahat itu diperiksa ulang. Beberapa orang bergerak dengan senjata lengkap dan tidak ada apa-apa sama sekali di sana. Hanya rumput liar yang tumbuh seperti biasa. “Kalau mereka di sana, pasti mereka cari mati. Periksa juga tempat yang lain. Bahkan kalau perlu minta koordinasi dengan Maira dan Fahmi, bisa jadi mereka menginap di kota atau di rumah penduduk. Menyamar menjadi muslimah, atau menyandera penduduk tapi warga tidak berani meminta tolong. Minta petugas perempuan untuk mendata setiap pendatang baru dan jika ada yang mencurigakan Kak Maira pasti akan segera bergerak. Berlakukan lagi jam malam untuk anak-anak dan perempuan,” saran dari Dayyan. “Dan satu lagi. Jaga rumah perempuan itu da

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-30
  • Janji Setia    Partner Ghibah

    Kelas yang terlambat karena kesalahan Dayyan digeser jam pulangnya. Nuwa menarik napas panjang, dia kira nanti akan pulang seperti biasa. Padahal wantia bermata besar dan bulat itu ingin belanja kebutuhan dapur yang hancur tercerai berai di lantai. “Yang terlambat dia, kita disuruh menanggungnya,” gumam wanita Suku Mui itu perlahan. “Ada yang tidak senang?” tanya Dayyan. “La, Syeikh, laaa,” jawab semuanya termasuk Nuwa. Killer memang Dayyan, tapi demi siswi di dalam kelas cepat bisa bahasa Arab, terutama Nuwa yang perkembangannya agak lambat. Dayyan meminta semua membuka buku dan mencari halaman selanjutnya. Ada sebuah cerita yang cukup panjang dengan tingkat kesulitan yang mampu mengasah kemampuan berbahasa jadi lebih baik. “Karena sulit, silakan bentuk kelompok sendiri, satu kelompok empat orang, kerjakan dengan tenang, jangan ada ghibah atau dihukum. Mengerti sampai di sini, ukhti-ukhti semuanya?” tanya Dayyan dari mejanya. “Na’am, Syeikh,” jawab semuanya serempak seperti an

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-30
  • Janji Setia    Xie Xie

    “Masak?” Nuwa tak sadar. “Coba kau ucapkan, ulang lagi sendirian.” Padma ikut-ikutan. “Xie xie, Syeikh, xie xie, Syeikh, xie xie Syeikh.” Begitu terus diulang-ulang oleh Nuwa sampai tiga temannya ikutan tertawa. Kelompok paling ribut di antara yang lain. “Kerjakan dengan tenang di meja atau berdiri di depan kelas!” teguran datang lagi dari Dayyan. “Kerjakan dengan tenang, Syeikh, afwan.” Fani minta maaf. Jangan harap Nuwa mau melakukannya. Suasana kelas kembali hening seperti semula. Dayyan bisa fokus membaca berita. Tik tok tik tok tik tok, hanya suara detak arloji yang terdengar di dalam kelas. Dayyan izin keluar sebentar karena harus menelepon seseorang. Pesannya kerjakan dengan baik dan benar atau jam belajar akan dikali dua, tugas dikali tiga. “Akhirnya dia keluar juga.” Wanita bermata besar itu mengembuskan napas lega. Waktu terasa lama berjalan padahal perutnya sudah lapar lagi. “Nuwa, kau benar menonton film India?” Pertanyaan Anjali tadi yang tertunda. “Hmm, daripada

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-30
  • Janji Setia    Fitnah

    Sultan—penjinak bom senior itu merasa khawatir mengapa Naima dan Rizki belum juga pulang. Padahal sebentar lagi sudah memasuki jam haram berada di luar bagi wanita dan anak-anak. Kata istrinya tadi hanya sebentar keluar mencari barang yang dibutuhan. Ternyata sebentar itu memakan waktu setengah jam lebih juga. Ingin mencari tapi ada tiga anak lain pula yang harus dijaga Sultan di rumah. Lelaki yang menggunakan alat bantu dengar itu sudah mengirim pesan, tapi tidak ada yang membalas.“Ke mana perginya ibu dan anak ini?” Sultan melirik jam di dinding, sepuluh menit lagi jam malam dan patroli akan dimulai. Naima membeli banyak barang untuk kebutuhan selama satu minggu. Dia tahu perintah jam malam sangat serius, hingga untuk ke depannya tak mau sering-sering ke luar rumah. Namun, ia kalap dalam berbelanja dan kesulitan membawa barang. Untungnya, Rizki sudah jauh lebih kuat fisiknya sejak ditempa habis-habisan oleh gurunya. “Ibu biar aku saja yang bawa.” Sultan mengambil belanjaan Naima

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Janji Setia    Kembaran

    Sebelum masuk ke rumahnya. Wanita Suku Mui itu membereskan perlengkapan latihan yang ditinggalkan begitu saja. Tali temali yang diikat batu sebagai beban. Sudah dua minggu berlatih dengan senjata yang sama, ketiga muridnya ada perkembangan walau tidak secepat dirinya.Nuwa masuk ke dalam rumah ketika ponselnya berdering. Panggilan dari Maira dan dia angkat langsung. Guru wing chun itu mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh Maira. “Tidak, aku dari siang sampai malam ini di rumah saja tidak ada ke mana-mana. Jam malam juga berlaku, bukan? Aku patuh pada peraturan,” jawab Nuwa pada pertanyaan Maira di ponsel. “Ya, tidak mungkin juga aku menyerang Rizki tanpa alasan. Sudah cukup letih anak itu berlatih di sini. Kalau aku menantang orang, aku akan lakukan secara terbuka di depan umum, dan tidak sembunyi-sembunyi seperti pengecut.” Nuwa membela dirinya. Beberapa menit kemudian panggilan ditutup. “Sepertinya drama dimulai lagi. Aku harus latihan lebih keras, siapa tahu bertemu musuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Janji Setia    Serupa

    “Fitnah lebih keji daripada pembunuhan. Cih, lucu sekali orang-orang ini. Padahal kalau dibunuh juga mereka akan minta ampun,” ucap Lili di salah satu rumah orang yang ia sandera. Di sana adik Xia He tinggal bersama dua bawahannya yang lain. Sisanya menyebar ke rumah-rumah warga. Bel rumah itu berbunyi, salah satu bawahan Lili mengintip dari gorden. Datang dua petugas polisi dan tentara lelaki serta perempuan datang melakukan pemeriksaan harian. “Nona, ada pemeriksaan,” ucap mata-mata Lili. “Sialan, pemeriksaan terus. Hei, kau, bangun!” Lili menodong pemilik rumah dengan pistol miliknya. Ibu dua anak itu ketakutan sudah kedatangan tamu yang memilih tinggal di rumahnya selama dua minggu. “Jangan buka mulut atau anakmu aku dor sampati mati, paham!” ancam Lili, dan wanita itu hanya mengangguk saja. Ia keluar rumah menyambut polisi dan tentara yang datang. Sebisa mungkin wanita itu mencegah mereka masuk, sebab dua anaknya yang sedang tidur diawasi oleh Lili. “Ibu benar tidak apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Janji Setia    Tahanan Rumah

    “Tuan hakim, barusan suamiku mendapat telepon kalau penyerang yang dianggap sebagai Nuwa melakukan aksinya di tempat lain. Ini bisa menjadi bukti kalau dia tidak bersalah.” “Nyonya Maira yang terhormat. Sampai penjahat itu dibawa kemari baru bisa dinyatakan kalau dia tidak bersalah.” “Tuan jangan lupa juga kami membawa banyak saksi sebagai penguat. Tidak bisa diabaikan atau Tuan akan menjadi hakim yang tidak adil,” sanggah Maira. “Iya, tentu akan kami tanyakan satu demi satu,” ujar satu dari tiga hakim di kursi mereka. Mulai dari petugas penjaga di dekat rumah Nuwa hadir sebagai saksi dan ditanyakan. “Jadi selama ini rumahku diawasi?” Nuwa baru tahu. Berlanjut pada saksi-saksi lain, teman-teman Nuwa yang ujian tadi dengannya. “Tapi setelah ujian tadi kau masih tinggal di kelas satu jam bukan, dan teman-temanmu sudah pulang. Satu jam itu cukup untuk berbuat onar, Ukhti Nuwa.” Hakim masih belum berani mengambil keputusan. “Ada saksinya aku di kelas,” balas Nuwa. Ia sebenarnya sud

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Janji Setia    Hamparan Pasir

    Yang pertama kali dilakukan Dayyan ketika sampai ke rumah yaitu, menelepon salah satu kenalannya. Ia meminta temannya datang ke rumah dan membawa lagi jenis-jenis senjata sesuai yang ia butuhkan. Sore itu Bhani tidak latihan, jadi anak lelaki Dayyan bisa memperhatikan dengan baik ragam senjata yang dibawa oleh teman ayahnya. “Ini untuk apa, Ayah?” tanya Bhani. “Untuk menembak dari jarak jauh,” jawab Dayyan ketika anaknya melihat senapan laras panjang khusus untuk sniper. Lelaki bermata abu-abu itu dulunya penembak jitu sebelum diangkat menjadi kapten dan sampai sekarang kemampuannya tidak memudar. “Jangan asal pegang, nanti pelatuknya bisa tertarik!” tegur teman Dayyan pada Bhani. Sepertinya anak itu sudah memiliki ketertarikan sejak dini. Bagaimana tidak, darah militer mengalir deras pada dirinya. Ditambah telah mendapat latihan yang keras oleh Nuwa hingga tak cengeng lagi. “Bhani, kau temani adikmu dulu. Saat umurmu sudah cukup akan Ayah ajarkan semua benda-benda ini. Sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01

Bab terbaru

  • Janji Setia    Suka dan Duka

    Pintu rumah mereka telah didobrak. Satu demi satu kamar dibuka oleh Dayyan. Tidak ada istrinya di sana, hingga ia mendengar suara orang menjerit. Lelaki itu berlari dan mendobrak pintu. Di sana ada tiga orang wanita dengan tipikal wajah yang sama. Dayyan memberikan kode pada yang lain agak tak ikut masuk. Sebab gamis Nuwa pendek sampai ke paha, dan tidak menggunakan khimar pula. “Lepaskan istriku.” Dayyan mengarahkan senapannya. “Lepaskan kami dulu, setelah itu dia kami berikan, atau kalau tidak perut istrimu kami tembak, mati sudah keduanya.” Salah satu mata-mata mengarahkan pistol ke perut Nuwa. Pada kesempatan yang sama, sambil menahan rasa sakit, pedih, serta nyeri. Nuwa menarik pistol di tangan mata-mata itu. Sempat terjadi perebutan. Dayyan kemudian membidik salah satu mata-mata tepat di bagian kepala hingga tewas. “Kau tak akan bisa lari,” ucap Nuwa sambil tersenyum dan menahan pedih di kakinya yang tertancap pecahan gelas. “Kau tak akan bisa tersenyum lagi.” Mata-mata i

  • Janji Setia    Penculikan

    “Sudah tinggal menunggu hari saja untuk lahiran, saranku perbanyak saja bergerak tapi jangan terlalu lelah, ya.” Dokter kandungan menyatakan hasil pemeriksaan pada janin di dalam rahim Nuwa. Sudah sembilan bulan hampir sepuluh hari. Soal banyal bergerak, Nuwa bahkan masih mengawasi anak-anak latihan. Entah bagaimana kekuatan dia itu, semua dikerjakan asal mampu. Bahkan store mereka berdua baru saja selesai meski isinya belum ada. “Sudahilah melatih anak-anak. Percayakan sama pada Bhani,” ucap Dayyan sambil membantu Nuwa memasuki mobil. Tubuh wanita itu hanya gendut di bagian perut dan pipi saja jadinya. “Ya, ya, memang sudah waktunya istirahat. Napasku agak sesak akhir-akhir ini.” Nuwa duduk pun sudah tidak nyaman lagi. “Ya, memang begitu. Sabar saja, kalau anaknya sudah keluar baru lega.” “Aku tak punya pengalaman sama sekali.” “Selalu ada yang pertama kali, santai dan tarik napas.”“Kau iya enak bilang santai, tenang, jangan terlalu dipikirkan. Aku yang menjalani bukan kau.” T

  • Janji Setia    Perkara Street Food

    “Hmm katanya sebentar, cuman lima belas menit saja aku pergi. Nanti juga aku kembali, kau tunggu saja di dalam mobil. Sudah satu jam masih juga mutar-mutar tak menentu.” Dayyan menggerutu di dalam jeep. Pasalnya Nuwa ingkar janji. Ia pergi membawa Bhira dan Bhani untuk memborong aneka street food yang menggugah selera. Maklum bawaan ibu hamil lagi banyak makan, tidak dituruti nanti ribut, dituruti ternyata seperti ini. “Lihatlah, di tangannya kiri dan kanan sudah isi makanan. Itu pun masih belum puas juga untuk belanja.” Akhirnya Nuwa menampakkan diri juga. Dayyan sudah tak sabar ingin pulang dan tidur siang sebentar. “Aku lama, ya?” tanya Nuwa ketika membuka pintu jeep. Dia sadar pergi terlalu lama, soalnya banyak godaan di depan mata.“Oh tidak, Sayang, baru juga satu jam, kupikir tadi akan dua jam belanjanya.” Tadi Dayyan marah sekarang nggak lagi. “Iya, rencananya begitu, ini juga belum puas aku belanja. Pedagangnya juga lama sekali membungkus makanannya, maaf, ya, kau sampai

  • Janji Setia    Percobaan

    “Sepertinya aku harus keluar dari sini,” ucap Prof Yang Juan. Ia sadar hanya tinggal sendirian di ruang rapat dan Menteri Pertahanan Xin Hua beserta jajarannya memasuki ruangan satu demi satu. “Tidak apa-apa, Prof, kau pun boleh mendengar rapat ini karena menyangkut kejayaan negeri kita,” jawab Menteri Pertahanan yang menggunakan seragam tentara warna cokelat tua. Seragam dengan banyak pangkat di dada serba tiga buah bintang di bahunya. Mendengar jawaban demikian sang professor pun duduk dan melanjutkan pekerjaanya. Sambil bekerja sambil ia mendengarkan rapat yang sedang membahas seorang perempuan. Ia dianggap sangat berbahaya padahal tidak pernah melakukan tindakan kejahatan apa pun selain melindungi diri. “Hanya untuk membunuh seekor Wei Nuwa saja mata-mata kita sudah banyak yang mati. Apa saja kerja kalian selama ini? Coba kerja itu pakai otak jangan hanya pakai otot. Kalau dia cerdas kirim orang yang jauh lebih cerdas. Kalau dia kuat kirim orang yang jauh lebih kuat. Kalau dia

  • Janji Setia    Tahu Bulat

    Ibu hamil memang kadang-kadang malah sering sekali ngidam. Namun, Nuwa berbeda. Yang dia idamkan makanan buata orang dari desanya, padahal di Syam juga ada walau rasanya berbeda. “Ya kemana harus aku cari? Sama saja pun di sini tahu di sana tahu, bentuknya sama putih, makan saja yang ada,” ucap Dayyan ketika Nuwa protes rasa tahu di Syam tak padat sama sekali. “Ya sudah aku buat sendiri saja. Nanti aku beli kedelainya. Kalau bisa kedelai yang bibitnya dari surga dan disiram dengan energi murni serta dipanen oleh para dewi, rasanya pasti enak dan lebih padat.” Nuwa melihat tahu goreng di depan matanya. Karena kurang padat jadi sulit baginya membuat tahu bulat digoreng dadakan. Setelah usaha yang tidak terlalu keras. Kedelai dari ladang surgawi itu akhirnya mereka dapatkan di supermarket terdekat. Dibeli secukupnya oleh Nuwa dan mulailah ia membuat tahu. Tiga hari kemudian jadi sudah ada sekitar dua kotak tahu dalam ukuran cukup besar dan keesokan harinya baru diolah menjadi dua jeni

  • Janji Setia    Dompet dan Celana

    Nuwa dan Dayyan belum punya anak karena wanita bermata besar itu masih harus menjalani terapi beberapa kali lagi. Walau sebenarnya aktifitas Nuwa sudah normal seperti biasa.Dayyan rajin menyuruh istrinya untuk pergi ikut tausiyah atau pengajian agar Nuwa menjadi pribadi yang lebih penyabar. Sebab gampang sekali istrinya tersulut emosi. Perkara jemuran nyangkut saja bajunya dimarahin, padahal mereka benda mati. Pada satu hari setelah pulang mengaji, Nuwa ingin bertanya karena rasa-rasanya ceramah tadi tidak pas di hatinya. Ia menunggu waktu sampai anak-anaknya tidur. “Sayang, ada yang mengganjal di pikiranku. Kata penceramah tadi, apa benar kita sebagai istri tidak boleh asal-asal membuka dompet milik suami,” tanya Nuwa. Pasalnya dia sering mengambil uang dari dompet suaminya. Uang dia? Ya, ada, tapi rasanya ada yang kurang kalau tak ambil dari sana. “Bukan tak boleh, mungkin maksud penceramah tadi bicara saja, bilang aku mau ambil uang di dalam dompet. Izin sebentar, kan, tidak a

  • Janji Setia    Temperamental

    Nuwa itu orangnya emosian dari dulu kala sejak menikah dengan Kai. Untungnya dia dapat suami yang penyabar. Kalau tidak bisa lomba lempar piring setiap hari. Seperti contoh waktu masih hidup di di desa dan bekerja sebagai pengurus kuda. Ketika jam istirahat dan sepasang suami itu menonton series India nggak jelas, dari layar televisi cembung di rumah bagian belakang. Nuwa dan Kai baru saja selesai makan siang. “Udah episode ke berapa series ini tak tamat-tamat, panjang sekali bikin cerita. Makan, tidur, ngobrol nggak jelas, masalah tak selesai-selesai,” ucap Nuwa sambil merebahkan kepala di kursi plastik. “Sudah lewat 300 episode kurasa, sudah setahun lebih kita menontonnya,” jawab Kai yang juga lelah.Dia tak tahu sama sekali jalan ceritanya, hanya menemani istrinya nonton saja. Nggak, bukan romantis. Kai mencegah Nuwa menghancurkan tivi saking gak masuk akal jalan cerita series India yang mereka tonton. “Lihatlah, ha ha ha, konyol sekali. Gimana ceritanya, ditampar pipi kiri yan

  • Janji Setia    Lempar Bunga

    “Nuwa, kau tak ada kegiatan, kan, hari libur besok?” tanya Fani sebelum jam pulang sebentar lagi. “Ada, tidur seharian,” jawab wanita itu sambil menguap. Capek dia ngajar anak-anak latihan non stop enam dari tujuh hari menjelang ujian kenaikan tingkat. “Jangan tidur terus, kapan ketemu jodohnya kalau kau tak bergerak.”“Udah ada jodohnya Nuwa. Tuuuh, yang sering diajak berantem.” Padma mengisyaratkan Syeikh Dayyan yang sedang merapikan buku. “Hei, baik-baik kau ngomong, ya, mau mati bilang sekarang.” Naik emosi Nuwa tiba-tiba dijodohin sama orang yang paling dia benci sejagad raya. “Tenang semua, aku belum keluar dari kelas ini, jangan buat keributan atau mau dihukum lagi!” tegur sang guru yang terganggu dengan suara sengau manja milik guru anaknya. “Maaf, Syeikh,” ucap Nuwa sambil merapatkan gigi. “Siang besok, yuk, ke nikahan sepupuku. Acara khusus perempuan. Boleh pakai baju bebas tak harus pakai abaya hitam.” Fani mengajak temannya yang punya hobi makan dan tidur. “Serius

  • Janji Setia    Jimat Vampir

    Belasan Tahun Lalu Nuwa kecil yang berusia tujuh tahun dan sebatang kara tanpa orang tua, berjalan pulang sendirian di tengah gelapnya malam. Saat itu sedang gencar-gencarnya diembuskan isu ada vampir pengisap darah yang akan membunuh kaum muslimin di Desa Ligeng. Gadis kecil bermata besar itu ketakutan dan mulai menangis sendirian. Kemudian ada seorang tentara Xin Hua yang gelap mata. Lelaki tersebut meluruskan tangan dan lompat-lompat. Nuwa kecil menoleh ke belakang dan ketakutanlah dia. “Huaaa, Ibu, tolooong, aku mau dimakan vampir, huahaahaaa, Ayah, kenapa tinggalkan aku sendiri.” Jatuh Nuwa, bangun lagi, lari terus, takut dihisap darahnya sama vampir. Saat itulah pertama kalinya takdir mempertemukan Nuwa dan Kai. Pemuda itu sedang lewat sambil membawa bakpao kukus yang masih hangat. Masih ada uang untuk beli makanan belum terlalu susah hidupnya. Pemuda yang berusia 16 tahun itu mendengar jerit tangis gadis kecil. Fu Kai pun mencari asal suara, ketemu, Nuwa langsung bersembun

DMCA.com Protection Status