Share

Bab 8

Penulis: Christina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-22 22:37:30

Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.

Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?"

"Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?"

"Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar.

"Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?"

"Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingin mengingatkan Kakak saja. Kakak sudah punya suami juga seorang putri kecil yang begitu cantik dan manis."

"Maaf ya, Luna. Bukannya aku tidak mau mengakui itu semua. Entah kenapa perasaanku sama sekali tidak bisa percaya dengan hal itu. Kalau pun iya aku mengalami amnesia, masa sih sedikit pun aku tidak mengingatnya."

"Maaf ya, tolong jangan ganggu kami. Aku merasa kehadiran kamu di sini sudah mengacaukan acara aku dan Nindya." Gio yang merasa Luna ingin mengacaukan acaranya mulai mencari cara untuk mengusir Luna secara halus.

Luna tak membantah. Gadis itu tahu bagaimana yang dialami oleh Nindya. Ia mengalah, memutuskan mundur dan bergegas pergi. Menunda niatnya untuk makan, meski perutnya telah lapar. Ia ingat, ia sempat meminta alamat Nindya dulu pada orang tua Nindya.

Luna bergegas melajukan kendaraannya. Ia merasa begitu sangat penting untuk menyampaikan keberadaan Nindya saat ini kepada keluarganya.

Hari sudah sore, membuat semua penghuni rumah sudah pulang dari beraktivitas. Semua tengah berkumpul di ruang keluarga, membicarakan kepergian Nindya yang sampai saat ini belum diketahui.

Ketukan pintu rumah terdengar. Semua orang hampir secara bersamaan menoleh, kemudian Andy berkata, "Mungkin itu Nindya yang sudah pulang. Aku buka pintu dulu."

"Sepertinya bukan. Kalau memang itunya Nindya, dia tidak akan sibuk mengetuk pintu," kata Rendy, Papa Nindya.

"Mudah-mudahan tebakan Andy benar, Pa," jawab Kiara.

Andy bergegas menuju pintu rumah utama. Membuka dengan segera. "Luna? Ternyata kamu, aku kira Nindya. Kok tumben?"

"Ada yang ingin aku sampaikan, Kak. Penting!"

"Oh ... ayo masuk! Kita bicara di dalam. Kebetulan ada papa dan mama juga."

Andy kemudian mengajak Luna masuk, turut bergabung bersama dengan kedua orang tuanya Nindya. Luna pun mulai menceritakan tentang pertemuannya dengan Nindya yang tengah bersama dengan seorang pria.

"Apa? Nindya sama seorang pria? Kamu kenal dia nggak?"

"Aku nggak kenal, Kak. Aku nggak tahu itu siapa."

"Kita ke sana sekarang! Siapa tahu dia masih di sana! Kita nggak boleh terlambat!

Andy akhirnya memutuskan pergi bersama dengan Luna. Mereka bergegas ke cafe yang dituju, di mana tadi ada Nindya di sana bersama dengan Gio. Dengan tergesa-gesa Andy memarkirkan kendaraannya di parkiran cafe lalu bergegas mengajak Luna masuk ke dalam untuk memastikan keberadaan Nindya.

'Tadi ada di sana, Kak. Sepertinya mereka sudah pergi."

"Kamu ingat nggak, ciri-ciri cowok yang diajak sama Nindya?"

Luna menyebutkan ciri-ciri Gio, tapi sayang Andy sama sekali tak bisa menebak siapa pria yang disebutkan oleh Luna. Keduanya akhirnya kembali pulang dan kembali mermebugkan jalan tengah yang akan diambil untuk menemukan Nindya.

***

Di tempat yang berbeda. Hari ini Alya bersama dengan kedua orang tua Andy. Sejak keadaan Nindya yang kurang baik akibat kecelakaan, Alya lebih sering diajak oleh kedua orang tua Andy. Sementara Andy dan kedua orang tua Nindya ingin fokus untuk kesembuhan Nindya.

"Tante Raya? Kok ke sini?" tanya Alya dengan polosnya.

"Mau ngajak kamu jalan-jalan. Mau ngga?"

"Mau! Mau!" jawab Alya girang.

Tak ada kecurigaan dari pihak kedua orang tua Andy. Mereka juga belum paham apa yang sebenarnya sudah terjadi antara Raya dan kelurganya. Yang mereka tahu hanya Raya adalah kakak tiri Nindya. Jadi, hal yang wajar apabila Raya mengajak Alya bepergian.

Setelah berpamitan. Raya bergegas menggandeng lengan kecil Alya. Mengajak gadis itu ke luar menuju arena bermain khusus untuk anak-anak. Alya senang bukan main. Ia menikmati segala arena permainan sampai puas.

"Sekarang kita beli es krim yuk?" ajak Raya.

"Asik! Alya mau," jawab Alya masih dengan riangnya.

Sambil menikmati es krim, Raya mulai memikirkan cara bagaimana ia akan menaklukkan hati Alya untuk membujuk papanya agar mau memilih Raya dan menikahinya.

"Alya suka ga sama tante?"

Alya hanya menggangguk kecil seraya menikmati ek krimnya.

"Kalau sama mama Nindya gimana?"

"Aku sayang mama."

"Mama Nindya sudah lupa sama, Alya."

"Tante!"

"Jangan marah dulu, Nak. Kamu dengar ya. Tante juga bisa jadi mama yang baik untuk kamu. Kalau kamu setuju, nanti setiap hari tante belikan es krim. Boleh ya, papa kamu menikah sama tante?"

"Tante, papa kan punya mama. Jangan rebut papaku, Tante."

"Tante tidak rebut. Papa masih punya Alya. Hanya saja, tante ingin papa kamu menikah dengan tante."

"Itu namanya rebut, Tante."

Raya mulai emosi. Ia merasa sia-sia berbicara dengan Alya. Gadis kecil itu tak bisa memahami dirinya. Raya memutuskan menunda lagi. "Ah ... suatu saat Alya akan mengerti. Dia hanya masih kecil saja. Aku harus bisa menaklukkan hatinya agar bisa menikah dengan Andy."

Raya mengantar Alya kembali ke rumah orang tua Andy. Setelah itu ia bergegas pergi menemui Gio. Mereka sudah sepakat untuk bertemu di sebuah restoran yang jarang dikunjungi Andy mau pun Nindya.

"Gimana?" tanya Raya to the point.

"Nindya sudah berada di rumahku. Aman. Aku tidak akan pernah membiarkannya ke luar dan pergi."

"Baguslah! Jangan sampe ada pihak dari Andy yang tahu tentang semua ini. Kamu harus berhsil meracuni otak Nindya agar percaya dengan apa yang kamu katakan."

"Tentu saja! Aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Nindya tengah berbaring di dalam kamar yang telah disediakan Gio untuknya. Wanita itu menatap langit-langit kamar dengan sesekali berkedip. Pikirannya jauh menerawang. Entah apa yang sedang ia bayangkan.

Ia meraih ponsel di atas nakas sebelah sisi kanannya. Sejak kepergiannya dari rumah ponsel itu belum sekali pun ia nyalakan. Nindya menekan tombol power untuk kembali mengaktifkan ponselnya.

Beberapa menit setelah ponselnya menyala, tiba-tiba ada sebuah notifikasi pengingat.

[Happy wedding anniversary untukku dan Andy.]

"Happy wedding anniversary? Apakah benar-benar ada pernikahan antara aku dan om Andy?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
sama2 thor :) semangat terus ya bikin karya nya
goodnovel comment avatar
Christina
makasih kakak, uda sabar bgt nunggu lanjutannya...
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
moga nindya cepat ingat kembali momen nya bersama andy dn anak nya parah bangat deh raya dn gio gara2 pengen miliki nindya dn andy smpai lakuin licik kyak gini makin gregetan ama mereka berdua lanjut terus ya thor makin penasaran ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 15

    Rendy, Kiara, Andy dan juga Nindya sepakat untuk mengajak Raya ke rumah sakit memeriksakan kondisinya. Semua sudah dibicarakan semalam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ada rasa sakit di hati Kiara, sebagai sang ibu yang sudah membesarkannya ia merasa terluka. Ia merasa perlakuan Rendy terhadap putrinya sungguh tidak adil. Meski sikap dan sifat Raya yang selama ini sedikit meresahkan, Kiara tetap menyayanginya."Raya, bersiaplah, Nak. Mandi dan segera bergabung ke meja makan." Kiara menghampiri putrinya yang masih berbaring di balik selimut. Padahal, hari sudah sangat pagi. Jam di dinding kamar pun sudah menunjuk angka 08.45 pagi. Tak bisa dipungkiri, gadis itu memang jauh berbeda dengan Nindya.“Hmmm … ini masih pagi, Ma. Memangnya kita mau ke mana?” tanya Raya setelah membuka mata. Beberapa kali gadis itu menggeliat lalu menguap.Kiara menggenggam tangan putri kesayangannya. Ada perasaan menyesal yang terbesit tiba-tiba. Kiara menyesal pernah menyakiti hati putrinya itu. “Kita mau jala

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 1

    "Aku iri! Padahal jelas-jelas dia yang dulu merebut Andy dariku, kenapa dia yang harus bahagia? Sementara aku? Hidupku berantakan, pernikahanku gagal, aku diusir dan Gio memaksaku untuk kembali ke tanah air."Raya menghela napas pelan, bulir-bulir bening mulai memenuhi sudut matanya. Ia hampir saja menangis. Namun, sebisa mungkin ditahannya.Pemandangan yang tampak di depan mata membuatnya terluka. Hatinya teriris perih melihat sosok laki-laki yang dulu pernah mengisi hatinya tertawa bahagia bersama dengan seorang wanita cantik yang berstatus sebagai istrinya. Candaan gadis kecil yang berusia kurang lebih 5 tahun juga seakan-akan menambah kelengkapan kebahagiaan keluarga kecil itu."Papa berangkat dulu ya, Alya? Nindya ... Sayang, aku pamit dulu." Andy Melambaikan tangannya kepada Nindya juga Alya, tentu saja setelah ia berhasil meluncurkan kecupan hangat di kening keduanya."Jangan lupa nanti belikan es krim ya, Pa?" pinta Alya sedikit berteriak."Siap, Bos Kecil!" Andy menaikkan tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13

Bab terbaru

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 15

    Rendy, Kiara, Andy dan juga Nindya sepakat untuk mengajak Raya ke rumah sakit memeriksakan kondisinya. Semua sudah dibicarakan semalam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ada rasa sakit di hati Kiara, sebagai sang ibu yang sudah membesarkannya ia merasa terluka. Ia merasa perlakuan Rendy terhadap putrinya sungguh tidak adil. Meski sikap dan sifat Raya yang selama ini sedikit meresahkan, Kiara tetap menyayanginya."Raya, bersiaplah, Nak. Mandi dan segera bergabung ke meja makan." Kiara menghampiri putrinya yang masih berbaring di balik selimut. Padahal, hari sudah sangat pagi. Jam di dinding kamar pun sudah menunjuk angka 08.45 pagi. Tak bisa dipungkiri, gadis itu memang jauh berbeda dengan Nindya.“Hmmm … ini masih pagi, Ma. Memangnya kita mau ke mana?” tanya Raya setelah membuka mata. Beberapa kali gadis itu menggeliat lalu menguap.Kiara menggenggam tangan putri kesayangannya. Ada perasaan menyesal yang terbesit tiba-tiba. Kiara menyesal pernah menyakiti hati putrinya itu. “Kita mau jala

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 8

    Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?""Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?""Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar."Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?""Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingi

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 7

    Langit biru mulai tampak. Matahari bersinar dengan cerahnya. Entah sudah berapa lama sejak peristiwa naas itu terjadi, keluarga Nindya menjadi sangat kacau dan berantakan. Banyak kejadian yang membuat keluarga harus berjuang lebih keras lagi demi kesembuhan Nindya.Semua sudah duduk rapi di meja makan. Hari ini Kiara memasak spesial makanan favorit Nindya. Tak lupa, kemarin keluarga itu sempat menjemput Alya di rumah orang tua Andy. Mengajaknya bergabung sekaligus untuk mencoba lagi memulihkan ingatan Nindya. Gadis kecil yang cantik dan manis itu sudah duduk di antara nenek dan kakeknya.Andy juga ada di sana. Lelaki tampan itu duduk dengan jarak satu kursi dari Raya, ia sengaja mengosongkan di tengah agar Nindya duduk di sana."Nindya kok belum ke luar dari kamar ya? Biasanya dia selalu bangun lebih awal.""Kurang tahu, Ma. Papa belum sempat nengok dia.""Biar aku saja ke kamar Nindya, Ma, Pa, membangunkannya. Mungkin dia masih terlelap," ucap Andy yang kemudian berdiri setelah berh

DMCA.com Protection Status